Hutan Kegelapan II

Fang Wei mengamati sumber air itu lebih lama namun tidak ada pergerakan aneh seolah tidak ada sesuatu di dalamnya.

"Ah, mungkin aku terlalu lelah..." Fang Wei menampar dirinya sendiri, mencoba meyakinkan dirinya sendiri akan apa yang sudah disaksikannya adalah palsu.

Fang Wei meninggalkan sumber air itu dan kembali ke tempatnya semula, namun semakin lama semakin gelap suasana lokasinya. Api yang dinyalakannya sudah sepenuhnya padam bahkan bara apinya pun tidak tersisa sementara hawa dingin semakin memburuk.

"Tempat ini sungguh aneh, musim salju bahkan masih lama namun apa apaan hawa dinginnya!" ucap Fang Wei seraya sesekali meniupi tangannya, rasanya ingin membuatnya membeku hingga mati.

Terlepas Fang Wei berusaha kembali menyalakan apinya namun tidak berhasil, bahkan kayu kayu sebelumnya yang kering seolah hampir membeku sepenuhnya. Melihat tidak ada harapan lagi, Fang Wei memilih kembali ke sumber air dan menaiki sebuah pohon lalu berbaring di salah satu dahan besarnya.

Gelapnya lokasi sekitarnya seolah terusir dengan cahaya terang dari kristal di tengah sumber air, Fang Wei sebetulnya merasa heran karena sudah cukup lama ia disana namun tidak ada tanda tanda seekor siluman pun bahkan hewan lainnya yang mendekat.

Menurut cerita pendekar yang kebetulan melewati lokasi Hutan Kegelapan serta jurangnya, tempat itu terasa sangat menakutkan serta sering terdengar suara yang mengerikan dari jurang itu jadi menurut mereka pastinya tempat di bawah jurang itu rumah idaman para siluman dan mahluk mengerikan lainnya.

Berbanding terbalik dengan yang disaksikan oleh Fang Wei yang justru sekarang terjatuh ke jurang itu, tidak ada tanda tanda ada seekor siluman 'pun di sana serta rumor lainnya walau rasanya lokasi itu sangat aneh menurutnya.

"Shhhs... hawanya mengerikan sekali!" Fang Wei berdecak kesal, tidak ada pilihan lain selain menggunakan tenaga dalamnya untuk membuat tubuhnya hangat.

Waktu seolah berjalan lambat, Fang Wei malam itu tidak bisa tidur sama sekali. Sesekali mulutnya melepaskan uap dingin, menggunakan tenaga dalamnya rupanya tidak membantu banyak.

"Apa yang terjadi? Seharusnya sekarang matahari sudah tinggi, tapi apa ini?"

Fang Wei mengubah posisinya menjadi duduk, sudah cukup lama setelah suasana yang nampak subuh namun tetap tidak ada pagi yang hangat dirasakannya. Fang Wei kemudian melompat ke pohon yang lebih tinggi lalu melihat ke atas, namun rupanya sama saja tidak menemukan matahari yang dicarinya.

"Sebeberapa rendah tempat ini hingga matahari pun susah menjangkaunya?" Fang Wei menggaruk lehernya yang tak gatal sebelum melompat ke bawah.

Sumber air semalam terlihat biasa seperti semula, bahkan ada ikan dan sejenisnya seolah itu memang sudah sewajarnya. Fang Wei memandangnya cukup lama sebelum jongkok di tepi air dan mengambil air dengan tangannya untuk mencuci muka dan minum.

"Ha?" Fang Wei mendadak menoleh ke sampingnya, disana sudah ada seorang gadis manis yang jongkok sambil mengamatinya.

Gadis itu tersenyum melihat Fang Wei yang sudah melompat ke belakang dan mengacungkan pedangnya yang sudah retak.

"Siapa kau?!" Fang Wei merasa jantungnya hampir meledak, kehadiran gadi itu sama sekali tidak dirasakannya.

Gadis itu mengangkat tangannya ke arah pedang Fang Wei seketika itu juga pedang itu hancur berkeping keping menyisakan gagang pedangnya yang masih di genggam oleh Fang Wei.

