Two Alpha's And Mate

Suara pintu yang tertutup dengan kasar menggema di apartemen itu, membuat Elowen terlonjak sedikit dari tempatnya berdiri. Jantungnya berdebar kencang, matanya melirik ke arah pintu yang kini tertutup rapat.

"Dia... sudah pergi, kan?" tanyanya pelan, hampir seperti bergumam pada dirinya sendiri. Ada sedikit getaran dalam suaranya, sisa dari kejadian yang baru saja terjadi.

Valerie, yang masih berdiri tidak jauh dari meja, tampak sama sekali tidak terpengaruh. Wajahnya tetap tenang, bahkan sedikit santai, seperti hal yang baru saja terjadi bukanlah sesuatu yang luar biasa. Ia hanya mengangkat bahu kecil sambil menjawab santai, "Kurasa begitu."

Aku tidak mengerti kenapa kau bisa berteman dengan pria seperti itu, Vale," suara Elowen masih terdengar dipenuhi kemarahan. "Dia dingin, kejam, dan terlalu percaya diri. Orang seperti dia hanya peduli pada dirinya sendiri."

Di dalam, Valerie mencoba meredakan kemarahan Elowen. "Aku tahu Loreon kasar, tapi dia tidak seburuk itu," kata Valerie pelan. "Dia hanya terlalu protektif, meskipun caranya... ya, berlebihan."

Elowen mendengus, matanya menyipit. "Protektif? Itu bukan protektif, Vale. Itu menyerang orang tak bersalah! Kau tidak bisa terus membenarkan apa yang dia lakukan."

Valerie menghela napas panjang. "Aku tidak membela dia, El. Aku hanya mencoba membuatmu melihat bahwa Loreon memang bukan orang yang mudah. Tapi dia tidak benar-benar jahat."

Elowen melipat tangan di dadanya, matanya menyipit kesal. "Aku tidak peduli dia orang baik atau tidak, Vale. Yang aku tahu, aku tidak akan melupakan apa yang dia lakukan hari ini. Aku tidak pernah diperlakukan seperti itu seumur hidupku. Dan itu terjadi di tempatmu."

Valerie menggigit bibirnya, merasa bersalah. "Aku tahu, aku benar-benar minta maaf. Dia tidak seharusnya melakukan itu, terutama padamu. Aku akan bicara dengannya nanti, oke?"

Elowen menggeleng, terlihat kecewa. "Bicara tidak akan mengubah apa-apa, Vale. Orang seperti dia tidak akan peduli apa yang kita katakan. Aku hanya tidak mengerti kenapa kau bisa berteman dengan seseorang seperti dia."

Valerie menunduk, merasa terpojok. "Loreon memang sulit didekati, tapi dia teman lama yang selalu ada saat aku butuh bantuan. Dia mungkin punya caranya sendiri yang sulit dimengerti."

Elowen mendesah panjang, mencoba meredam emosinya. "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa menerima orang seperti dia. Aku hanya berharap aku tidak perlu bertemu dengannya lagi."

Valerie menggeleng pelan, sedikit tersenyum seolah Elowen terlalu berlebihan. "Dia tidak seburuk itu. Kau hanya perlu waktu untuk mengenalnya."

Namun, bagi Elowen, waktu tidak akan pernah cukup untuk membuatnya menerima seseorang seperti Loreon—seseorang yang tanpa ragu mengancamnya hanya dalam hitungan detik.

Elowen berdiri dari sofa dengan gerakan kaku, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Wajahnya tampak lelah, dan ia menghindari tatapan Valerie. "Aku mau istirahat, Vale. Kepalaku berat," katanya pelan sambil melangkah menuju pintu kamarnya.

Valerie segera bangkit dan berjalan mendekat. "Tunggu, El. Setidaknya biarkan aku membantumu. Lehermu pasti sakit setelah apa yang dia lakukan tadi. Aku punya salep di sini—"

Elowen segera menepis tangan Valerie dengan lembut tapi tegas. Ia menoleh sekilas, menunjukkan senyumnya yang terpaksa.

