Bab 4

“Bun, hari ini kakak ngga bawa bekal, ya. Hari ini ulang tahun Wulan. Kata ibu guru kemarin nanti orangtuanya Wulan mau bagikan makanan buat sekelas, jadi disuruh ngga usah bawa bekal,” kata seorang gadis kecil berambut panjang dan ikal.

“Yah, kenapa ngga bilang dari tadi? Ini bekalnya udah selesai bunda buat,” ucap Arini.

“Hehe maaf, Bun. Kelupaan kemarin,” jawab Aya sambil tersenyum. Arini membalas senyuman sang putri.

“Terus gimana dengan makanan bunda?” tanya Aya.

“Sebagian bunda bawa kerja, sebagian lagi kan ada nenek dan adek-adek juga dirumah. Jadi nggak akan mubazir,” jelas Arini. Aya mengangguk mendengar penjelasan sang bunda.

“Ya sudah, sekarang siap-siap dulu, nanti kita terlambat,” kata Arini.

“Baik, Bun.” Aya beranjak meninggalkan sang bunda yang masih berkutat di dapur menyelesaikan masakannya.

“Manga balabiahan mambao rantangnyo kini, Rin?” tanya Amak.

“Aya tidak jadi membawa bekalnya, Mak. Ada temannya yang ulang tahun katanya. Bia se Rini bawa jatahnyo ke kantor. Kadang si Indah alun sarapan juo,” jawab Arini.

“Oh ya sudah, biar Amak se yang lanjutkan ko. Kamu siap-siap se ka kantor. Mumpung Alif masih lalok," ucap Amak lagi.

“Iyo, Mak.” Arini melangkah masuk kedalam kamarnya. Ia segera mengganti pakaian rumahnya menjadi pakaian kerjanya.

Setelah merasa sudah siap, Arini keluar kamarnya dan mendapati sang putri dan Adit sudah siap dan tengah duduk di ruang tengah dengan neneknya.

“Kami berangkat dulu, ya Mak,” pamit Arini. Tak lupa ia juga mencium tangan Amak. Hal ini tentu saja di ikuti oleh Aya dan Adit.

“Hati-hati bawa mobilnya,” ucap Amak.

“Iya, Mak. Assalammualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Setelah mengantar Aya dan Adit di sekolahnya masing-masing, Arini mengendarai mobil kijang kapsul SSX tahun 1997 milik almarhum suaminya menuju kantor yang selama 2 setengah tahun ini menjadi tempatnya mencari nafkah. Arini mulai bekerja lagi setelah melahirkan putra ketiganya.

Sang suami meninggal akibat kecelakaan ketika Arini hamil 6 bulan anak terakhirnya. Kini dirinya harus menghidupi ketiga anaknya seorang diri. Menjadi sosok ibu dan ayah sekaligus. Beruntung ibunya yang biasa Arini panggil dengan sebutan Amak mau menemaninya di ibukota, meninggalkan rumah penuh kenangan Apak di kampung halaman. Kini rumah beserta sawah di kampung dikelola oleh adik Arini dan suaminya  yang masih tinggal di kampung halaman mereka, yakni di Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Setelah sampai di lantai 5, Arini singgah dulu ke pantry untuk membuat kopi. Pagi ini ia sedikit mengantuk karena putra keduanya sedang demam dan sedikit rewel tengah malam tadi. Untung pagi ini demam sang putra telah turun, jadi Arini bisa berangkat kerja dengan tenang.

Tiba di pantry, Arini langsung mengambil cangkir dan membuat kopi untuk dirinya. Tak lama dari pintu tampak Davin yang juga masuk ke dalam pantry.

“Pagi, Pak,” sapa Arini.

“Pagi juga, Rin,” sapa Davin balik. “Kamu lagi buat kopi, Rin?” tanya Davin karena melihat Arini yang sedang membuka bungkusan kopi.

“Iya, pak. Pak Davin mau sekalian?” tawar Arini.

