Shearen mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang menembus jendela kamar. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, lalu matanya melebar saat menyadari posisi tidurnya. Refleks, ia langsung duduk tegak dan mencengkeram selimut dengan erat.
"Mmph..." Keluhan lirih keluar dari bibirnya. Seluruh tubuhnya terasa nyeri, terutama di bagian selangkangan. Oh Tuhan, kenapa rasanya seperti ini?
Di sudut ruangan, Figo menutup laptopnya dan berjalan mendekati Shearen dengan langkah santai.
"Kau mau pergi ke mana? Akan terasa sakit jika kau terus memaksakan diri untuk bergerak,” ucap Figo, matanya mengamati Shearen yang mulai menggeliat kesakitan.
Shearen memejamkan mata, menggigit bibir bawah, menahan nyeri yang menusuk. Tangannya terulur, menggenggam tangan Figo erat-erat, seolah ingin meredakan rasa sakit lewat sentuhan itu.
"Rasa sakit itu tidak akan lama. Percayalah,” ujar Figo dengan nada tenang.
"Izinkan aku keluar dari kamar ini. Aku harus bekerja sekarang. Aku mohon, Tuan,” kata Shearen memaksa.
"Jangan memaksa. Kau bahkan tidak bisa berjalan saat ini. Aku tidak yakin kau mampu menangani pekerjaan berat yang akan diberikan Valerie nanti,” balas Figo tetap tenang. “Tetap di sini sampai kau sembuh.” lanjutnya.
"Turuti permintaanku, sekali ini saja,” pinta Shearen.
"Di mana bajuku?” tanyanya panik, matanya kembali menyapu seisi ruangan.
"Bajumu basah. Tidak ada gunanya mencarinya,” jawab Figo santai.
"Kalau begitu, aku harus pakai apa untuk keluar dari ruangan ini, Tuan Figo?” tanya Shearen, suaranya mulai panik.
"Pakai kemejaku, mau?” ucap Figo sambil menyodorkan sebuah kemeja ke arah shearen.
Shearen menggeleng. “Aku tidak mau.”
"Aku tidak keberatan kalau kau lebih memilih tampil telanjang di hadapanku seperti ini,” ujar Figo ringan, membuat darah Shearen langsung naik ke wajahnya.
"Sialan!” geram Shearen, cepat-cepat meraih kemeja itu dan mengenakannya.
"Tuan, keluarlah sebentar. Aku ingin berpakaian,” pintanya, nyaris memohon.
Alih-alih menuruti, Figo justru menarik selimut yang menutupi tubuh Shearen, memperlihatkan lekuk tubuhnya tanpa malu.
"TUANNN!!” Shearen menatapnya tajam, sementara Figo hanya terkekeh.
"Kau yakin bisa bekerja dalam kondisi seperti ini?” tanya Figo skeptis.
"Aku harus keluar. Ini hari keduaku bekerja. Nyonya Valerie pasti mencariku,” jawab Shearen tegas.
"Baiklah,” Figo akhirnya menyerah. "Tapi jangan ambil pekerjaan berat.”
Tanpa basa-basi, Shearen segera mengenakan kemeja Figo. Meski kebesaran, ia tak peduli. Yang penting ia bisa keluar dari kamar itu.
"Izinkan aku pergi,” pintanya sekali lagi.
"Give me a kiss on the lips,” ucap Figo santai. “Baru aku biarkan kau pergi.”
Shearen melongo. Wajahnya memerah. "Aku tidak mau. Apa tidak ada syarat lain?”
Figo menaikkan alis, menatapnya tajam. "Atau kau ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar ciuman?”
"T-tidak! Aku tidak mau!” sahut Shearen gugup. Dengan cepat, ia menempelkan bibirnya ke bibir Figo, hanya demi menyelesaikan urusan itu.
Figo tersenyum puas. “Keluarlah lewat pintu samping. Aku tidak mau kau dimarahi Valerie,” katanya lembut, mengusap anak rambut Shearen.
"Kalau ada apa-apa denganmu, katakan padaku, Rhea.”
"Namaku bukan Rhea!” protes Shearen kesal.
"Aku tetap akan memanggilmu Rhea,” balas Figo santai.
"Aku bisa melaporkanmu karena mengganti namaku!” ancam Shearen.
Figo hanya terkekeh. “Laporkan saja kalau berani,” ucapnya sambil memasang senyum menyebalkan.
Shearen mendengus kesal dan akhirnya melangkah pergi, membiarkan pintu menutup di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Mack Werz
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
2024-12-30
0
Rosa Faeyrezi
sejauh ini masih keren thor cusss lanjuttt semangat berkarya
2025-01-10
1