Aku tidak apa-apa, Vale. Leherku tidak sakit," ujarnya singkat. Namun, nada suaranya yang lemah menunjukkan bahwa dirinya masih terguncang.

"Tapi—" Valerie hendak membantah, tetapi Elowen mengangkat tangan, memotongnya.

"Aku hanya syok berat tadi, itu saja," katanya sambil mencoba tersenyum tipis, meskipun senyumnya terlihat dipaksakan. "Aku tidak butuh apa-apa. Aku cuma ingin tidur."

Valerie menghela napas, lalu melirik kotak kue yang tadi dibawa Elowen. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan kue dulu? Kau kan membawanya untuk kita."

Elowen memandang Valerie dengan tatapan lelah, lalu menggeleng pelan. "Aku tidak nafsu makan lagi, Vale. Kau habiskan saja semuanya, jangan sisakan untukku."

"El, kau yakin?" Valerie mencoba memastikan, tetapi Elowen sudah mulai membuka pintu kamarnya.

"Iya, aku yakin. Selamat malam, Vale."

BLAM! Suara pintu tertutup cukup keras, memotong semua kemungkinan percakapan lebih lanjut.

Valerie berdiri diam di tempat, menghela napas panjang sambil memandangi pintu kamar Elowen. "Astaga, Loreon... apa yang sebenarnya ada di pikiranmu?" gumamnya pelan.

...➰➰➰➰...

Ia berjalan kembali ke sofa, duduk dengan lemas sambil melirik kotak kue yang masih tergeletak di meja. Tidak ada nafsu untuk makan, tetapi pikirannya sibuk memikirkan apa yang harus ia katakan pada Loreon. Satu hal yang pasti, ia tidak akan membiarkan sikap kasar itu terulang lagi.

Setelah menutup pintu kamar dengan sedikit emosi, Elowen segera melepas jaketnya dan menggantungnya di balik pintu. Langkahnya terhenti sejenak di depan cermin besar di sudut kamar. Refleksi dirinya terlihat kusut, wajahnya masih menunjukkan bekas keterkejutan yang belum sepenuhnya hilang.

Namun, pandangannya segera tertuju pada lehernya. Ia mendekat ke cermin, menyingkap rambutnya untuk melihat lebih jelas. Area di sekitar lehernya terlihat kemerahan, dengan sedikit memar yang mulai tampak.

Elowen berdecak kesal. "Astaga... benar-benar kasar!" gumamnya. Perasaan nyeri kecil di sekitar leher membuatnya semakin kesal.

Dengan langkah cepat, ia membuka laci meja kecil di samping tempat tidur, mengambil kotak P3K yang selalu ia sediakan. Setelah menemukan salep anti memar, ia membuka tutupnya dengan gerakan yang penuh emosi.

"Loreng! Iya, aku panggil kau Loreng saja! Cocok dengan sifatmu yang liar dan tidak tahu sopan santun!" gerutunya sambil mengoleskan salep itu ke lehernya. Rasa dingin dari salep sedikit meredakan nyeri, tetapi tidak cukup untuk meredakan amarahnya.

Elowen terus mengomel sambil bercermin, mengamati hasil olesannya. "Kalau aku bertemu kau lagi, Loreng, lihat saja! Aku akan mencakar wajahmu sampai kau tahu rasanya! Dasar... pria barbar tidak beradab!" Ia mengeluarkan dengusan panjang, tangannya masih sibuk merapikan rambutnya yang sempat berantakan.

Setelah selesai, ia menutup kotak P3K dengan keras, seolah menyalurkan kekesalannya pada benda tak bersalah itu. Ia meletakkannya kembali ke tempat semula, lalu menatap refleksi dirinya sekali lagi.

"Sumpah, semoga aku tidak pernah bertemu kau lagi. Kalau pun terpaksa bertemu, aku pastikan kau tidak akan lupa siapa aku!" katanya dengan suara penuh tekad.

Ia melempar tubuhnya ke atas tempat tidur, menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. Namun, pikirannya masih dipenuhi amarah dan bayangan Loreon. Malam itu, Elowen tahu dirinya tidak akan mudah melupakan kejadian ini.

