Hati naura bak diremukkan melihat pasangan itu semakin menjauh darinya, hati dan jiwanya berperang melawan kenyataan pahit yang baru saja ia lihat barusan.
Selingkuh, laki-laki yang akan menikah dengannya ternyata sudah menduakannya diam-diam, lalu apa yang harus dia lakukan kedepannya, pernikahan mereka bahkan tinggal menunggu hari.
Naura melihat kembali wajah wanita yang bersama dengan kekasihnya itu, memiliki kemiripan dengannya hanya saja wajah mereka yang sedikit berbeda.
"Sudah, ra. Lo lupain aja tuh buaya, beruntung belom nikah udah ketahuan, coba kalo udah nikah baru ketahuan. Brengsek emang tuh, cowok," sewot Reva marah-marah, saat mereka sudah meninggalkan hotel.
"Aku akan ikuti mereka, takutnya aku salah paham nanti, bisa saja wanita itu sepupunya atau keluarganya," ucap Naura membantah dan menepis segala apa yang dituduhkan pada arfan, kekasihnya.
Naura tak ingin semudah itu percaya dengan apa yang dia lihat, sebelum semuanya benar-benar jelas akan pengakuan jujur arfan.
Ia masih berharap, apa yang dilihatnya benar-benar salah dan kekasihnya itu bukan pria yang selingkuh.
"Hadeh, udah jelas-jelas ia selingkuh, masih aja nge-bela," ujar Reva memutar bola matanya, malas.
"Begini, nih. Kalo udah bucin," ujar Reva lagi dengan nada menyindir.
"Udah nyetir dan lihat aja jalannya, jangan sampek aku mati sebelum menikah," titah Naura membuat reva semakin kesal.
"Masih mau menikah juga?" tanya Reva ketus.
"Lihat aja jalannya, gak usah ikut campur," Naura melihat keluar jendela, tanpa peduli kemarahan temannya.
Tak peduli ia disebut bodoh, naura hanya ingin tahu apa permasalahan mereka. Bahkan jika memang benar kekasihnya selingkuh, naura sendirilah yang akan melabraknya.
Air matanya menetes membasahi pipinya, padahal ia berusaha menahannya, segera ia hapus dengan kasar, ia harus kuat meski rasa sakit dimasa lalu kini terulang kembali.
...****************...
H-3 Pernikahan.
Sesuai niat semalam, naura akan mengikuti mereka. Pagi-pagi wanita itu sudah menunggu didepan hotel dia ingin mencari tahu siapa wanita itu.
Dengan bantuan reva ia ijin masuk kerja siang, dengan alasan mengurus pernikahan, juga mobil reva yang ia pinjam untuk mengikuti kekasihnya itu.
Beberapa menit hingga jam berlalu, akhirnya ia bisa melihat dua pasangan itu keluar dari sana. Naura sempat menghubungi arfan, jika ia ingin melihat gedung yang akan disewa dan ia berpura- pura menginginkan hotel Orion sebagai tempatnya.
Tentu arfan gusar dan buru buru meninggalkan tempat itu sebelum naura datang, mungkin takut ketahuan.
Naura terus mengikuti kemana arah mobil arfan melaju, hingga tibalah mereka didepan sebuah rumah besar yang mewah dan megah.
Setelah mobil arfan pergi, naura memarkirkan mobilnya untuk mencari informasi. Ia berjalan turun menemui satpam yang berjaga.
"Maaf, pak. Saya mau tanya?" tanya naura pada satpam berperawakan tua yang tengah duduk santai itu didalam posnya.
"Iya, bu. Ada apa?" sahut satpam tersebut.
"Saya mencari alamat rumah, ibu ini. Saya ada perlu, tapi saya tak tahu namanya siapa," ucap Naura sembari menunjukan foto wanita yang menjadi selingkuhan kekasihnya itu.
"Oh ... Ini namanya ibu Elviana Stefany, bu. Ini rumahnya" jawab satpam tersebut.
"Oh, ini ternyata, rumahnya," Naura pura-pura tak tahu.
