BAB 7 TIDAK BEBAS

Seperti biasa, jika keadaanku sedang kacau. Aku akan menghabiskan waktu bersama teman-teman di luar. Walau mertuaku terus saja melarangnya.

"Jadi istri jangan suka keluyuran keluar rumah, urus suami dan pekerjaan rumah. Siapkan kebutuhanya," katanya beberapa hari yang lalu.

"Tapi kan di rumah ini sudah ada art, untuk apa aku urus rumah. Toh, mereka sudah digaji setiap bulannya!" balasku tak mau kalah, sudah bosan aku mendengar ceramah mertua yang sangat cerewet dan selalu ikut campur urusanku.

Seperti biasa, mertua bergerutu dan memberi ancaman, "kalau seperti ini…lama-lama anakku bisa mencari istri yang lain, supaya kam, sadar kamu itu hanya bisa menghabiskan uangnya saja."

Kembali lagi sepertu semula, aku tidak peduli dengan ucapannya. Yang jelas tugas menjadi istri Mas Danu hanya bersenang-senang. Dan menghabiskan uangnya setiap hari.

Ketika aku memberitahukan kepada suamiku, Mas Danu, bahwa hari aku ingin pergi ke mall untuk berbelanja barang-barang branded dan bersenang-senang, tanpa aku duga, mertua yang mendengar percakapan itu langsung memberi reaksi yang sangat keras. Mereka, yang selama ini lebih suka menjaga jarak, kali ini tampaknya tidak bisa menahan diri.

Mertua langsung mengucapkan kata-kata tajam yang membuatku terkejut. "Caca, kamu tahu kan kalau hidup itu bukan hanya tentang berpesta dan berbelanja barang-barang mahal? Kalau kamu terus seperti ini, bisa-bisa Danu akan mencari istri yang lebih bijak dan lebih tahu bagaimana mengelola keuangan keluarga. Jangan sampai keinginanmu untuk bersenang-senang merusak masa depan kita," kata ibu mertuaku dengan nada yang penuh ancaman. Selalu saja yang keluar kata-kata ancaman untuk menakutiku.

Ayah mertuaku juga ikut menambahkan, "Kamu harus lebih bijaksana, Caca. Uang bukan segalanya. Jangan hanya fokus pada barang-barang branded. Jika kamu terus seperti ini, kita tidak akan bisa mendukungmu lagi."

Aku merasa benar-benar terhina oleh kata-kata itu. Rasanya seperti mereka ingin menggugat kehidupanku, merendahkan cara hidupku yang menurut mereka terlalu boros. Tetapi ancaman yang paling menggigit datang dari ibu mertuaku, yang dengan tegas berkata, "Kalau kamu tidak bisa berubah, Danu bisa saja mencari perempuan yang lebih baik, yang tahu bagaimana menjaga keluarganya. Jangan sampai kamu kehilangan semuanya karena kebiasaanmu yang berlebihan."

Kali ini ancamannya mampu membuat mengiris hatiku. Seperti ada yang mengingatkan betapa aku bisa terancam jika terus mempertahankan gaya hidup yang mereka anggap tidak bijaksana.

Namun, ada juga rasa marah yang muncul dalam diriku. Seharusnya aku bisa bebas untuk menikmati hidup tanpa dihakimi atau dibatasi seperti ini.

Aku berusaha tetap tenang dan mengendalikan emosi. "Kita akan lihat saja nanti," jawabku dengan ketegasan, meskipun dalam hati aku merasa semakin terpojok.

Ancaman dari mertuaku ini semakin memupuk dendam dan keinginan untuk berbuat lebih banyak, tapi aku tahu aku harus lebih berhati-hati dengan langkah-langkah berikutnya.

Ketika kata-kata tajam dari mertuaku semakin membanjiriku, hal yang lebih menyakitkan datang ketika mereka mulai membahas soal kehamilan.

Setiap kali kami berkumpul, selalu ada saja pertanyaan yang tak bisa lepas dari mulut mereka, yang semakin membuatku merasa tertekan.

Ibu mertuaku menatapku dengan tatapan tajam dan, seperti biasa, dia mulai dengan pertanyaan yang sudah sering aku dengar, "Caca, sudah lima kamu tahun menikah, ya? Kapan nih kamu dan Danu akan memberi kami cucu? Kami sudah mulai khawatir, kok belum ada tanda-tanda kehamilan. Jangan cuma meminta uang saja ke pada Danu, berikan juga dia keturunan."

Aku bisa merasakan dada ini sesak setiap kali mendengar kata-kata itu. Sudah lima tahun sejak aku menikah dengan Mas Danu. Mertuaku tidak tahu, bahwa aku sengaja menggunakan KB dan suamiku tahu itu dari pertama menikah.

Ayah mertuaku juga ikut menyela, "Iya, Caca. Kami berharap kamu bisa segera hamil. Kami sudah cukup tua, kami ingin melihat cucu-cucu kami sebelum kami semakin tua. Jangan membuat kami kecewa."