...➰➰➰➰...

Pagi itu, udara segar mengalir melalui jendela yang sedikit terbuka di kamar Elowen. Setelah menyelesaikan rutinitas pagi, ia berjalan ke kamar mandi dengan langkah ringan, mengabaikan sisa-sisa kekesalannya semalam. Sekitar sepuluh menit kemudian, Elowen keluar dari kamar mandi, mengenakan pakaian kasual favoritnya—sebuah kaos lengan panjang berwarna putih dan celana jeans biru yang nyaman, lengkap dengan tas sling bag yang menggantung di bahunya.

Melangkah keluar kamar, ia segera merasakan aroma menggoda yang memenuhi ruangan. Nasi goreng dengan ayam goreng bawang putih—makanan favoritnya—tercium begitu kuat dari arah meja makan.

Di meja makan, Valerie tengah sibuk menyusun makanan di atas piring. Tampaknya ia sedang mempersiapkan sarapan dengan penuh perhatian. Elowen mengangkat alisnya, terkesima melihat betapa rapi dan lezatnya hidangan itu.

"Wah, tumben kamu masak makanan berat pagi-pagi, Vale?" Elowen berkata sambil menarik kursi dan duduk dengan santai.

Valerie meliriknya dan tersenyum, mengangkat sendok untuk menambah nasi ke dalam piring Elowen. "Gak apa-apa, jarang kok aku masak buatmu kecuali aku cuti. Hari ini kebetulan aku ada waktu."

Elowen mencuri pandang ke Valerie dengan senyum nakal. "Bukan karena permintaan maafmu yang semalam, kan?"

Valerie tertawa kecil, meletakkan sendoknya di piring dan menatap Elowen dengan ekspresi tahu diri. "Heheheh, tau aja... Tapi bagaimana lehermu? Baik-baik saja?"

Elowen menunduk sebentar, memeriksa area lehernya, lalu mengangkat wajahnya dengan sikap santai. "Lumayan, sudah tidak sakit. Kau tidak usah mencemaskan keadaan ku. Selagi kau melihatku masih pencicilan dan petakilan, berarti aku baik-baik saja."

Elowen mengambil ayam goreng yang baru saja dipotong Valerie, menyendok nasi goreng yang harum, dan memasukannya ke dalam mulut dengan nikmat. Rasanya benar-benar enak. Hatinya sedikit lebih tenang, meski pikiran tentang kemarin belum sepenuhnya hilang.

