Hujan masih setia menerpa bumi, di malam yang dingin dan gelap, tampak kerumunan orang di jalan raya. Sosok yang tak sengaja membuat kecelakaan dan kemacetan kerap berfikir menyelamatkan diri dari situasinya sekarang.
Dirinya harus bertanggung jawab, tuntutan masyarakat membuatnya tak punya pilihan lain. Wajahnya sudah tercap pukulan warga, tentu tak ingin lagi jika cap tangan itu bertambah pada wajahnya yang berharga.
“Pak ... Tolong bantu angkat dia ke mobil saya, saya akan membawanya ke rumah sakit!” pinta Jaskon yang berjongkok menatap gadis itu.
“Kau akan menolongnya kan! Jangan berbuat hal aneh pada gadis malang ini!” sela seorang pria parubaya seolah mengingatkan, kemudian berjongkok bermaksud mengangkat gadis itu ke dalam mobil Jakson yang terparkir tak jauh dari sana.
Hujan semakin deras, kerumunan orang di jalan itu menghentikan lalu lintas dan membuat kemacetan. Gadis itu sudah mereka baringkan dalam mobil BMW mewah milik Jakson.
Jakson memberi hormat, berpamitan pada orang-orang yang masih berkerumun menatapnya, ia berjanji akan menolong gadis yang di tabraknya ini, dengan nada sedikit panik.
Jakson mulai menjalankan mobil, sesekali ia melirik gadis yang bersimpuh darah lewat kaca spion di depannya. Harinya sungguh sial. Kalau bukan karena warga itu, mana mau ia menolong gadis malang ini, pikirnya menggerutu.
Takut namanya akan menjadi pembicaran nomor satu akibat kecelakaan yang di perbuatnya, tentu saja menuntutnya agar menolong walau sepertinya Ia tampak tak merasa bersalah.
Tak tahu harus mengadu pada siapa, Jakson merogoh sakunya dengan maksud ingin menelepon Sam, Sam yang tak lain manajer sekaligus bodiguarnya sekarang.
Lewat telepon ia berbicara panjang lebar, menjelaskan kejadian yang di alaminya, walau tampak panik Jakson bercerita. Sam mulai memberi perintah. Memerintahkannya agar membawa gadis itu ke kediaman pribadinya, kemudian memanggil Jim yang tak lain dokter pribadinya pula, atau lebih tepatnya dokter kepercayaan keluarganya dan juga merupakan sahabat karibnya.
Mengingat ia adalah aktor terkenal, tidak mungkin baginya ke rumah sakti larut malam begini, apa lagi membawa seorang wanita sebagai pasien.
Selama ini Jakson tak pernah terlibat dengan seorang wanita atau bahkan memiliki skandal pacaran dengan artis lain. Iya hanya peduli dengan mantan pacarnya, sebut saja dirinya gagal moveon.
Kikkk..
Mobil berhenti tepat di depan rumah mewah bertingkat dua yang tak lain adalah kediaman pribadinya, di sana telah menunggu sepasang sosok yang perlahan mendekat bersama seorang dokter.
“Jakson, apa yang terjadi?” jelas Sam langsung bertanya dengan nada suara kerap panik, seperti saat di telepon.
“Jim, pasiennya ada di dalam, tolong periksa dia!” ujar Jakson mengarahkan kemudian membuka pintu di kursi penumpang, memperlihatkan sosok wanita yang terkujur lemah bersimpuh darah.
“Bawa dia ke dalam!” pinta Jim setelah mengamati sosok lemah itu.
“Baik!” jelas Sam kemudian mengambil alih tubuh tak berdaya itu dengan darah yang juga memenuhi pakaiannya.
“Hati-hati!” sela seorang wanita yang sedari tadi menatap mereka, tampak wanita itu juga panik akan apa yang di lihatnya sekarang.
“Kau tak apa-apa kan, apa kau juga terluka?” lanjut wanita itu bertanya pada Jakson yang tak lain teman kuliah Jakson dan sekarang sebagai desain fashion pribadinya, sebut saja Nadia.
“Wajah ku sepertinya memar, habis di pukul orang!” jelas Jakson memperlihatkan luka pukul di wajahnya saat setelah membuka masker dan topi yang di pakainya sebagai bentuk penyamaran.
“Yaa ampun.. Wajah mu bengkak, besok ada pemotretan jam 10 pagi untukmu, bagaimana ini?” jelas wanita itu kian memperhatikan luka Jakson.
“Ayo, kita masuk dulu, biar aku kompres es batu wajahmu itu!” jelasnya yang kerap menuntun Jakson memasuki rumah mewah bertingkat dua.
“Nanti biarkan Jim mengobatimu juga, tapi.. kau bau alkohol! Apa kau mabuk sehingga menabrak gadis itu!” duga wanita itu saat setelah duduk mengompres wajah tampan Jakson.
“Aku tidak mabuk! aku memang minum tapi masih sadar!” sanggah Jakson membela diri menatap lekat Nadia yang tepat di sampingnya.
“Sudah, kamu mandi dulu sana!” perintah Nadia saat setelah mengompres wajah Jakson.
“Iya iya! tapi.. apa menurutmu wanita itu akan baik-baik saja?” tanya Jakson sebelum beranjak dari tempatnya, bertanya karena dirinya mulai merasa bersalah.
"Semoga saja!" harap Nadia yang juga tak yakin.
To
Be
Continue
Jika terdapat kesamaan nama tokoh, karakter, dan tempat, saya selaku penulis meminta maaf. Cerita ini hanya fiktif belaka tidak bermaksud menyinggung para pembaca dan pihak lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
MirMi B3
maaf thor mau tanya kenapa bnyk kata kerap??
2022-10-21
0
Yours Bee
like lagi
2020-10-26
2
Nur Qalbi
lanjut
2020-08-31
2