Mulut Fang Wei terbuka lebar melihat pedang yang sudah bersamanya selama sembilan belas tahun hancur berkeping keping hanya dengan gadis itu yang bahkan tidak menyentuhnya.

"Aku tidak suka pedang diarahkan padaku!" gadis itu mendengus kesal, sebelum bangkit dan perlahan menghampiri Fang Wei.

"Ja-jangan mendekat!"

Fang Wei meraih Pedang Naga di punggungnya dan kembali mengacungkannya kepada sang gadis, membuat gadis itu menghentakkan kakinya ke tanah yang seketika itu membuat Fang Wei kehilangan keseimbangan karena bumi yang dipijaknya bergoyang.

"Hei, dengar! Turunkan si tua itu, aku terlalu cantik untuk ditunjuk oleh si tua itu!" gadis itu menunjuk Pedang Naga yang membuat Fang Wei mengerutkan alisnya heran.

"Si... si tua? Siapa sebenarnya kau?!" Fang Wei terus menaikkan kewaspadaannya, gadis di hadapannya seolah hantu karena tidak terasa sedikit pun hawa kehadirannya.

Gadis itu menghela nafas pelan, melihat Fang Wei yang seperti itu membuatkan kesal.

"Aku tidak bermaksud jahat, kalau aku memang ingin kau pun tidak akan sadar." Gadis itu tersenyum penuh makna, tangannya mengelus dagunya.

"Kalau aku memang mau melukaimu pun kau tidak akan bisa apa apa, melihat kemampuanmu hanya setara anak ayam... hmm, lemah sekali sebenarnya." Gadis itu melipat tangannya dan tersenyum bangga.

Fang Wei ingin mengumpat namun tidak sedikitpun menurunkan kewaspadaannya. Menyamakan kemampuan pendekar Bergelar dengan seekor anak ayam sangat menyakiti hatinya.

Fang Wei akui jika gadis di hadapannya dari awal ingin melukai dan membunuhnya maka dirinya dipastikan mati konyol.

'Apa mungkin dia hantu?' batin Fang Wei menebak, tidak punya hawa kehadiran dan misterius bisa saja memang hantu.

"Namaku, Cheng Qing. Aku adalah Roh bukan hantu, jadi apapun pikiranmu lupakan saja itu!" Cheng Qing membuang muka.

"Roh, bukan hantu?" Fang Wei menaikkan alisnya, apa bedanya itu.

"Sudah aku bilang! Aku adalah Roh bukan hantu, dasar bedebah!" Cheng Qing menunjuk wajah Fang Wei geram.

"Hei, apa kau bodoh? Berhenti mengarahkan si tua itu padaku!" Cheng Qing menepis Pedang Naga.

Fang Wei lagi lagi hampir kehilangan keseimbangan hanya dengan tepisan Cheng Qing, dugaan Fang Wei menguat kalau Cheng Qing adalah hantu.

Melihat raut wajah Fang Wei yang tidak berubah dan malah tambah buruk membuat Cheng Qing ingin membuka tempurung kepala pemuda itu dan memastikan apa otaknya masih ada atau tidak.

"Lihat, apa menurutmu ada hantu secantik diriku? Dan menapak di tanah ini?" Cheng Qing memasang wajah imut.

Fang Wei lagi lagi menaikkan alisnya, sikap gadis di hadapannya itu sungguh lain daripada kebanyakan saudari seperguruannya yang ditemuinya.

"Apa kau tidak punya mata?" Fang Wei akhirnya bisa tenang setelah memastikan Cheng Qing bukan hantu.

"Hmm? Dari segi banyaknya pertanyaan, kenapa menanyakan itu?" Cheng Qing melipat tangannya.

Cheng Qing sebenarnya tida heran dengan pertanyaan Fang Wei karena memang penampilannya yang menutup matanya dengan poni panjangnya.

"Apa sebenarnya yang kau lakukan disini?" Fang Wei menggenggam erat gagang Pedang Naga, kembali waspada setelah cukup lama memikirkan kehadiran Cheng Qing yang mengherankan.

