Bab 4

Asha sudah di makamkan. Gatan terlihat sangat terpukul dengan kepergian putrinya. Ana dan Naura di minta untuk meninggalkannya di pusara Asha. Jadi, Gatan hanya seorang diri di sana.

Gerimis kecil mulai turun seolah ikut merasakan kesedihan Gatan yang kehilangan Asha.

Isakan dan tangisan penyesalan Gatan masih mengiringi makam baru itu. Saat matahari mulai tenggelam ,Gatan baru pulang ke rumah.

Di rumah sedang di siapkan acara pengajian untuk Asha. Banyak tetangga juga teman-teman Asha turut mendoakannya.

Bada Isya, acara pengajian pun selesai. Wali kelas Asha menghampiri Gatan di temani tiga sahabat Asha.

"Ini rapot almarhumah Asha, pak Gatan!", kata wali kelas Asha yang juga merasakan kesedihan mendalam.

Asha memang sering membolos, tapi soal nilai dan sikapnya gadis itu sangat baik.

"Terimakasih Bu!", kata Gatan menerima rapot Asha.

"Sama-sama pak Gatan. Dan mohon maaf, ini daftar tagihan Asha pak. Atas kebijakan yayasan, semua tunggakan administrasi sekolah di anggap sudah selesai pak."

Gatan mengernyitkan alisnya.

"Tunggakan?", tanya Gatan. Wali kelas Asha mengangguk.

"Betul pak. SPP Asha baru di lunasi beberapa hari lalu, dan soal LKS serta sumbangan yang belum di bayarkan."

Gatan memijat pelipisnya.

"Tapi kenapa bisa Asha sampai tidak membayarnya ke sekolah!", kata Gatan. Ana dan Naura saling sikut di belakang Gatan.

Ketiga sahabat Asha sudah sangat kesal ingin meluapkan emosinya.

Wali kelas Asha pun berpamitan pada keluarga Asha. Tinggallah trio sahabat Asha yang tertinggal.

"Heh, kalian masih di sini! Ngapain? Pulang sana!", Ana mengusir Dion, Nikala dan Visnu.

"Takut banget kami ngadu sama papanya Asha ya?", tanya Nikala. Gatan menoleh pada Nikala.

"Takut kenapa? Harusnya kalian yang takut! Gara-gara berteman dengan preman macam kalian, Asha jadi ikutan bandel!", bentak Ana.

"Diam Ana!", teriak Gatan. Ana pun memilih diam dari pada di teriaki lagi oleh suaminya.

"Kalian pulanglah!", kata Gatan pelan pada ketiga sahabat Asha.

Nikala dan Visnu berdiri tapi tidak dengan Dion.

"Kami minta maaf tidak bisa menjaga Asha sampai hal seperti ini terjadi. Tapi kami berjanji akan mencari tahu siapa pelaku yang sudah membuat kami kehilangan Asha!"

Semua mata tertuju pada Dion yang terlihat sangat serius.

"Kita memang lalai menjaga Asha, Yon! Tapi apa yang terjadi pada Asha juga karena om Gatan!", kata Nikala.

"Nikala!", Dion geram pada sahabatnya tersebut.

"Biarin Nikala ngomong, Yon!", lanjut Visnu. Gatan menatap tiga remaja itu bergantian.

"Apa maksud kamu Nik?", tanya Gatan.

"Om tahu, selama ini Asha memenuhi kebutuhannya sendiri? Apa om tahu!?", tanya Nikala.

Ana dan Naura membulatkan matanya. Untuk menyelamatkan diri, Ana mencoba kembali mengusir mereka.

"Udah sana kalian pulang aja!", Ana mendorong Visnu yang paling dekat posisinya.

"Tante takut?", giliran Visnu yang bertanya langsung pada Ana.

"Ngga ada urusan, udah sana kalian....!", ucapan Ana terpotong saat Gatan menyela.

"Katakan apa yang kamu tahu, Nik!", pinta Gatan. Ana menggigit bibir bawahnya. Ia merasa posisinya benar-benar dalam bahaya.

