Aku mengemudikan mobilku pelan. Papa duduk di samping sambil memainkan ponsel pintarnya. Sepertinya sedang memeriksa email yang berkaitan dengan pekerjaannya. Papa masih bekerja sampai saat ini. Memang umurnya belum memasuki umur pensiun, tapi kami sebagai anak ingin rasanya papa istirahat saja dirumah. Namun papa tidak mau, katanya akan bosan dirumah saja, apalagi tidak ada bunda.
Di umurnya yang sudah 53 tahun, papa masih sangat terlihat tampan. Bulu-bulu tipis yang menggantung di dagunya menambah kesan manis. Belum lagi isi dompetnya yang tebal karena papa menjabat sebagai COO atau Direktur Operasional di perusahaan tempatnya bekerja. Tipikal yang disukai para sugar baby diluaran sana.
Atensi papa pada ponselnya terganggu akibat suara gitar yang keluar dari radio mobilku. Aku bisa melihat papa tersenyum. Lagu favorit papa sedang diputar, D'cinnamons - Selamanya Cinta.
Lagu yang dirilis tahun 2007 ini menjadi favorit papa karena katanya sesuai dengan isi hati papa. Tentang pengungkapan seluruh perasaan papa pada bunda, agar bunda percaya rasa cinta papa ke bunda utuh selamanya.
Sejak aku kelas 6 SD, ketika aku mengerti tentang hubungan suami dan istri, disitu aku selalu melihat mata papa berbinar setiap bersama dengan bunda. Dan sekarang disaat bunda sudah tiadapun, mata papa tetap berbinar ketika ada yang berhubungan dengan bunda.
Tuhan jalinkanlah cinta
Bersama s'lamanya
Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku beriakan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya
Tak terasa mobil yang kubawa sudah sampai di tempat makan favorit papa dan bunda. Yap, makan siang ku hari ini adalah sate padang dan es tebak. Es tebak adalah varian es campur dari Sumatera Barat. Yang dimaksud dengan istilah "tebak" adalah olahan dari tepung beras ketan yang dicampur dengan tepung sagu dan dimasak dengan air garam dan kapur sirih. Setelah matang, adonan tersebut dicetak tipis seperti cendol. Barulah pelengkap lainnya seperti sirup merah, susu kental manis, dan es batu serut ditambahkan.
Kami langsung masuk dan papa langsung menuju spot favoritnya. Kata papa ini tempat duduk ketika papa dan bunda pertama kali makan disini, sekitar 22 tahun yang lalu.
Tempat ini sudah terkenal sejak tahun 90an. Pemiliknya masih satu daerah dengan daerah asal bunda, yaitu Sumatra Barat. Urang awak kata bunda.
Bunda memang berasal dari pulau sumatra, tepatnya di kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Sedang papa asli sunda. Kesamaan mereka sama-sama orang barat. Satu Sumatra Barat dan satu lagi Jawa Barat.
Tidak lama kami duduk, sate dan es tebak kami sudah siap dihidangkan. Karena memang papa adalah langganan setia disini, mereka jadi tahu apa saja pesanan aku dan papa. Papa selalu minta untuk bawang gorengnya dilebihkan. Bunda juga suka begitu katanya.
"Hmm."
"Kenapa, Pa?" tanyaku.
"Rasanya tidak pernah berubah sejak dulu. Kata bunda ini yang baru namanya sate padang."
Aku ingat itu. Tempat ini menjadi favorit bunda karena memang rasanya yang asli minang.
"Ha iko baru yang namonyo sate. Taraso bumbunyo tu," ucap bunda dulu.
"Kenapa kamu lihatin papa?" tanya papa. Tanpa kusadari aku melamun sambil melihat papa.
"Aku iri sama bunda," jawabku.
"Iri kenapa?" tanya papa bingung.
"Iya aku iri karena bunda dicintai secara ugal-ugalan sama papa," jawabku.
Papa menghabiskan makanan yang ada dimulutnya dan kemudian meminum air putih yang ada di depannya sebelum merespon ucapanku tadi.
"Kamu mau dicintai ugal-ugalan juga sama suami kamu?" tanya papa padaku. Aku mengangguk tanda iya. Siapa coba yang tidak mau dicintai pasangannya seperti papa yang mencintai bunda. Aku saksi hidup bagaimana besarnya cinta papa pada bunda. Menurutku cerita mereka lebih bagus daripada cinta romeo dan juliet yang terkenal itu.
"Kamu memang tidak sadar kalau selama ini suami kamu sangat mencintai kamu? Papa yang melihat saja bisa tau kok, kamu memang tidak merasakannya?"
Setelah kupikir sepertinya betul, suamiku juga mencintaiku. Tapi bukankah memang orangnya langsung tidak terlalu merasa dibandingkan orang lain yang melihat? Seperti aku melihat papa dan bunda.