Cheng Qing menguap pelan kemudian berjalan mendekati air dan duduk di tepinya.

"Aku memang selalu disini, justru kau yang sedang apa disini? Melihat penampilanmu... aku sedikit paham permasalahan hidupmu." Cheng Qing menepuk nepuk air di hadapannya.

"Apa maksudmu?" Fang Wei mengeratkan pegangan pada Pedang Naga.

"Hmm... menurutku, kau sudah bosan dengan hidupmu yang melarat sehingga memutuskan terjun dan mengakhiri hidupmu kan?" Cheng Qing memandang ke tengah danau tampa melihat reaksi Fang Wei.

Fang Wei menggaruk lehernya, menurutnya cara berpikiran Cheng Qing teramat mengerikan.

"Jika kau ingin menebasku lupakan saja itu, kau bahkan tidak di akui oleh si tua itu sebagai tuannya." Cheng Qing terkekeh.

"Apa maksudmu si tua sebenarnya?" Fang Wei semakin heran dibuatnya.

"Oh, akhirnya kau muncul juga. Apa kau malu tadi?" Cheng Qing mengabaikan pertanyaan Fang Wei dan malah melambai ke tengah air.

Fang Wei ikut melihat ke arah pandangan Cheng Qing, di tengah air perlahan muncul seekor mahluk dan perlahan mendekat ke arah mereka.

"Putri duyung?!" Fang Wei tersentak, berulang kali menggosok matanya melihat mahluk yang sedang di belai oleh Cheng Qing.

"Apanya? ini adalah Roh penjaga telaga salju, putri duyung apanya!" Cheng Qing mencibir Fang Wei.

Lagi lagi Fang Wei melebarkan mulutnya, mahluk di hadapannya sangat indah berbanding terbalik dengan yang dilihat Fang Wei semalam yang terlihat sangat mengerikan.

"Bodoh sekali, kami semua adalah Roh yang mendiami sebuah benda pusaka. Sama dengan Pedang ditanganmu itu, disitu ada Roh si tua bernama Long... long, hmm..." Cheng Qing mengelus dagunya.

"Hah, sudahlah. Ingat saja ada Roh si tua di situ, aku melupakan namanya." Cheng Qing tersenyum malu malu.

"Roh, lagi?"

Fang Wei mengangkat Pedang Naga mengamatinya lebih teliti namun tidak terlihat ada yang menarik dari pedang itu selain bentuknya yang terlihat indah dari pusaka pusaka lainnya.

Cheng Qing menghela nafas berat, "Kau lebih bodoh dari kebanyakan orang yang pernah memilikiku."

"Kau!" Fang Wei kehabisan kata kata, sudah berapa kali Cheng Qing memanggilnya bodoh dan bodoh.

"Apa?" Cheng Qing mengerucutkan bibirnya lalu menjulurkan lidahnya kepada Fang Wei.

Fang Wei mendengus kesal, selain segel yang ada pada pedang itu tidak ada hal menarik lagi yang dilihat Fang Wei sementara Cheng Qing terkekeh bersama Roh air di dekatnya membuat urat kepala Fang Wei seolah ingin putuh karena kesal.

"Jika kau ingin melihatnya, maka kau setidaknya menguasai sebagian ilmu pedang itu." Cheng Qing lanjut membelai Roh air di hadapannya.

***

Hai, Terima kasih untuk kamu yang sudah membaca dan memberikan like dan komentarmu. Itu sangat membantu saya, itu sangat berharga untuk menghibur kesepian Fang Wei heheh.

Perjalanan Pendekar Pedang Naga, akan rilis setiap hari ...

