Two Alpha's And Mate

Di Lapangan Shadowclaw

Suasana di lapangan menjadi semakin panas. Loreon berdiri di tengah kerumunan, napasnya terengah-engah, otot-ototnya menegang. Semua pandangan tertuju padanya saat dia menghancurkan pembatas lapangan dengan satu pukulan kuat. Kayu-kayu yang pecah berterbangan ke udara, menambah kekacauan yang sudah terjadi. Tapi itu belum cukup. Emosinya terus memuncak.

Tanpa peringatan, Loreon berbalik dan langsung meninju salah satu rekannya, Vero, yang berada terlalu dekat. Pukulan itu membuat Vero terhuyung mundur, memegangi dadanya yang nyeri. Para anggota pack yang sebelumnya diam membisu, kini tampak cemas dan mundur. Mereka tahu betul betapa berbahayanya situasi ini—kemarahan Loreon yang tak terkendali adalah sesuatu yang bisa menghancurkan apapun di sekitarnya.

Leon, serigala yang terkurung dalam tubuh Loreon, terus bersuara di dalam kepalanya, menambah bahan bakar untuk amarah yang semakin membara.

"Kau benar-benar pengecut, Loreon!" suara Leon bergema keras. "Bertindaklah! Kau hanya terus menunggu, dan sementara itu, dia semakin jauh dari jangkauanmu!"

Loreon mengepalkan tangannya dengan kuat, tangannya bergetar, tanda-tanda emosinya yang tak terbendung. Dia kembali memandang ke arah rekan-rekannya yang kini terdiam, takut mendekat. "Diam, Leon!" serunya dalam hati, suara hatinya bergetar oleh frustrasi. Namun, emosinya semakin tidak terkendali, dan ia melangkah maju, kembali meninju seorang warrior lainnya, Ares, yang menghalangi jalannya.

Suasana semakin kacau, dan tidak ada yang berani mendekat. Namun, ketika suasana hampir mencapai titik puncak, Delta Mattius muncul dari balik bayang-bayang pohon besar di sisi lapangan. Langkahnya tenang, namun penuh wibawa. Sosoknya yang tegap dan berotot segera menarik perhatian. Para anggota pack yang semula terdiam, kini melonggarkan ketegangan mereka.

Mattius mendekat dengan langkah mantap, matanya yang tajam menatap Loreon dengan penuh perhatian. "Loreon," katanya dengan suara rendah namun tegas, "kamu harus mengendalikan dirimu. Ini bukan tempat untuk melampiaskan amarahmu."

Namun Loreon, yang sudah terperangkap dalam kemarahan dan kebingungannya, tidak bisa mendengarkan. "Jangan ikut campur, Mattius!" ia berteriak, suaranya penuh dengan desakan emosi yang menggebu. "Aku tahu apa yang harus kulakukan!"

Namun, Mattius tetap berdiri tenang, tidak tergoyahkan oleh teriakan itu. Dia tahu betul bagaimana kekuatan batin yang dimiliki oleh Loreon, tapi dia juga tahu batas-batas yang harus dijaga. "Tenang, Loreon. Ini bukan hanya tentang kamu. Ini tentang semua orang di sekitar kita."

Mattius berdiri lebih dekat, berusaha mengurangi ketegangan. Namun, Loreon masih terhanyut dalam amarahnya. Tiba-tiba, sebuah suara berat dan penuh kekuasaan terdengar mengalun, meredakan ketegangan yang semakin memuncak.

Lucian Valtor, Alpha dari klan Valtor, tiba-tiba muncul dengan langkah tegap dari pintu gerbang besar yang mengarah ke istana Valthoria. Seperti bintang yang bersinar terang, tubuhnya yang tinggi tegap dan wajahnya yang tegas memancarkan wibawa yang luar biasa. Di belakangnya, Mattius sudah menundukkan kepalanya sedikit, menghormati kedatangan sang Alpha.

Namun, saat Lucian melangkah lebih dekat, sepertinya kehadirannya malah semakin memicu emosi Loreon. Di dalam benaknya, dia tidak bisa berhenti memikirkan pertemuan sebelumnya dengan Elowen, gadis yang kini menjadi pusat perhatiannya. Terbayang jelas di dalam pikirannya, saat saudara tirinya, Kenneth, menciumnya dengan paksa, mempermalukan Elowen di depan umum. Itu adalah kenangan yang terus menghantui Loreon, membuat urat-urat di leher dan tangannya menonjol akibat ledakan amarah yang tak terbendung lagi.