Kalau kalian bisa melihat, di pergelangan tangan kiri papa ada sebuah ikat rambut warna hitam berbandul bola-bola kecil yang melingkari tangannya. Ikat rambut itu milik bunda. Kesukaan bunda sebelum bunda kehilangan rambut indahnya. Rasanya sejak bunda mulai tidak sadarkan diri papa memakai ikat rambut itu dan menjadikannya gelang.
Pernah dua bulan lalu, adik bungsuku, Affan memberi papa sebuah ikat rambut berwarna hitam yang tidak ada bandulnya. Namun saat itu papa menolaknya.
"Walaupun punya kamu itu lebih bagus dan mahal, tetap punya papa ini yang paling mahal menurut papa. Terlalu banyak kenangannya untuk papa. Kamu berikan saja itu nanti pada calon istrimu."
Dunia papaku sudah berhenti pada bunda. Secinta itu papa sama bunda. Seingatku papa tidak pernah bicara kasar atau bernada keras pada bunda. Malah papa akan memarahi aku dan adik-adik jika kami melawan pada bunda. Bundapun begitu.
Bunda tidak pernah marah sama papa dan kami. Bunda juga tidak pernah mengomel seperti ibu-ibu yang lainnya. Contohnya misal kami lupa menaruh piring kotor ke tempatnya, atau tidak membuang bungkus makanan ringan yang kami makan dan membiarkannya berantakan diruang keluarga, bunda tidak akan meneriaki kami. Tanpa banyak bicara bunda langsung membersihkannya. Malah karena bunda seperti itu kami menjadi tidak enak sendiri dan selalu mengingatkan satu sama lain untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapian.
Bunda orangnya jarang mengeluh. Seperti tentang penyakitnya itu. Sudah berjalan beberapa bulan kami baru tau ternyata bunda sakit. Bunda bilang beliau tidak mau merepotkan kami, yang memang pada saat itu kami semua termasuk papa sedang direpotkan dengan urusan kami. Kami merasa bersalah dan meminta maaf pada bunda. Papa bahkan lebih sering bekerja dirumah daripada ke kantor.
Papa pernah bercerita, hampir di setiap malam bunda merasa kesakitan dan gelisah, tapi tidak pernah memberitahukan pada papa. Papa tidak banyak tanya. Papa hanya bilang ke bunda kalau kami semua selalu ada bersama bunda, dan meminta untuk jangan terlalu memikirkan kami karena kami yang sudah dewasa. Kini saatnya kami yang mengurus bunda.
Bun, aku benar-benar berterimakasih karena bunda sudah mau memaafkan dan menerima papa kala itu. Aku tidak tau bagaimana jadinya kami kalau bunda meninggalkan kami. Kalau aku jadi bunda, mungkin sangat sulit bagiku untuk menerima papa kembali.
Aku memang tidak ada sewaktu kejadian itu karena bertepatan dengan libur sekolah, aku dan adik-adik menginap dirumah nenek. Tapi sebelum kami berpisah, aku ingat kalau bunda terlalu banyak diam dengan wajah yang pucat. Bahkan bunda sampai dirawat dirumah sakit dan kami tidak diperbolehkan untuk melihat kondisi bunda seperti apa.
"Kamu kenapa sih daritadi melamun terus?" tanya papa lagi. Kenapa aku tidak sadar, ya daritadi sedang melamun mengingat kisah cinta papa dan bunda.
Aku menggeleng dan melanjutkan makanku.
"Cepat habiskan makannya, setelah itu kita jalan berdua. Hari ini pekerjaan papa tidak terlalu banyak. Papa ingin menghabiskan waktu bersama anak perempuan papa," ucap papa yang membuatku sedikit terkejut.
"Tumben."
"Tidak ada. Anakmu sudah dijemput sama Diko, kan?"
"Sudah. Vino sekarang lagi dikantor mas Diko."
"Papa hanya ingin mengenang kita dulu kemana-mana selalu berdua."
Benar kata papa, terakhir sewaktu umurku 9 tahun aku jalan hanya berdua dengan papa. Sebelum bunda hadir dalam hidup kami dan akhirnya mengubah hidup kami.
"Baiklah, Om. Tapi nanti jajanin sugar babymu ini, ya," kataku dengan manja dan menggoda ala-ala bocah genit diluaran sana.
Papa hanya tertawa mendengar ucapan nyelenehku. Senyuman papa selalu menggoda bagi yang melihat. Kata bunda, senyuman termanis yang pernah bunda lihat dan miliki.
*****
Hai hai.. Maaf menghilangnya terlalu lama ya, hampir 2 tahun :) banyak kejadian yang terjadi selama beberapa waktu lalu. Doakan saya bisa menyelesaikan kisah ini ya.
oh iya, baca bab ini coba sambil dengerin lagunya D'Cinnamons juga yang Selamanya Cinta. Kisah ini tercetus ketika saya lagi mendengar lagu itu. Entah kenapa kena aja di hati, padahal pas zamannya dulu biasa saja. Fakto r usia dan pengalaman hidup kali ya hehehe.
Pokoknya selamat membaca dan menikmati karya otor ini ya. Semoga bisa menghibur :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments