Bab 2. Gagal Acara Keluarga

Entah apa yang membuat suasana tiba-tiba berubah, mendadak barra terdiam di sepanjang perjalanan pulang. Melihat situasi yang sedang tidak sangat mendukung, oliv jadi makin kepikiran untuk memulai pembicaraan yang sangat sensitif itu. Tapi, disisi lain ia juga harus langsung mengatakannya pada barra.

"Aku harus bilang apa? Bagaimana kalau dia jadi salah paham?" Gumam oliv lirih.

"Siapa yang salah paham?" Timpal Barra mengagetkan oliv

"Ha? Enggak itu temanku salah paham sama tugas yang sedang di berikan oleh dosen akhir akhir ini kak, haha .. mungkin dia enggak memperhatikan instruksinya kali ya, haha" Ucapnya garing

"Oh begitu, aku kira apa"

Sesampainya di ruang tamu mendadak barra memeluk oliv dari belakang begitu eratnya, bahkan nafasnya yang berat pun sampai terdengar dan terasa menyentuh kulit oliv.

"Kau kedinginan? Aku akan menghangatkanmu ya?"

"Kau ini bicara apa sih kak!" Dan seketika bibirnya yang hangat menempel di bibir oliv dengan lembut.

"Tunggu dulu kak, aku ingin mengatakan sesuatu" ucapnya seraya mendorong lirih tubuh barra

Sekarang ekspresi wajahmu akan seperti apa kalau kuberi tahu saat ini?, Batin oliv sembari menatap lekat lekat wajah barra.

"Katakan saja, apa yamg ingin kamu sampaikan" bujuknya

"Jadi, aku"

seketika bunyi perut oliv bergema cukup keras hingga terdengar oleh barra.

"Aku lapar" ucapnya tidak jadi menyampaikan maksudnya.

"Kalau begitu kenapa tadi kau tidak mau makan?"

"Eh, itu"

"Baiklah ayo makan sekarang, kau mau di buatkan apa?"

"Terserah kakak saja"

"Apa hanya ada telur di dalam kulkas?"

"Sepertinya iya" ucap oliv sambil nyengir malu karena dirinya hampir tak pernah beli bahan makanan ke supermarket untuk mengisi persedian makanan ke dalam kulkas.

"Hm, bagaimana kalau bikin nasi goreng spesial aja pakai 3 telur?"

"Oke"

"hari ini aku kokinya, kamu duduk diam saja di meja makan"

Sebelum memulai aksinya barra segera menggulung lengan kemejanya lalu mengambil rompi khusus untuk memasak. Seolah sudah sangat hafal dengan resep masakannya dia melakukan step by step dengan sangat rapih.

"Wow aku masih takjub saja, padahal sudah sering melihat kakak memasak di dapur" ujar oliv sembari terkesima oleh tangan kekar yang cukup cekatan membolak balik nasi goreng di wajan.

"Ayo cepat makan" ucap barra sembari menyajikan sepiring nasi goreng spesial buatannya.

"Kakak juga makan ya"

"Makanlah yang banyak"

"Bagaimana aku bisa makan sendirian dengan porsi sepiring penuh begini?"

"Di coba saja dulu, pasti kamu ketagihan"

Hingga beberapa menit kemudian nasi yang semula memenuhi permukaan piring datar itu kini sudah tak tersisa sedikitpun.

"Ternyata enak sekali, aku sampai nggak sadar memakannya sendirian" ujar oliv sembari memancarkan perasaan kenyang yang menyenangkan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya barra sembari memeriksa kembali suhu tubuh oliv.

"Aku baik-baik saja, dari awal juga aku enggak kenapa-kenapa kok kak"

"Lain kali jangan sembunyikan rasa sakitmu, kalau kamu lapar dan tidak mau makan di restoran bilang terus terang saja padaku"katanya

"Iya"

Mungkin lain waktu saja kita akan bicara, kalau waktunya tepat aku yakin kakak pasti akan mengerti segalanya, batin oliv

"Aku harus pergi sekarang" ucapnya seraya berjalan terburu-buru mengambil beberapa dokumen ke dalam tas kerjanya.

