Feeling seorang ayah.

Arfan melihat gala bersama teman-temannya berjalan menuju kesekolah, dengan mata merah menyala, ia hendak menabrak anak dari mantan calon istrinya.

Namun, sialnya hanya bisa menyerempetnya saja, ia memegang stir nya kuat menahan gejolak amarah yang kian membuncah.

Pernikahannya gagal, karena perselingkuhannya terkuak dan bisnis nya menjadi hancur seketika, membuatnya menyalahkan kebodohannya yang menarik naura masuk ke kehidupannya.

"Sialan, Kurang ajar!" umpatnya memukul stir, ketika melihat anak itu masih baik-baik saja.

Namun ada sesuatu yang aneh, ketika ia melihat dari jauh anak itu, sosok mantan suami dari selingkuhannya berada diantara kerumunan itu.

"Sedang apa dia disini?" tanya arfan dari kejauhan melihat ke arah gala dan jendral yang saling tatap itu.

"Kenapa mereka begitu mirip?" pikir laki-laki itu dengan mengerutkan dahinya.

Ia ingat cerita tentang mantannya, jika ia hamil oleh teman prianya yang bernama jendral, seorang anak pengusaha properti terbesar dari keluarga Askara.

Jika dipikirkan lagi, nama suami elviana adalah jendral arsyad askara, pewaris satu-satunya keluarga askara.

"Jangan-jangan" gumamnya, saat sesuatu terlintas olehnya, melihat dua wajah yang seperti ayah dan anak.

"Aku harus cari tahu." Arfan melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Sementara jendral, lelaki itu mengobati luka lecet disiku dan lutut gala dengan obat dan plaster. Sesekali gala menatap wajah pria asing itu tanpa berkedip dan menyadari wajahnya sangat mirip dengannya.

"Sudah nak," ucap jendral tersenyum, lalu mengusap puncak kepala gala yang tampak tampan seperti dirinya dulu.

Ada rasa bangga, saat melihat gen nya begitu sempurna, sebuah benih yang ia keluarkan tanpa sengaja dimalam nahas itu.

Bersyukurnya ia, karena naura menjaga dan membesarkannya dengan baik. Namun, ada rasa getir saat ia mengingat bahwa gala besar tanpa seorang ayah.

"Makasih om," ucap gala yang kemudian melihat ke arah saudaranya.

"Kamu bisa jalan kan ga, kalo gak kita bantu," ucap jena dan arhan yang mengangguk.

"Gak usah, aku bisa sendiri." Gala berdiri menahan perih lukanya berusaha kuat agar tak dianggap cemen teman-temannya.

Mereka pun kembali berjalan, melanjutkan tujuan dan niat mereka untuk belajar disekolah yang sudah tak jauh lagi.

Sementara jendral hanya tersenyum melihat anak yang membuatnya hampir hilang akal tadi.

...****************...

Disisi lain, naura yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mulai meregangkan ototnya yang kaku, ia melihat berkas kembali dan memperbaiki jika ada kesalahan angka.

Reva yang melihatnya pun hanya menatap temannya dengan selidik, gosip tentang pernikahan naura yang gagal masih hangat diperbincangkan di kantor, tapi yang dibicarakan tampak santai.

"Ada apa? lihat-lihat terus," tanya naura tanpa menoleh ke arah temannya.

"Lo beneran gak apa apa? Kalo butuh teman, gue bisa denger curhat lo, jangan gue mulu yang curhat." Reva menatap temannya yang menghentikan aktivitasnya.

"Aku fine aja, kok, tapi kayanya kamu yang mau curhat deh," sahut Naura.

Reva mengangguk sebagai sebuah jawaban atas keinginan untuk mencurahkan isi hatinya, sempat hening tapi setelah sekian detik akhirnya berbicara.

"Gue mau dijodohin sama ortu, gue disuruh pulang," ujar Reva dengan wajah sedih.

"Ya udah, pulang aja. Lihat dulu siapa yang mau dijodohin sama kamu. siapa tahu dia ganteng? kaya, sepadan dengan keluarga kamu," ucap Naura sekenanya.

Reva mendelik pada naura yang malah tersenyum melihatnya, ia tak tertarik pada perjodohan para orang tua yang menurutnya kuno.