Aku merasa sakit hati mendengarnya. Aku tahu mereka hanya ingin yang terbaik, tapi tidak ada yang bisa mengerti betapa perasaanku terluka setiap kali mereka membicarakan masalah ini.

Aku sudah merasa cukup terbebani dengan tekanan dari suamiku dan dari mereka, tapi tetap saja mereka merasa berhak untuk mengingatkan aku tentang hal itu.

Mas Danu yang mendengarnya tampak cemas, dia menatapku dengan pandangan yang sedikit ragu. "Caca, kita sudah berusaha, kan? Mungkin memang ada alasan kenapa belum dikaruniai anak. Jangan terlalu dipikirkan," katanya mencoba menenangkan suasana, meskipun nada suaranya juga terdengar sedikit terbebani.

Namun, kata-kata mertua tidak berhenti begitu saja. "Tapi Caca, kamu harusnya lebih serius mengurus diri sendiri. Coba cek lagi, mungkin ada yang perlu diperbaiki," kata ibu mertuaku dengan nada yang lebih tegas. "Kamu harus menjaga tubuhmu agar siap untuk hamil. Jangan terlalu banyak menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting."

"Kalau ada yang bisa dibantu, kasih tahu aja, Caca. Kita semua ingin melihat kamu bahagia," ujar Danu lagi, mencoba menenangkan suasana.

Tidak mungkin suamiku mengatakan, bahwa aku sedang memakai KB untuk mencegah kehamilan di depan kedua orangtuanya.

Tapi aku hanya mengangguk, berusaha menahan emosi yang mulai memuncak. "Terima kasih, Pah," jawabku, meskipun kata-kata itu terasa hambar di mulutku. Aku tahu, meskipun aku tidak menginginkan ini, tekanan yang datang darinya akan terus ada, dan aku harus menemukan cara untuk menghadapinya.

Aku sering berpikir, jika aku punya anak, segala kebebasan itu akan hilang. Aku tidak bisa lagi pergi kemana-mana sesuka hati, atau menghabiskan waktu berjam-jam di mall mencari pakaian yang sempurna.

Aku takut tubuhku akan berubah, dan aku tidak siap kehilangan penampilan itu. Melahirkan, mengurus anak, semua itu akan menyita waktuku dan membuatku terikat dengan rutinitas yang tidak aku inginkan.

Melihat aku semakin terpojok dengan perkataan orang tuanya, Mas Danu akhirnya memutuskan untuk memberi dukungan dengan cara yang berbeda.

Ia tahu betapa beratnya bagiku mendengar desakan dari mertuanya, terutama soal kehamilan yang terus menjadi pembicaraan. Aku bisa merasakan ketegangan di udara, dan meskipun aku merasa tidak nyaman dengan semuanya, Danu tahu bagaimana cara untuk menenangkanku.

"Ini," kata Danu sambil menyerahkan sebuah kartu kredit kepadaku. "Gunakan ini untuk belanja apa pun yang kamu inginkan. Jangan pikirkan apa yang dikatakan orang tuaku. Aku ingin kamu bahagia."

Aku terkejut, namun rasa terima kasih langsung mengalir dalam diriku. Kartu kredit ini adalah kebebasan yang selama ini aku cari. Meskipun mertuaku selalu mengkritik cara aku mengelola uang, suamiku selalu menunjukkan bahwa dia mendukungku, dan itu membuatku merasa sedikit lega.

Aku tahu ini adalah cara Mas Danu untuk menunjukkan perhatian, meskipun aku tahu mungkin ada kekhawatiran dalam hatinya tentang bagaimana aku akan menggunakannya.

Namun, ketika mertuaku mendengar bahwa Danu memberikanku kartu kredit, mereka tidak bisa menahan komentar mereka. "Danu, kamu terlalu baik pada Caca. Jangan sampai uang itu membuatmu terjebak dalam gaya hidup yang berlebihan. Kamu harus lebih tegas," ujar ibu mertuaku dengan nada yang agak keras.