Episodes
1 Penjelasan
2 Two Alpha's And Mate
3 Two Alpha's And Mate
4 Two Alpha's And Mate
5 Two Alpha's And Mate
6 Two Alpha's And Mate
7 Two Alpha's And Mate
8 Two Alpha's And Mate
9 Two Alpha's And Mate
10 Two Alpha's And Mate
11 Two Alpha's And Mate
12 Two Alpha's And Mate
13 Two Alpha's And Mate
14 Two Alpha's And Mate
15 Two Alpha's And Mate
16 Two Alpha's And Mate
17 Two Alpha's And Mate
18 Two Alpha's And Mate
19 Two Alpha's And Mate
20 Two Alpha's And Mate
21 Two Alpha's And Mate
22 Two Alpha's And Mate
23 Two Alpha's And Mate
24 Two Alpha's And Mate
25 Two Alpha's And Mate
26 Two Alpha's And Mate
27 Two Alpha's And Mate
28 Two Alpha's And Mate
29 Two Alpha's And Mate
30 Two Alpha's And Mate
31 Two Alpha's And Mate
32 Two Alpha's And Mate
33 Two Alpha's And Mate
34 Two Alpha's And Mate
35 Two Alpha's And Mate
36 Two Alpha's And Mate
37 Two Alpha's And Mate
38 Two Alpha's And Mate
39 Two Alpha's And Mate
40 Two Alpha's And Mate
41 Two Alpha's And Mate
42 Two Alpha's And Mate
43 Two Alpha's And Mate
44 Two Alpha's And Mate
45 Two Alpha's And Mate
46 Two Alpha's And Mate
47 Two Alpha's And Mate
48 Two Alpha's And Mate
49 Two Alpha's And Mate
50 Two Alpha's And Mate
51 Two Alpha's And Mate
52 Two Alpha's And Mate
53 Two Alpha's And Mate
54 Two Alpha's And Mate
55 Two Alpha's And Mate
56 Two Alpha's And Mate
57 Two Alpha's And Mate
58 Two Alpha's And Mate
59 Two Alpha's And Mate
60 Two Alpha's And Mate
61 Two Alpha's And Mate
62 Two Alpha's And Mate
63 Two Alpha's And Mate
64 Two Alpha's And Mate
65 Two Alpha's And Mate
66 Two Alpha's And Mate
67 Two Alpha's And Mate
68 Two Alpha's And Mate
69 Two Alpha's And Mate
70 Two Alpha's And Mate
71 Two Alpha's And Mate
72 Two Alpha's And Mate
73 Two Alpha's And Mate
74 Two Alpha's And Mate
75 Two Alpha's And Mate
76 Two Alpha's And Mate
77 Two Alpha's And Mate
78 Two Alpha's And Mate: TAMAT
79 Extra Part 1
80 Extra Part 2
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Penjelasan
2
Two Alpha's And Mate
3
Two Alpha's And Mate
4
Two Alpha's And Mate
5
Two Alpha's And Mate
6
Two Alpha's And Mate
7
Two Alpha's And Mate
8
Two Alpha's And Mate
9
Two Alpha's And Mate
10
Two Alpha's And Mate
11
Two Alpha's And Mate
12
Two Alpha's And Mate
13
Two Alpha's And Mate
14
Two Alpha's And Mate
15
Two Alpha's And Mate
16
Two Alpha's And Mate
17
Two Alpha's And Mate
18
Two Alpha's And Mate
19
Two Alpha's And Mate
20
Two Alpha's And Mate
21
Two Alpha's And Mate
22
Two Alpha's And Mate
23
Two Alpha's And Mate
24
Two Alpha's And Mate
25
Two Alpha's And Mate
26
Two Alpha's And Mate
27
Two Alpha's And Mate
28
Two Alpha's And Mate
29
Two Alpha's And Mate
30
Two Alpha's And Mate
31
Two Alpha's And Mate
32
Two Alpha's And Mate
33
Two Alpha's And Mate
34
Two Alpha's And Mate
35
Two Alpha's And Mate
36
Two Alpha's And Mate
37
Two Alpha's And Mate
38
Two Alpha's And Mate
39
Two Alpha's And Mate
40
Two Alpha's And Mate
41
Two Alpha's And Mate
42
Two Alpha's And Mate
43
Two Alpha's And Mate
44
Two Alpha's And Mate
45
Two Alpha's And Mate
46
Two Alpha's And Mate
47
Two Alpha's And Mate
48
Two Alpha's And Mate
49
Two Alpha's And Mate
50
Two Alpha's And Mate
51
Two Alpha's And Mate
52
Two Alpha's And Mate
53
Two Alpha's And Mate
54
Two Alpha's And Mate
55
Two Alpha's And Mate
56
Two Alpha's And Mate
57
Two Alpha's And Mate
58
Two Alpha's And Mate
59
Two Alpha's And Mate
60
Two Alpha's And Mate
61
Two Alpha's And Mate
62
Two Alpha's And Mate
63
Two Alpha's And Mate
64
Two Alpha's And Mate
65
Two Alpha's And Mate
66
Two Alpha's And Mate
67
Two Alpha's And Mate
68
Two Alpha's And Mate
69
Two Alpha's And Mate
70
Two Alpha's And Mate
71
Two Alpha's And Mate
72
Two Alpha's And Mate
73
Two Alpha's And Mate
74
Two Alpha's And Mate
75
Two Alpha's And Mate
76
Two Alpha's And Mate
77
Two Alpha's And Mate
78
Two Alpha's And Mate: TAMAT
79
Extra Part 1
80
Extra Part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!