Ini bukan zamannya siti nurbaya jadi, buat apa ia dijodohkan? Batin reva.

"Udah ah, males ngomong sama elo." Reva memalingkan wajahnya dan fokus kembali ke layar persegi yang menyala di depannya.

Naura tersenyum, namun hanya sekejap ketika pikirannya tak sengaja mengingat pernikahan. Hal itu seakan membuatnya mengingat rasa sakit dalam ikatan sakral itu.

Pernikahan yang hanya sekilat saja, yang mengubah hidupnya menjadi bahan cemoohan orang lain, tak hanya itu, ia menjadi takut untuk melangkah pada hal berbau pernikahan.

...****************...

Jendral menjadi donatur sekolah gala dan teman-temannya, untuk bisa menarik perhatian anaknya dan bisa mendekatinya.

Dari jauh, jendral melihat gala yang hanya sibuk dengan buku yang dibacanya, sama seperti saat ia melihat naura yang selalu sibuk dengan buku-buku di perpus.

Lelaki itu tersenyum, lalu mendekati anak lelaki itu, ia duduk disamping gala dan berdehem membuat anak itu menoleh dan menutup bukunya.

"Eh, om yang tadi, kok ada disini," sapa Gala.

Anak itu menoleh pada jendral, yang mendekat dan duduk disampingnya.

" Kamu kenapa? disini sendirian. Gak gabung sama yang lain?" tanya jendral sembari mengusap puncak kepala gala dengan gemas.

"Males om, di panti juga main terus, gala mau cepet beres sekolah biar cepet cari kerjaan dan nyusul mamah kerja di pusat kota." tutur Gala dengan wajah serius.

Jendral sedikit terkejut, mendengar pemikiran anak yang masih 9 tahun itu, yang terdengar layaknya orang dewasa.

"Memang papa gala kemana?" tanya Jendral memancing gala untuk bercerita.

"Papa aku tenggelam, dimakan paus orca," jawab gala.

Mendengar kata 'papa' membuat gala mendadak dingin, anak itu merundukkan kepalanya, ada rasa miris tentang hidupnya.

Jawaban itu, membuat jendral mengingat naura ketika ia mengejar gadis itu. jawaban yang sama ketika ia bertanya tentang papa naura.

Jendral hanya tersenyum, karena lagi-lagi ada sesuatu yang membuatnya yakin bahwa gala adalah anaknya.

Namun ia juga butuh kepastian, agar tak ada lagi keraguan dimasa depan. dia butuh sampel untuk memastikannya, maka ia butuh rambut gala.

"Gala, ada pasir dirambut kamu. Om buang ya." Gala hanya mengangguk.

Jendral mencabut beberapa helai rambut gala, dan segera menyimpannya di saku celana. Dari jauh ada jena dan arhan yang berlari mendekat ke arah mereka.

" Ga, aku cariin. Ternyata kamu disini sama om ini" ucap jena cemberut.

" Emang mau apa? biasanya juga aku disini" ucap gala ketus.

" Kalo gitu om pamit ya !" ucap jendral beranjak dan pergi meninggalkan sekolah.

Disamping mobil han sudah menunggunya dan mereka pun masuk kedalam mobil. Jendral merogoh saku celananya mengambil rambut milik gala.

" Ini rambut gala. Bagaimana dengan rambut anak lainnya?" ucap jendral sembari memberikan rambut itu.

" Sudah saya dapatkan tuan" jawab han.

" Bagus segera lakukan tes DNA" titah jendral dengan tidak sabarnya ingin mengetahui siapa anak kandungnya.

Han keluar dari mobil bosnya, setelahnya mobil jendral mulai melaju meninggalkannya. Dia harus segera kerumah sakit mengirim sampel sementara bosnya kekantor.

...****************...

Sementara jena dan arhan langsung duduk disamping gala. mereka sempat melihat gala yang biasanya cuek pada orang asing itu mendadak dekat dekat om yang menolong nya tadi pagi.

" Kamu deket banget sama om tadi? biasanya kamu cuek ga " tanya jena melihat gala yang mulai sibuk dengan bukunya berjudul Ensiklopedia.

" Gak juga "sahut gala cuek.

" Kalo dilihat-lihat wajah kamu mirip sama om tadi. Apa jangan jangan ia papa kandung kamu ga? " ujar arhan melirik ke arah gala.