Terpopuler

Comments

y@y@

y@y@

⭐👍🏿👍👍🏿⭐

2025-03-05

2

Jumono Mutia

Jumono Mutia

kitap apa kitab

2025-03-03

2

Sahrul Akbar

Sahrul Akbar

keren

2025-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Kekacauan
2 Hutan Kegelapan
3 Hutan Kegelapan I
4 Hutan Kegelapan II
5 Seruling Kematian
6 Kenyataan Yang Pahit
7 Sumber Daya
8 Berburu Siluman
9 Pendekar Suci dan Iblis Hati
10 Suku Bar Bar
11 Desa Guzhou
12 Organisasi Taring Harimau
13 Klan Bangsawan Nie
14 Cabang Asosiasi Bulan Perak
15 Topeng Gagak
16 Kekuatan Dibalik Penginapan
17 Meninggalkan Kota
18 Hutan Adar
19 Wajah Yang Mirip
20 Sebuah Kerinduan
21 Pengalaman Hidup
22 Pelatihan Xiao Chen
23 Pelatihan Xiao Chen I
24 Pelatihan Xiao Chen II
25 Pelatihan Terakhir Xiao Chen
26 Sebuah Perpisahan
27 Situasi Kaifeng
28 Rumah Bayang Bayang
29 Tawaran Kerja Sama
30 Tidak Manusiawi
31 Terendus Rumah Bayang-bayang
32 Iblis Dalam Wujud Malaikat
33 Indentitas Yang Misterius
34 Mimpi Buruk
35 Berita Tidak Sedap
36 Geng Naga Merah
37 Geng Naga Merah I
38 Geng Naga Merah II
39 Geng Naga Merah III
40 Sebuah Lelang
41 Tuan Muda Klan Tang
42 Lelang Pasar Bayangan
43 Lelang Pasar Bayangan I
44 Lelang Pasar Bayangan II
45 Lelang Pasar Bayangan III
46 Lelang Pasar Bayangan IV
47 Lelang Pasar Bayangan V
48 Lelang pasar Bayangan VI
49 PENJELASAN DISKUSI
50 Lelang Pasar Bayangan VII
51 Lelang Pasar Bayangan VIII
52 Lelang Pasar Bayangan IX
53 Lelang Pasar Bayangan X
54 Lelang Pasar Bayangan XI
55 Lelang Pasar Bayangan XII
56 Pemandangan Yang Mengejutkan
57 Menara Hantu Putih
58 Menara Hantu Putih I
59 Menara Hantu Putih II
60 Menara Hantu Putih III
61 Pendekar Zuo Qing
62 Harta Pasar Bayangan
63 Kebanggaannya Runtuh
64 Keadaan Tidak Terduga
65 Situasi Kekaisaran Han
66 Akibat Keserakahan
67 Berita Yang Menggemparkan
68 Menara Harta Fenix
69 Keracunan Qi
70 Pengobatan Cheng Qing
71 Menulis Dengan Qi
72 Pengelana Berwajah Giok
73 Kekasihnya Ganas
74 Sebuah Sayembara
75 Sebuah Sayembara I
76 Sebuah Sayembara II
77 Hadiah Yang Sebenarnya
78 Nona Besar Klan Zhao
79 Sesuatu Yang Sulit
80 Meninggalkan Kota Chang'an
81 Dua Hutan Perbatasan
82 Hutan Hujan I
83 Hutan Hujan II
84 Hutan Hujan III
85 Hutan Hujan IV
86 Hutan Hujan V
87 Pendekar Naga Pencuri
88 Akar Roh
89 Tukang Pamer
90 Penjelasan Sebelum Tertidur
91 Siluman Pemilik Air Terjun
92 Kekalahan Terdalam Juan Chen
93 Mulai Berburu
94 Pemburu Kesetanan
95 Pemburu Kesetanan I
96 Pemburu Kesetanan II
97 Roh Yang Kembali
98 Ada Masalah Dengan Otak
99 Dunia yang berbeda
100 Tenaga Dalam
101 Xiao Chen Kembali
102 Kekalahan Telak
103 Persiapan Yang Lebih Pasti
104 Muslihat Di Balik Pencerahan
105 Gerbang Baru
106 Manusia Tengkorak
107 Situasi Kekaisaran Han