Tiba-tiba, terdengar langkah berat dari jauh. Semua orang menoleh, dan suasana yang semula kacau itu mendadak hening. Alpha Lucian Valtor muncul dari gerbang besar menuju lapangan. Tubuhnya tegap, ekspresinya keras seperti batu, namun ada kesan wibawa yang memancar begitu besar.

Melihat kehadiran sang Alpha, para warrior langsung bersikap lebih hormat dan mundur untuk memberi ruang. Mattius, yang semula berdiri di dekat Loreon, segera menundukkan kepala, merasakan ketegangan yang ada.

"Apa yang terjadi di sini?" suara Lucian terdengar berat, penuh otoritas. "Saat aku datang, semua orang berlarian menuju sini, ada apa?"

Mattius, yang mendengar pertanyaan itu, langsung mengambil langkah maju dengan kepala tertunduk. "Maafkan saya, Alpha Lucian," jawabnya, "Gamma Loreon telah membuat masalah saat Anda bertamu ke sini."

Lucian menatap Mattius, lalu beralih ke Loreon, yang berdiri di tengah lapangan dengan tubuh tegang dan tangan terkepal kuat. Melihat sikap Loreon yang tidak beranjak dan tidak memberikan jawaban, Lucian mengangkat alisnya, kecewa.

"Loreon?" suaranya terdengar dingin. "Jadi kau yang menjadi penyebab masalah ini? Ternyata, kau tidak pernah berubah, ya?"

Loreon tetap diam, matanya menatap ke depan dengan tatapan kosong, namun emosi di dalam dirinya terus membakar. Tangannya masih terkepal kuat, otot-ototnya bergetar menahan amarah yang meluap. Ia tidak ingin berbicara, tidak ada kata yang bisa menenangkan kebingungannya saat itu.

Lucian mengamati ketegangan di wajah Loreon dengan rasa frustrasi. "Kau benar-benar tidak bisa mengendalikan dirimu, bukan?" katanya dengan nada yang tidak lagi sabar. "Selalu sama saja."

Mattius, yang sudah mendengar percakapan itu, tampak sedikit mengerti. Dia tahu bahwa Loreon dan Lucian selalu berada di jalur yang berbeda—dua saudara tiri yang terjebak dalam permusuhan yang tak ada habisnya.

Lucian selalu berusaha mengenyahkan keberadaan Loreon, berusaha mengambil posisi yang lebih tinggi, sementara Loreon, meskipun merasa diabaikan dan dihina, tetap berjuang untuk mempertahankan posisinya di antara mereka. Terkadang, seakan ada perang yang tak terlihat antara keduanya—Lucian mencoba meraih kekuasaan, sementara Loreon berusaha keras untuk mempertahankan posisi dan kehormatan yang ia miliki.

"Kau pikir aku akan mengalah begitu saja, Lucian?" pikir Loreon dalam hatinya, meski ia tidak mengucapkannya. Semakin Lucian berusaha untuk menyingkirkannya, semakin keras Loreon berusaha bertahan. Satu hal yang ia tahu pasti, dia tidak akan pernah membiarkan saudara tirinya itu merusak apa yang sudah menjadi miliknya, termasuk posisinya dalam dunia ini.

Apa kau merasa terancam, Loreon?" Lucian bertanya dengan nada yang tajam, matanya menyempit saat menatap saudara tirinya. "Aku tahu, kau pasti iri padaku karena aku lebih berhak atas mate kita, Elowen. Kan? Kau tahu, bukan, bahwa aku adalah yang pertama memiliki hak atasnya? Bukan seperti kamu yang selalu berusaha merebutnya."

Seketika, Loreon merasa seolah ada api yang menyala di dalam dirinya. Elowen—gadis yang selama ini menjadi pusat amarah dan kegelisahannya—berada di tengah persaingan tak terhingga ini. Kedua saudara tiri itu saling berebut, dan Loreon tidak akan membiarkan Lucian merenggut Elowen darinya.