" Gak mungkin" ujar gala lalu beranjak dari tempat duduknya.

" Ingat kata bunda dulu saat kamu tanya soal wajah papa kandung kamu" ujar arhan tak mau diabaikan.

Gala terdiam langkahnya terhenti lalu melihat ke arah pantulan kaca transparan yang tak jauh di sampingnya. Anak itu memang sudah menyadarinya sejak awal bertemu dengan om tadi, tapi entah mengapa hatinya sangat membenci papanya. Setelah mendengar obrolan mamah dan bundanya saat itu.

Dia tak ingin mamahnya menangis lagi, seperti waktu itu makanya ia harus melupakan papanya. sementara jena dan arhan sudah tak peduli lagi karena sifat gala yang cuek dan dingin itu.

...****************...

Naura baru sampai di gerbang rumah kostnya, namun langkahnya terhenti saat melihat arfan yang sudah menunggunya didalam mobil yang menurutnya asing.

Lelaki itu keluar dari mobil dan mendekati naura yang hendak masuk ke dalam rumah. Naura langsung memasang wajah kesal melihat laki-laki yang membuatnya terluka lagi.

" Mau apa kamu kemari?" tanya naura dingin.

" Hanya kangen apa tak boleh. Ingat kita sudah lama saling kenal jangan sombong kau naura" sahut arfan dengan wajah merendahkan.

Naura berdecih kesal tak menyangka pria itu bisa bebas dengan mudah dari tuntutan perselingkuhannya dengan istri orang. mungkin inilah namanya hukum yang bisa dibeli dengan uang.

" Aku sibuk jangan ganggu" ujar naura hendak masuk namun suara arfan menghentikannya.

" Gala itu anak siapa ?" tanya arfan dengan suara sedikit meninggi dan membuat naura mendelik.

" Ngomong-ngomong gala sangat mirip sama mantan suami elvi. Apa jangan jangan dia yang menghamili kamu? iya, namanya Jendral Arsyad Askara" ujar arfan menatap naura dengan wajah yang menyindir.

" Itu bukan urusan kamu lagi fan, jadi jangan ikut campur" ucap naura yang segera masuk meninggalkan arfan namun laki-laki itu seolah tak ingin diam saja hingga ia pun menarik lengan naura secara kasar.

Arfan mencengkeram lengan naura kuat membuat wanita itu meringis sakit dan ketakutan yang mulai menggerogotinya.

" Kau fikir aku bodoh! kalian pernah satu sekolah kan kalian juga pernah berpacaran. jadi kamu juga bermain dibelakangku dengannya, iya kan! Dasar jalang" ujarnya lalu menghempaskan tangan naura dengan kasar pula.

Terpopuler

Comments

Nurjannah Rajja

Nurjannah Rajja

ou masa, dia kan ditangkap polis kok keliaran....