"Asha memenuhi kebutuhannya sendiri. Baik untuk kebutuhan pribadi mau pun sekolahnya."

"Bagaimana mungkin, saya saja sanggup menafkahi Asha!", kata Gatan.

"Iya, Asha tahu itu om. Tapi istri om yang tak pernah memberikan hak Asha! Jangankan untuk kepentingan sekolah, kebutuhan pribadi Asha saja tidak!", kata Nikala.

Gatan menatap tajam pada istrinya.

"Terakhir kali Asha meminta uang pada tante Ana, saat kami akan study tour ke Bali. Apa Tante Ana memberikannya? Tidak om! Bahkan pemberian kami saja di tolak mentah-mentah oleh Asha!", kata Nikala menggebu.

Nafas Gatan mulai memburu.

"Om tahu kenapa Asha sering bolos? Dia bekerja om! Dia sering kelelahan di kelas, tapi dia tidak bodoh. Bahkan nilai Asha lebih baik di banding anak yang tiap hari masuk kelas om."

Gatan meremas kedua tangannya. Selama ini yang ia tahu, istrinya selalu mengadu kalau di panggil ke sekolah karena Asha yang sering bolos.

"Dan om mau tahu pekerjaan Asha apa?", tanya Visnu. Gatan menatap pemuda hitam manis itu.

"Asha jadi petarung bebas juga pembalap liar! Karena dari sana, ia bisa mendapatkan uang banyak!", kata Visnu.

Gatan, Ana dan Naura melebarkan matanya karena terkejut.

"Kalau Asha mau om, bisa saja ia melukai istri om yang sudah dzolim padanya. Tapi apa? Asha masih menghormati om sebagai orang tuanya!", Visnu mulai terpancing emosi lagi.

Gatan menatap Ana penuh emosi.

"Asha cuma sok kuat om, dia memang kuat. Tapi tetap saja dia gadis remaja yang ingin di sayang, di lindungi om!", kata Visnu terisak.

"Beberapa hari lalu, ada yang membuat Asha terjatuh di tangga. Tapi Asha bersikap biasa saja seolah tak merasakan sakit apa pun. Dan ya....diagnosa dokter selain karena tersengat listrik tegangan tinggi, Asha mengalami kerusakan organ dalamnya."

Air mata Gatan meluncur bebas.

"Om tahu berapa lama Asha menanggung beban itu? Dari usia belia om. Sejak kehadiran istri om!", Nikala turut menggebu.

"Jadi, simpan saja penyesalan om! Sampai menangis darah sekali pun, Asha kami tidak akan pernah kembali!", kata Dion yang langsung menyeret kedua sahabatnya.

Sebagai sosok paling tenang di antara sahabatnya, ia merasa sudah terlalu jauh mencampuri urusan pribadi keluarga Gatan. Dan jalan satu-satunya agar dua sahabatnya diam adalah membawa mereka keluar dari rumah itu.

"Aku tunggu di kamar, Ana!", kata Gatan geram. Ana sendiri sudah sangat ketakutan.

Tamatlah riwayatku! Batin Ana.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Lo biasa aja dong jangan kaya gini!", kata salah seorang gadis berpakaian minim.

Yang di ajak bicara hanya menggeleng dan menenggelamkan tubuhnya di balik selimut.

"Ckkkkk...Lo mau ngaku kalo Lo pelakunya, gitu?''

"Ngga, bukan gue! Kalian yang udah bikin Asha meninggal, bukan gue!", gadis itu terus menyangkal dan menggelengkan kepalanya.

Dua gadis di depannya menjambak rambut remaja yang ketakutan itu.

"Tapi lewat tangan Lo, Asha meregang nyawa sekali pun atas permintaan gue!"

Remaja itu semakin tergugu. Bukan karena sakit, tapi ia merasa sangat bersalah karena ternyata tiga temannya itu menjerumuskan dirinya.

"Liat aja kalo Lo coba-coba sebut nama kita, Lo bakal nyusul tuh cewek brandal ke liang lahat!", ujar salah satunya sambil menoyor kepala gadis yang menangis tersebut.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

terimakasih 🙏

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***