Hendak bertanya lagi, namun suara klakson mobil menghentikan mereka. satpam tersebut beranjak keluar dari posnya untuk membukakan gerbang besar nan tinggi itu.
Dari samping, naura melihat wajah laki-laki yang tak begitu asing baginya, mobilnya keluar dari gerbang rumah mewah tersebut .
Hingga mobil itu menjauh, ia terus menatap laki-laki yang duduk dijok belakang dan kebetulan jendela mobil tersebut terbuka lebar.
"Tidak, tidak mungkin dia, kan," gumam Naura, setelah mobil itu tak terlihat kembali.
Satpam yang tadi kembali duduk ditempat yang semula. naura pun kembali bertanya.
"Pak, maaf. Yang tadi, siapanya bu elvi?" tanya Naura.
"Itu tuan jen, suaminya bu elvi" jawab pak satpam itu.
Deg
Dia wanita bersuami, apa maksudnya semua ini? Fikir naura.
"Pak, maaf. Saya gak jadi mampir, ada yang menghubungi saya. Makasih sebelumnya" ucap Naura berpura-pura mendapatkan pesan chat dari seseorang dan berlalu pamit.
Didalam mobil, fikirannya kembali menyatukan puzzle yang membuatnya bingung. Untuk apa arfan berhubungan dengan wanita bersuami? Apa wanita itu ada masalah sama suaminya? Lalu, meminta tolong pada arfan sebagai teman, ataukah ....
Pertanyaan-pertanyaan itu melayang memutari otaknya, hingga bunyi ponsel membuyarkan semua isi kepalanya.
Kekasihku, nama yang tertera di layar tersebut menghubunginya, ia memelankan laju mobilnya, lalu memarkirkannya dipinggir jalan.
Sebelum mendapat amukan, naura menghela nafas panjang, ia tahu apa maksud arfan, setelah mencoba menenangkan fikiran dan jantungnya naura pun menerima panggilan dari pria yang sudah ia kencani itu.
"Hallo mas" sapa Naura dengan tenang.
"Kamu dimana? Sih. Aku udah nunggu kamu disini, kok lama banget," ujar Arfan dengan suara yang sudah marah.
"Aku masih dijalan, disini macet," Jawab Naura memberikan alasan.
"Alasan aja kamu, kita gak jadi ketemu. Aku ada kerjaan, nanti saja kita ketemu," ujar Arfan menolak untuk bertemu, juga ia langsung memutuskan sambungannya secara sepihak.
Disini, naura mulai merasa keraguannya kembali menggerogoti hatinya. Perasaan yang pernah luluh itu, kini kembali membeku melihat sikap pria yang pernah mengejarnya dengan ugal-ugalan itu.
Wanita itu menyandarkan keningnya di stir mobil, kepalanya pening, apalagi ketika mengingat laki-laki yang keluar dari rumah mewah itu. Suami elviana, kenapa ia merasa mengenalnya?
"Semoga saja bukan dia" ucapnya berharap.
Berharap ia tak akan bertemu dengan pria dimasa lalunya, berharap tak akan pernah bertemu bahkan sedetik pun.
...****************...
Sore harinya, warna jingga sudah meluas dilangit mewarnai hari menjelang malam, sepulang dari kantor naura langsung ke Apartemen arfan.
Tangannya membawa cake yang disukai pria tersebut, sebagai alasan meminta maaf karena keterlambatannya untuk bertemu tadi pagi.
Cukup lama pintu terbuka, namun ia sabar menunggu pria itu. Pegawainya bilang arfan sudah pulang, jadi ia langsung ke sana.
Pintu terbuka, naura segera masuk kedalam, tentu saja arfa terkejut bukan main melihat kedatangan naura tanpa pemberitahuan.
"Ka-kamu ngapain kesini?" tanya laki-laki itu dengan wajah yang amat gugup.
"Pengen ketemu kamulah, lagian sejak kapan no pin pintunya diganti? Aku kan gak harus ketuk pintu dan nunggu lama" ujar naura tanpa menoleh.