"Eh, mau pergi kemana? Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Iya, karena ada pekerjaan ayah yang harus aku selesaikan, mungkin nanti malam aku tidak bisa pulang karena harus bertemu klien ayah ke luar kota" jelasnya

Saat tengah mencari beberapa potong pakaian yang hendak ia bawa, tak sengaja sepasang mata itu terbelalak tatkala menatap sebuah stik berwarna pink yang tergeletak di atas meja rias oliv. Karena semakin penasaran ia pun akhirnya meraih benda kecil nan panjang itu.

"Kak ini mantelnya, jangan lupa di bawa" ujar oliv

"Apa ini?" Ucap barra sembari menyodorkan benda itu ke arahnya, seketika oliv pun terkejut bukan main, dirinya langsung mematung dan tak bisa berkata-kata.

"Apa ini liv?"tanyanya lagi

"itu bukan apa-apa" segera dia rebut benda itu dari tangan barra dan memasukkannya kembali ke dalam laci, namun alangkah lebih terkejutnya lagi ketika barra melihat tak hanya ada satu benda serupa yang tersimpan di dalam laci itu.

"Tentang apa ini semua?" tanyanya seraya mencegah gerakan tangan oliv yang hendak menutup laci itu rapat-rapat.

"oliv jawab aku, Apa kamu baik baik saja?"

Nyatanya oliv tak punya keberanian untuk berkata yang sejujurnya meski barra telah mengetahui kebenarannya.

"Jangan khawatir aku tidak ingin memaksamu untuk bercerita, sebaiknya kau istirahat dulu" katanya seraya memeluk tubuh oliv yang mulai gemetar

"Tapi, aku"

"Tak apa liv, mari kita bicarakan lagi nanti, oke?"bujuknya

"oke"

Begitu tenangnya perasaan oliv ketika barra tak menuntutnya untuk menceritakan apa yang baru saja ia lihat.

"Jangan keluar dulu, tetaplah di rumah, nanti malam aku akan menghubungimu" ujarnya seraya memakai mantel jaketnya.

Malam berlalu begitu lama bagi oliv. Ponsel yang tengah di cas ia sandingkan di samping bantalnya sembari berharap barra segera menghubunginya, dan tak berselang lama ponsel pun bergetar keras dan mengagetkannya.

"Hallo"

"Oliv, apa kamu sedang tidur?"

"Tidak, aku belum bisa tidur"

"Apa tadi kamu yang memasukkan buah jeruk ke dalam saku jaket ku?"

"Iya, aku ingin kau memakannya karena itu sangat manis"

"Terima kasih, oliv"

"Hmm?"

"Ayo pergi ke rumah sakit bersama" ajaknya tiba-tiba

"apa?!" Pekiknya kaget

"Kamu harus segera periksa dan mendapatkan buku catatan bersalin, benar bukan? Setahuku bahwa ibu hamil akan diberikan sesuatu seperti itu" ucapnya ragu-ragu, spontan saja sepasang mata oliv langsung berkaca kaca mendengar perkataan barra yang terdengar cukup mengharukan baginya.

"Aku pikir kamu akan membencinya ketika tahu kalau aku hamil" ungkap oliv sembari terisak

"Kenapa aku harus membencinya, justru aku yang harus minta maaf karena telah melanggar perjanjian kita, besok aku sudah bisa pulang dan ada waktu luang, jadi ayo kuantar kau ke rumah sakit" imbuhnya

"Iya kak"

"Oliv"

"Hm?"

Aku mencintaimu, tadinya aku hendak mengatakannya, tapi aku tidak ingin menyampaikannya dulu, karena aku harus melakukannya besok, batin barra seraya memandangi kotak kecil manis yang berisikan sebuah cincin pernikahan mereka berdua.

"Kenapa kak?"

"Tidak, kalau begitu selamat malam liv"

Pernyataannya mungkin akan terasa cukup mendadak, namun dirinya harus membuat lamaran yang bagus untuk menunjukkan keseriusannya kali ini.

Dalam setiap momen itu barra tak pernah lupa selalu menggunakan kontrasepsi, namun kala itu baru teringat lalu ia pun menerka bahwa ada satu momen ketika ia melupakannya dan itu memang sebuah kesalahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!