“Boleh Rin, kalau tidak merepotkan,” jawab Davin tanpa sungkan.

“Tidak, Pak. Pak Davin tunggu di ruangan saja, nanti saya bawakan saja ke dalam,” ujar Arini.

“Terimakasih ya, Rin.”

“Sama-sama, Pak.” Davin segera berlalu dari ruang pantry, dan Arini segera menyiapkan dua buah cangkir kopi. Setelah selesai Arini membawa kedua kopi tersebut ke ruangannya. Dalam ruangannya sudah ada Hendri yang sedang asik dengan komputernya. Sebelum ke ruangan Davin, Arini terlebih dahulu ke meja kerjanya untuk meletakkan tas, bekal dan kopi miliknya.

Tok tok tok

Arini masuk setelah mengetuk pintu ruang kerja Davin. Ia melihat Davin juga sudah sibuk dengan komputernya.

“Ini Pak kopinya,” kata Arini sambil meletakkan kopi untuk Davin ditempat yang sedikit aman dari berkas-berkas yang ada di meja Davin.

“Terimakasih, Rin,” ucap Davin yang juga membereskan berkasnya.

“Sama-sama, Pak.” Arini sedikit teringat dengan bekal yang ia bawa pagi ini, apa diberikan saja pada Davin.

“Pak Davin,” panggil Arini.

"Ya, ada apa?”

“Bapak sudah sarapan?”

“Belum. Tadi saya telat bangun jadi tidak sempat sarapan. Ada apa, Rin? Kamu mau belikan saya sarapan?” tanya Davin.

“Bukan belikan sih, pak. Tapi saya ada bawa bekal lebih. Apa Bapak mau?” tawar Arini.

“Wah mau dong, Rin. Siapa yang nolak rezeki gini," jawab Davin semangat. Ditawarkan sarapan dikala perut sedang lapar, siapa yang menolaknya, kan.

“Tunggu sebentar ya, Pak. Saya ambil dulu.” Arini berlalu keluar dari ruangan Davin dan menuju meja kerjanya. Ia keluarkan 1 kotak bekal yang rencana awanya untuk Indah. Namun entah kenapa pagi ini ia ingin memberikan bekal itu untuk Davin. Ia cukup merasa kasihan dengan pria itu. Harus hidup berdua dengan sang putri.

“Ini Pak. Maaf kalau dirasa kurang enak,” ucap Arini yang sudah kembali dari mejanya.

“Pasti enak. Saya pernah dengar dari anak-anak katanya masakan kamu itu enak. Cuma saya saja sepertinya yang belum pernah merasakan masakan kamu diruangan ini.”

“Waktu itu Bapak ada rapat diluar, kue yang saya bawa sudah dihabiskan sama Indah dan Angga.”

“Mereka benar-benar tega dengan saya,” ucap Davin sambil tersenyum.

Manis, kata itu yang terlintas dikepala Arini pertama kali melihat senyuman Davin. Walaupun selama dua tahun bekerja Arini sering melihat senyum Davin, namun kali ini senyuman Davin terlihat berbeda. Ia memejamkan matanya, menghalau pikiran-pikiran yang menurutnya tak masuk akal.

“Kalau begitu saya pamit ya, Pak,” kata Arini.

“Iya, Rin. Sekali lagi terimakasih ya, Rin.”

“Iya, Pak, sama-sama.”

Beberapa catatan bagi pembaca yang tidak terlalu paham tentang bahasa minang.

1. Manga balabiahan mambao rantangnyo kini, Rin? (Kenapa bawa bekal berlebih hari ini, Rin?)

Bia se (Biarkan saja).

Alun sarapan juo (Belum sarapan juga).

Mungkin nanti otor akan memasukkan sedikit bahasa minang ketika ada percakapan antara Arini dengan Amak. Bahasa minangnya juga yang dasar-dasar juga, ndak bagai author masuakan bahaso dari zaman saisusak tu bekoh doh hahahhaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!