Namun seketika itu, ia melihat apartemen calon suaminya terlihat ada tamu lain dan sepertinya seorang perempuan.
Karena kedatangannya disambut hangat oleh sepatu hak tinggi, yang tergeletak dibawah tempat sandal sepatu, juga rumah yang begitu berantakan. Pakaian pria wanita yang tergeletak dilantai juga sebuah tas wanita yang dipakai elviana semalam, naura masih mengingatnya.
Naura menoleh kebelakang melihat arfan yang hanya mengenakan jubah mandi, hatinya berguncang hebat, namun ia menahan segala rasa dan fikiran kacau yang mulai bergentayangan di kepalanya.
Wanita itu masuk dengan berjalan cepat ke arah kamar utama, dimana ia yakin wanita itu pasti masih ada disana. Saat membuka pintu dengan kasar, ia lihat semuanya, ia lihat dengan mata yang lebar agar ia yakin apa yang ia lihat bukanlah kesalah-pahaman.
Arfan yang mengejarnya pun ikut terkejut, karena melihat elviana masih dalam keadaan tak berbusana. Wanita itu hendak memakai pakaiannya, namun mendengar pintu terbuka membuatnya terkejut.
Naura merasakan darahnya mendidih melihatnya, jijik dan benci bercampur dihatinya mengubah rasa yang pernah bahagia dan berwarna itu dalam sekejap.
"Jelaskan semuanya padaku, sebelum aku menjambak rambut dan menampar pipinya atau bisa juga membunuhnya" ancam naura dengan penuh penekanan.
Sementara mereka memakai pakaian naura, menunggu disofa depan tv. Dimana hanya tempat itu yang terlihat bersih, sedangkan yang lain ia bisa mencium bau parfum keduanya yang mungkin sudah berkali-kali melakukannya.
Pasangan itu akhirnya keluar dari kamar dengan pakaian lengkap, membuat naura menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan tangan dengan kuat, menguatkan hati dan pikiran yang sudah meletup-letup ingin meledak.
Mereka duduk dihadapannya sembari saling menggenggam tangan, naura yang melihatnya segera memalingkan wajahnya, muak.
"Cepat katakan padaku, kenapa kalian berselingkuh?" tanya naura tanpa basa basi dan ingin rasanya segera pergi.
"Kami bukan selingkuh, kami sudah lama berhubungan dan kamulah pelakornya" sahut elviana menatap naura sinis.
Naura mulai bingung, kenapa ia yang disalahkan? Bukankah mereka yang melakukannya, kenapa ia yang malah dituduh, fitnah macam apa itu?
"Sayang, jangan emosi," ucap Arfan mengusap lengan elviana dengan lembut sama seperti saat pria itu menenangkan naura kala marah.
Arfan menoleh pada naura dengan wajah tanpa rasa bersalah sedikitpun, seolah apa yang dilakukannya bukanlah sebuah kesalahan, melainkan sebuah perasaan yang sudah lama ingin ia nikmati.
"Naura, aku minta maaf. Kami memang sudah lama berhubungan, aku tak pernah mencintaimu, aku mendekatimu karena keinginan orang tuaku," ujar arfan dengan wajah serius dan ungkapan jujur yang menyesakkan hati naura.
"Apa" gumam Naura, mengepalkan tangannya semakin kuat.
Mendengar ungkapan yang tak pernah ia bayangkan akan terucap di bibir pria itu, ungkapan yang membuat hatinya terjatuh kedalam jurang yang penuh luka.
Lantas, apa alasannya ia mendekati dan menikahi naura?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
IamEsthe
perhatikan tanda baca dalam dialog ya.
"Begini nih kalo sudah bucin parah," ujarnya dengan bla bla bla
2025-02-26
2
vj'z tri
OHHHHH wah emosi akuh panas panas panas hati ini 😤😤😤😤😤 lanjut Thor geregetan akuh
2024-12-24
0
Azthar_ noor
iya itu kan belum semua aku revisi mba
2025-02-26
0