"Tidak akan pernah, Lucian!" Loreon hampir berteriak, suara penuh kebencian yang terpendam. Tangannya terkepal erat, mencengkram rasa sakit yang semakin menggerogoti hatinya. "Elowen adalah mate-ku, dan itu tidak akan pernah berubah! Kau hanya perusak yang berniat menghancurkan kehidupan kami. Kau tidak tahu apa-apa tentang cinta yang kami miliki, kau hanya ingin memiliki segalanya, menguasai segalanya."

Lucian melangkah lebih dekat, wajahnya semakin dekat dengan wajah Loreon. "Apa yang kau katakan, Loreon? Kau pikir dengan semua kebodohanmu, kau bisa memenangkannya? Kau tidak lebih dari seorang anak kecil yang tidak mengerti bagaimana dunia ini berjalan! Elowen sudah memilihku, dan itu adalah kenyataan yang harus kau terima."

Lucian terdiam sejenak, matanya menyempit. Dia tahu betul apa yang akan dikatakan berikutnya, dan meskipun hati kecilnya bergejolak, dia tetap menatap Loreon dengan keteguhan.

"Aku yang telah membayar semua hutang keluarganya, Loreon. Lunas!" Lucian berkata dengan penuh keyakinan, suara dalam dirinya penuh dengan determinasi. "Sedangkan kau? Apa yang sudah kau lakukan untuknya? Tidak ada yang lebih dari sekadar janji kosongmu yang hanya menghancurkan hidupnya. Apa yang bisa kau berikan padanya selain kebohonganmu?"

Loreon meledak, rasa sakit dan kemarahan yang terkumpul begitu lama kini meledak tak terkendali. "Apa yang kau lakukan padanya? Kau pikir uang bisa membeli cinta, Lucian? Kau hanya seorang penakut yang tidak berani jatuh cinta, bukan? Lebih baik kau mundur sekarang juga dan berikan dia padaku, karena Moon Goddess pasti akan memberikanmu pasangan lain, dan kau harus menunggu 1000 tahun lagi untuk bisa merasakan cinta sejati!"

Lucian berdiri diam, matanya penuh dengan tantangan, meskipun di dalam hatinya, kata-kata Loreon menusuk begitu dalam. "Aku tidak perlu menunggu 1000 tahun untuk mendapatkan apa yang sudah menjadi takdirku, Loreon. Elowen adalah pilihanku, dan aku tidak akan mundur."

Loreon mendekat dengan penuh emosi, setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah mendorong dunia mereka ke jurang kehancuran. "Kau pikir bisa mengalahkanku dengan uang dan statusmu? Tidak! Elowen adalah mate-ku! Aku akan melindunginya, apa pun yang terjadi. Aku sudah menanggung banyak untuknya. Aku telah mengorbankan segalanya untuknya. Kau, Lucian, hanyalah orang yang datang belakangan, berharap bisa merusak semua yang aku perjuangkan."

Lucian menatap Loreon, kemarahan di dalam matanya juga mulai terbakar. "Jangan mengira aku akan menyerah hanya karena kau mengatakan begitu, Loreon. Elowen akan memilih siapa yang terbaik untuknya, dan aku yakin dia akan memilihku."