2025-03-14

1

vj'z tri

vj'z tri

lanjut Thor 🥳🥳🥳

2024-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Perasaan yang aneh.
2 Bukan selingkuh.
3 Pertemuan kembali.
4 Cinta yang penuh kebohongan.
5 Hari pernikahan.
6 Berakhir sebelum sah.
7 Yang mana anakku.
8 Feeling seorang ayah.
9 Ternyata anakku ...
10 Bertemu bunda.
11 Aku hanya ingin anakku tahu.
12 Gala atau Jena.
13 Anak laki-lakiku.
14 Gala anakku juga!
15 Sidang perdana.
16 Dasar pelakor!
17 Bak anak kembar.
18 Niat jendral.
19 Mencari tahu.
20 Kesempatan kedua.
21 Alisha.
22 TKP.
23 Jebakan masa lalu.
24 Mengambil hati gala.
25 Pertengkaran dua wanita.
26 Hanya mantan.
27 Pindah kost.
28 Jadi saksi perceraian mantan.
29 Masih berdebar.
30 Saksi yang berbohong.
31 Sidang kedua.
32 Bukti kuat perselingkuhan.
33 Penyesalan elviana.
34 Bisakah kita Rujuk.
35 Hasil tes DNA.
36 Alisha, Saudara kembarku.
37 Tentang Naura ayu.
38 Istrinya jendral.
39 Ganti status.
40 Ganti status
41 Sandiwara jendral.
42 Mencoba kembali bersama.
43 Persyaratan
44 Istriku.
45 Rencana elviana.
46 Dijebak.
47 Mimpi selingkuh.
48 Mengenang masa lalu.
49 Bagaimana rasanya?
50 Karma.
51 Jenaura ke lima puluh.
52 Jenaura ke 51.
53 Jenaura ke 52.
54 Jenaura ke 53.
55 Jenaura ke 54.
56 Jenaura ke 55.
57 Jenaura ke 56.
58 Jenaura ke 57.
59 Jenaura ke 58.
60 Jenaura ke 59.
61 Jenaura ke 60.
62 Jenaura ke 61.
63 Jenaura ke 62.
64 Jenaura ke 63.
65 Jenaura ke 64.
66 Jenaura ke 65.
67 Jenaura ke 66.
68 Jenaura ke 67.
69 Jenaura ke 68.
70 Jenaura ke 69.
71 Jenaura ke 70.
72 Jenaura ke 71.
73 Jenaura ke 72.
74 Jenaura ke 73.
75 Jenaura ke 74.
76 Jenaura ke 75.
77 Jenaura ke 76.
78 Jenaura ke 77.
79 Jenaura ke 78.
80 Jenaura ke 79.
81 Jenaura ke 80.
82 Jenaura ke 81.
83 Jenaura ke 82.
84 Jenaura ke 83.
85 Jenaura ke 84.
86 Jenaura ke 85.
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Perasaan yang aneh.
2
Bukan selingkuh.
3
Pertemuan kembali.
4
Cinta yang penuh kebohongan.
5
Hari pernikahan.
6
Berakhir sebelum sah.
7
Yang mana anakku.
8
Feeling seorang ayah.
9
Ternyata anakku ...
10
Bertemu bunda.
11
Aku hanya ingin anakku tahu.
12
Gala atau Jena.
13
Anak laki-lakiku.
14
Gala anakku juga!
15
Sidang perdana.
16
Dasar pelakor!
17
Bak anak kembar.
18
Niat jendral.
19
Mencari tahu.
20
Kesempatan kedua.
21
Alisha.
22
TKP.
23
Jebakan masa lalu.
24
Mengambil hati gala.
25
Pertengkaran dua wanita.
26
Hanya mantan.
27
Pindah kost.
28
Jadi saksi perceraian mantan.
29
Masih berdebar.
30
Saksi yang berbohong.
31
Sidang kedua.
32
Bukti kuat perselingkuhan.
33
Penyesalan elviana.
34
Bisakah kita Rujuk.
35
Hasil tes DNA.
36
Alisha, Saudara kembarku.
37
Tentang Naura ayu.
38
Istrinya jendral.
39
Ganti status.
40
Ganti status
41
Sandiwara jendral.
42
Mencoba kembali bersama.
43
Persyaratan
44
Istriku.
45
Rencana elviana.
46
Dijebak.
47
Mimpi selingkuh.
48
Mengenang masa lalu.
49
Bagaimana rasanya?
50
Karma.
51
Jenaura ke lima puluh.
52
Jenaura ke 51.
53
Jenaura ke 52.
54
Jenaura ke 53.
55
Jenaura ke 54.
56
Jenaura ke 55.
57
Jenaura ke 56.
58
Jenaura ke 57.
59
Jenaura ke 58.
60
Jenaura ke 59.
61
Jenaura ke 60.
62
Jenaura ke 61.
63
Jenaura ke 62.
64
Jenaura ke 63.
65
Jenaura ke 64.
66
Jenaura ke 65.
67
Jenaura ke 66.
68
Jenaura ke 67.
69
Jenaura ke 68.
70
Jenaura ke 69.
71
Jenaura ke 70.
72
Jenaura ke 71.
73
Jenaura ke 72.
74
Jenaura ke 73.
75
Jenaura ke 74.
76
Jenaura ke 75.
77
Jenaura ke 76.
78
Jenaura ke 77.
79
Jenaura ke 78.
80
Jenaura ke 79.
81
Jenaura ke 80.
82
Jenaura ke 81.
83
Jenaura ke 82.
84
Jenaura ke 83.
85
Jenaura ke 84.
86
Jenaura ke 85.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!