Bab 5

Sebulan berlalu sejak terakhir Sheyla bertemu dengan mantan tunangannya di apartemen, kini dia menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan dan tidak membiarkan celah sedikitpun untuk dirinya mengingat rasa sakit yang hingga saat ini masih membekas dihatinya.

Sheyla bangun pagi-pagi sekali, sebelum matahari menyinari kamar kecilnya. Ia langsung membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Sejak kejadian itu, Sheyla memilih menyibukkan diri dengan bertumpuk pekerjaan untuk mengalihkan perhatiannya dari kesakitan hati.

Hari-harinya kini diisi dengan pekerjaan. Sheyla bekerja tanpa henti, bahkan sampai larut malam. Ia tidak ingin memberi kesempatan pada pikirannya untuk kembali ke kenangan pahit tersebut.

Suatu hari, ketika Sheyla sedang makan siang di kafe ia bertemu dengan Kassandra yang juga berada di tempat yang sama dengannya. perutnya sudah tampak buncit. Sheyla menatap datar Kassandra dan segera menyelesaikan makan siangnya lalu beranjak pergi dari kafe.

Sheyla tidak ingin terlibat apapun lagi dengan Kassandra maupun Axelliano. dia berjalan dengan elegan dan melewati Kassandra begitu saja seperti orang yang tidak saling mengenal lebih tepatnya tidak ingin mengenal lagi.

Kassandra yang melihat Sheyla nampak tersenyum miring dan dengan percaya dirinya dia menyombongkan dirinya yang sudah berhasil merebut tunangan dari sahabatnya.

"Wah, wah lihat siapa ini? Sudah lama kita tidak bertemu Sheyla, aku pikir kau pergi dari negara ini karena gagal menikah dengan Axel, ups lebih tepatnya Axel lebih memilihku menjadi istrinya ." ucap Kassandra pada Sheyla didepan teman-temannya yang disambut tawa meremehkan dari teman-temannya.

Ya, sejak mengetahui kehamilan Kassandra akhirnya Axel memutuskan untuk menikahinya.

Sheyla yang sudah sampai dekat pintu keluar pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kassandra lalu tersenyum tenang.

"Oh, selamat ya kamu sudah menikah dengannya. semoga pernikahan kalian lebih langgeng dari persahabatan kita yang sudah kamu rusak!"

Sheyla, langsung pergi meninggalkan Sandra yang terlihat marah dengan ucapan menohok dari Sheyla.

"Ish, menyebalkan kenapa dia terlihat biasa saja." ucap Sandra dalam hati.

Sandra menatap kepergian Sheyla dengan wajah merah menahan marah. Kemudian dia pun mencarinya tempat duduk bersama teman-temannya dan mulai memesan makanan.

*

*

Di perusahaan, Seorang pria tampan sedang duduk dikursi kebesarannya dan sedang berdiskusi dengan asistennya. pria tampan itu tampak serius dan terlihat marah dengan hasil laporan keuangan yang tampak tidak sesuai dengan keinginannya.

Semua pegawai nampak menjadi sasaran kemarahannya bukan tanpa sebab dia marah, karena ada yang menyelewengkan dana perusahaan dan itu menyebabkan kerugian untuk perusahaannya.

*

Sheyla, yang kini sudah berada di kantor nampak sibuk dengan pekerjaannya dan hal itu sudah menjadi kebiasaannya sejak sebulan terakhir.

Rekan kerjanya bahkan terlihat sangat kasihan melihatnya yang seperti tanpa lelah berjibaku dengan setumpuk dokumen dan bahkan tak segan dia membantu pekerjaan rekannya untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa kecewanya terhadap Axel dan Sandra.

"Sheyla, kau tidak perlu melakukan ini hanya untuk mengalihkan pikiranmu dari pengkhianatan tunanganmu itu" Ucap Dea rekan kerja Sheyla.

Sheyla mendongak dan menatap Dea dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Aku ingin melupakannya, De!" jawab Sheyla sendu.

" Pergilah berlibur, agar kau lupa bila perlu kau pindah kerja saja agar tidak melihat wajah mereka itu" Ucap Dea mengambil kursi dan duduk didepan Sheyla.

" Maksudmu? Aku pindah dari sini begitu?'' tanya Sheyla.

" Ya, aku punya teman yang bekerja di perusahaan besar dan karirnya cukup cemerlang disana, jika kau mau aku akan bertanya apakah ada lowongan untukmu?" ucap Dea serius.

" Dimana itu, mengapa bukan kau saja yang kesana?" tanya Sheyla.

" Di Rusia, kau tau kan ibuku tidak akan mengijinkannya!" jawab Dea cemberut.

Sheyla tertawa melihat wajah Dea yang cemberut, diantara rekan yang lain Dea lah yang paling perhatian dengannya selama bekerja disini bahkan Dea juga yang paling marah saat mengetahui pengkhianatan Axelliano dan Sandra.

"Baiklah, aku mau. Tolong tanyakan pada temanmu itu ya" ucap Sheyla tersenyum.

" Okey boss" jawab Dea dengan tangan diangkat keatas tanda hormat dan mereka tertawa bersama.

Sakin asiknya tertawa hingga mereka tidak menyadari jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan waktunya untuk pulang.

" Aku ikut mobilmu lagi sheyla" ucap Dea yang sudah beberapa hari ikut dengan Sheyla kau tidak lembur lagi kan?

"Ya," jawabnya sheyla singkat.

Dea pun segera keluar dari ruangan Sheyla dan bersiap-siap akan segera pulang.

Sheyla membereskan tumpulan dokumen di atas mejanya dan merapikan semua dokumennya. Ada beberapa dokumen yang dia bawa untuk di kerjakan di apartemen, begitulan sheyla sebulan terakhir ini jika tidak lembur dia akan mengerjakan pekerjaannya di apartemen.

kemudian dia keluar dari ruangan dan Dea sudah ada didepan pintu ruangannya. Mereka berdua melangkah dan menaiki lift yang akan membawa mereka ke lantai tujuannya.

Tiba di loby, Sheyla dan Dea keluar dan menuju tempat parkir dimana mobilnya terparkir rapi disana.

Sheyla memandu mobil melalui jalan yang sepi. Dea memandangnya dengan takjub bagaimana Wanita disebelahnya ini sangat tenang meski beban hatinya sangatlah berat dikhianati oleh tunangan dan sahabatnya sendiri.

"Kamu yakin baik-baik saja?" Dea bertanya lagi.

Sheyla mengangguk. "Aku baik, Dea. Cuma perlu waktu untuk memproses semuanya."

Mereka tiba di apartemen Sheyla. Sheyla mematikan mesin dan keluar dari mobil. Dea mengikutinya.

Di dalam apartemen, Sheyla langsung menuju ke kamar mandi. Dea menunggu di ruang tamu.

"Kamu ingin minum apa?" ambilah di kulkas ucap Sheyla sebelum menutup pintu kamar mandi.

"Ya, aku akan membuat teh Hijau kau mau?" tanya Dea dari dapur mini apartemen sheyla.

Dea sudah beberapa hari menginap dan menemani Sheyla. Meski terkadang Sheyla akan melanjutkan pekerjaannya di apartemen namun itu tak menjadi masalah bagi Dea yang sangat nyaman berada di apartemen sheyla dari pada rumahnya sendiri.

Terkadang Dea, merasa bosan berada dirumahnya sendiri karena akan selalu mendengar pertanyaan dari sang ibu yang menanyakan "kapan kamu punya kekasih dan segera menikah?" bagi Dea yang lebih memilih karir dahulu, dari pada menikah. pertanyaan seperti itu justru membuatnya kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!