108 Hari Terakhir
109 Desa Tabib
110 Informasi Tak Terduga
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Kekacauan
2
Hutan Kegelapan
3
Hutan Kegelapan I
4
Hutan Kegelapan II
5
Seruling Kematian
6
Kenyataan Yang Pahit
7
Sumber Daya
8
Berburu Siluman
9
Pendekar Suci dan Iblis Hati
10
Suku Bar Bar
11
Desa Guzhou
12
Organisasi Taring Harimau
13
Klan Bangsawan Nie
14
Cabang Asosiasi Bulan Perak
15
Topeng Gagak
16
Kekuatan Dibalik Penginapan
17
Meninggalkan Kota
18
Hutan Adar
19
Wajah Yang Mirip
20
Sebuah Kerinduan
21
Pengalaman Hidup
22
Pelatihan Xiao Chen
23
Pelatihan Xiao Chen I
24
Pelatihan Xiao Chen II
25
Pelatihan Terakhir Xiao Chen
26
Sebuah Perpisahan
27
Situasi Kaifeng
28
Rumah Bayang Bayang
29
Tawaran Kerja Sama
30
Tidak Manusiawi
31
Terendus Rumah Bayang-bayang
32
Iblis Dalam Wujud Malaikat
33
Indentitas Yang Misterius
34
Mimpi Buruk
35
Berita Tidak Sedap
36
Geng Naga Merah
37
Geng Naga Merah I
38
Geng Naga Merah II
39
Geng Naga Merah III
40
Sebuah Lelang
41
Tuan Muda Klan Tang
42
Lelang Pasar Bayangan
43
Lelang Pasar Bayangan I
44
Lelang Pasar Bayangan II
45
Lelang Pasar Bayangan III
46
Lelang Pasar Bayangan IV
47
Lelang Pasar Bayangan V
48
Lelang pasar Bayangan VI
49
PENJELASAN DISKUSI
50
Lelang Pasar Bayangan VII
51
Lelang Pasar Bayangan VIII
52
Lelang Pasar Bayangan IX
53
Lelang Pasar Bayangan X
54
Lelang Pasar Bayangan XI
55
Lelang Pasar Bayangan XII
56
Pemandangan Yang Mengejutkan
57
Menara Hantu Putih
58
Menara Hantu Putih I
59
Menara Hantu Putih II
60
Menara Hantu Putih III
61
Pendekar Zuo Qing
62
Harta Pasar Bayangan
63
Kebanggaannya Runtuh
64
Keadaan Tidak Terduga
65
Situasi Kekaisaran Han
66
Akibat Keserakahan
67
Berita Yang Menggemparkan
68
Menara Harta Fenix
69
Keracunan Qi
70
Pengobatan Cheng Qing
71
Menulis Dengan Qi
72
Pengelana Berwajah Giok
73
Kekasihnya Ganas
74
Sebuah Sayembara
75
Sebuah Sayembara I
76
Sebuah Sayembara II
77
Hadiah Yang Sebenarnya
78
Nona Besar Klan Zhao
79
Sesuatu Yang Sulit
80
Meninggalkan Kota Chang'an
81
Dua Hutan Perbatasan
82
Hutan Hujan I
83
Hutan Hujan II
84
Hutan Hujan III
85
Hutan Hujan IV
86
Hutan Hujan V
87
Pendekar Naga Pencuri
88
Akar Roh
89
Tukang Pamer
90
Penjelasan Sebelum Tertidur
91
Siluman Pemilik Air Terjun
92
Kekalahan Terdalam Juan Chen
93
Mulai Berburu
94
Pemburu Kesetanan
95
Pemburu Kesetanan I
96
Pemburu Kesetanan II
97
Roh Yang Kembali
98
Ada Masalah Dengan Otak
99
Dunia yang berbeda
100
Tenaga Dalam
101
Xiao Chen Kembali
102
Kekalahan Telak
103
Persiapan Yang Lebih Pasti
104
Muslihat Di Balik Pencerahan
105
Gerbang Baru
106
Manusia Tengkorak
107
Situasi Kekaisaran Han
108
Hari Terakhir
109
Desa Tabib
110
Informasi Tak Terduga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!