Episodes
1 Penjelasan
2 Two Alpha's And Mate
3 Two Alpha's And Mate
4 Two Alpha's And Mate
5 Two Alpha's And Mate
6 Two Alpha's And Mate
7 Two Alpha's And Mate
8 Two Alpha's And Mate
9 Two Alpha's And Mate
10 Two Alpha's And Mate
11 Two Alpha's And Mate
12 Two Alpha's And Mate
13 Two Alpha's And Mate
14 Two Alpha's And Mate
15 Two Alpha's And Mate
16 Two Alpha's And Mate
17 Two Alpha's And Mate
18 Two Alpha's And Mate
19 Two Alpha's And Mate
20 Two Alpha's And Mate
21 Two Alpha's And Mate
22 Two Alpha's And Mate
23 Two Alpha's And Mate
24 Two Alpha's And Mate
25 Two Alpha's And Mate
26 Two Alpha's And Mate
27 Two Alpha's And Mate
28 Two Alpha's And Mate
29 Two Alpha's And Mate
30 Two Alpha's And Mate
31 Two Alpha's And Mate
32 Two Alpha's And Mate
33 Two Alpha's And Mate
34 Two Alpha's And Mate
35 Two Alpha's And Mate
36 Two Alpha's And Mate
37 Two Alpha's And Mate
38 Two Alpha's And Mate
39 Two Alpha's And Mate
40 Two Alpha's And Mate
41 Two Alpha's And Mate
42 Two Alpha's And Mate
43 Two Alpha's And Mate
44 Two Alpha's And Mate
45 Two Alpha's And Mate
46 Two Alpha's And Mate
47 Two Alpha's And Mate
48 Two Alpha's And Mate
49 Two Alpha's And Mate
50 Two Alpha's And Mate
51 Two Alpha's And Mate
52 Two Alpha's And Mate
53 Two Alpha's And Mate
54 Two Alpha's And Mate
55 Two Alpha's And Mate
56 Two Alpha's And Mate
57 Two Alpha's And Mate
58 Two Alpha's And Mate
59 Two Alpha's And Mate
60 Two Alpha's And Mate
61 Two Alpha's And Mate
62 Two Alpha's And Mate
63 Two Alpha's And Mate
64 Two Alpha's And Mate
65 Two Alpha's And Mate
66 Two Alpha's And Mate
67 Two Alpha's And Mate
68 Two Alpha's And Mate
69 Two Alpha's And Mate
70 Two Alpha's And Mate
71 Two Alpha's And Mate
72 Two Alpha's And Mate
73 Two Alpha's And Mate
74 Two Alpha's And Mate
75 Two Alpha's And Mate
76 Two Alpha's And Mate
77 Two Alpha's And Mate
78 Two Alpha's And Mate: TAMAT
79 Extra Part 1
80 Extra Part 2
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Penjelasan
2
Two Alpha's And Mate
3
Two Alpha's And Mate
4
Two Alpha's And Mate
5
Two Alpha's And Mate
6
Two Alpha's And Mate
7
Two Alpha's And Mate
8
Two Alpha's And Mate
9
Two Alpha's And Mate
10
Two Alpha's And Mate
11
Two Alpha's And Mate
12
Two Alpha's And Mate
13
Two Alpha's And Mate
14
Two Alpha's And Mate
15
Two Alpha's And Mate
16
Two Alpha's And Mate
17
Two Alpha's And Mate
18
Two Alpha's And Mate
19
Two Alpha's And Mate
20
Two Alpha's And Mate
21
Two Alpha's And Mate
22
Two Alpha's And Mate
23
Two Alpha's And Mate
24
Two Alpha's And Mate
25
Two Alpha's And Mate
26
Two Alpha's And Mate
27
Two Alpha's And Mate
28
Two Alpha's And Mate
29
Two Alpha's And Mate
30
Two Alpha's And Mate
31
Two Alpha's And Mate
32
Two Alpha's And Mate
33
Two Alpha's And Mate
34
Two Alpha's And Mate
35
Two Alpha's And Mate
36
Two Alpha's And Mate
37
Two Alpha's And Mate
38
Two Alpha's And Mate
39
Two Alpha's And Mate
40
Two Alpha's And Mate
41
Two Alpha's And Mate
42
Two Alpha's And Mate
43
Two Alpha's And Mate
44
Two Alpha's And Mate
45
Two Alpha's And Mate
46
Two Alpha's And Mate
47
Two Alpha's And Mate
48
Two Alpha's And Mate
49
Two Alpha's And Mate
50
Two Alpha's And Mate
51
Two Alpha's And Mate
52
Two Alpha's And Mate
53
Two Alpha's And Mate
54
Two Alpha's And Mate
55
Two Alpha's And Mate
56
Two Alpha's And Mate
57
Two Alpha's And Mate
58
Two Alpha's And Mate
59
Two Alpha's And Mate
60
Two Alpha's And Mate
61
Two Alpha's And Mate
62
Two Alpha's And Mate
63
Two Alpha's And Mate
64
Two Alpha's And Mate
65
Two Alpha's And Mate
66
Two Alpha's And Mate
67
Two Alpha's And Mate
68
Two Alpha's And Mate
69
Two Alpha's And Mate
70
Two Alpha's And Mate
71
Two Alpha's And Mate
72
Two Alpha's And Mate
73
Two Alpha's And Mate
74
Two Alpha's And Mate
75
Two Alpha's And Mate
76
Two Alpha's And Mate
77
Two Alpha's And Mate
78
Two Alpha's And Mate: TAMAT
79
Extra Part 1
80
Extra Part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!