Episodes
1 BAB 1 NIAT BUSUK CACA (POV CACA)
2 BAB 2 TIDAK MENDAPATKAN UANG
3 BAB 3 MEMASUKI RENCANA BUSUK CACA
4 BAB 4 SEBUAH TINDAKAN
5 BAB 5 SEBUAH PERINGATAN
6 BAB 6 ACARA PESTA SELESAI
7 BAB 7 TIDAK BEBAS
8 BAB 8 CACA HANYA BEBAN BAGI SUAMINYA
9 BAB 9 MEMBUAT RENCANA LICIK UNTUK MENGHANCURKAN RUMAH TANGGA KAKAK IPAR
10 BAB 10 DATANG KE RUMAH BAYU
11 BAB 11 SEBUAH PERINGATAN
12 BAB 12 RENCANA KELUAR KOTA
13 BAB 13 PERTEMUAN LARAS DAN BAYU
14 BAB 14 SEMAKIN DEKAT
15 BAB 15 BAYU MERASA NYAMAN DENGAN LARAS
16 BAB 16 ANCAMAN MULAI MUNCUL
17 BAB 17 INGIN MENGAKHIRI PERMAINAN
18 BAB 18 RENCANA CACA SEMAKIN KACAU
19 BAB 19 CACA SEMAKIN TAKUT DENGAN ANCAMAN DINA
20 BAB 20 BAYU DAN LARAS MENIKAH SIRIH
21 BAB 21 KEDATANGAN WANITA BARU
22 BAB 22 TERASINGKAN
23 BAB 23 CACA CEMBURU DENGAN BELINDA
24 BAB 24 CBLK CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI
25 BAB 25 MASA LALU CACA
26 BAB 26 CACA MULAI MERASAKAN PENDERITAAN
27 BAB DANU INGIN BERPOLIGAMI
28 BAB 28 PERNIKAHAN DANU DAN BELINDA
29 BAB 29 MERASA TERASINGKAN
30 BAB 30 KEHAMILAN BELINDA
31 BAB 31 KARIR LARAS HANCUR
32 BAB 32 LARAS SEMAKIN HANCUR
33 BAB 33 BELINDA MELAHIRKAN
34 BAB 34 CACA SEMAKIN TERBUANG
35 BAB 34 CACA PERGI DARI RUMAH
36 BAB 35 CACA HAMIL
37 BAB 36 KABAR KEHAMILAN CACA TERSEBAR
38 BAB 37 CACA BERCERAI
39 BAB 38 POV DINA
40 BAB 39 POV DINA MERASA TERGANGGU DENGAN KEHADIRAN LARAS
41 BAB 40 POV DINA SERANGAN MULAI DATANG
42 BAB 41 POV DINA (MULAI CUEK)
43 BAB 42 POV DINA (PERSELINGKUHAN DANU DAN LARAS)
44 BAB 43 POV DINA (MENYEWA DEKTEKTIF)
Episodes

Updated 44 Episodes

1
BAB 1 NIAT BUSUK CACA (POV CACA)
2
BAB 2 TIDAK MENDAPATKAN UANG
3
BAB 3 MEMASUKI RENCANA BUSUK CACA
4
BAB 4 SEBUAH TINDAKAN
5
BAB 5 SEBUAH PERINGATAN
6
BAB 6 ACARA PESTA SELESAI
7
BAB 7 TIDAK BEBAS
8
BAB 8 CACA HANYA BEBAN BAGI SUAMINYA
9
BAB 9 MEMBUAT RENCANA LICIK UNTUK MENGHANCURKAN RUMAH TANGGA KAKAK IPAR
10
BAB 10 DATANG KE RUMAH BAYU
11
BAB 11 SEBUAH PERINGATAN
12
BAB 12 RENCANA KELUAR KOTA
13
BAB 13 PERTEMUAN LARAS DAN BAYU
14
BAB 14 SEMAKIN DEKAT
15
BAB 15 BAYU MERASA NYAMAN DENGAN LARAS
16
BAB 16 ANCAMAN MULAI MUNCUL
17
BAB 17 INGIN MENGAKHIRI PERMAINAN
18
BAB 18 RENCANA CACA SEMAKIN KACAU
19
BAB 19 CACA SEMAKIN TAKUT DENGAN ANCAMAN DINA
20
BAB 20 BAYU DAN LARAS MENIKAH SIRIH
21
BAB 21 KEDATANGAN WANITA BARU
22
BAB 22 TERASINGKAN
23
BAB 23 CACA CEMBURU DENGAN BELINDA
24
BAB 24 CBLK CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI
25
BAB 25 MASA LALU CACA
26
BAB 26 CACA MULAI MERASAKAN PENDERITAAN
27
BAB DANU INGIN BERPOLIGAMI
28
BAB 28 PERNIKAHAN DANU DAN BELINDA
29
BAB 29 MERASA TERASINGKAN
30
BAB 30 KEHAMILAN BELINDA
31
BAB 31 KARIR LARAS HANCUR
32
BAB 32 LARAS SEMAKIN HANCUR
33
BAB 33 BELINDA MELAHIRKAN
34
BAB 34 CACA SEMAKIN TERBUANG
35
BAB 34 CACA PERGI DARI RUMAH
36
BAB 35 CACA HAMIL
37
BAB 36 KABAR KEHAMILAN CACA TERSEBAR
38
BAB 37 CACA BERCERAI
39
BAB 38 POV DINA
40
BAB 39 POV DINA MERASA TERGANGGU DENGAN KEHADIRAN LARAS
41
BAB 40 POV DINA SERANGAN MULAI DATANG
42
BAB 41 POV DINA (MULAI CUEK)
43
BAB 42 POV DINA (PERSELINGKUHAN DANU DAN LARAS)
44
BAB 43 POV DINA (MENYEWA DEKTEKTIF)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!