POV Rainer

POV Rainer

“Aaaarrrggghhh… Brengseeekkk.. kenapa ini harus terjadi. apa kurangnya aku sih An?”

Sudah puluhan kali aku mengeluh sambil berteriak di mobil ini. Untung saja pikiran sehatku masih melekat di otak ini. Sudah berminggu minggu ini aku selalu mendengar apapun yang negatif dari Lona. Tetapi dengan masih rasa percaya, aku menepis akan hal itu. Bahkan pernah satu kali, salah seorang temanku memberitahukan kalau Lona membawa teman lelakinya masuk ke kamar kostannya dan hampir saja temanku itu menjadi pelampiasanku. Untung saja dia meminta maaf akan omongannya itu.

Dengan berbekal beladiri yang aku kuasai, aku memang disegani di kota ini. Bahkan dengan garis keturunan papah yang juga dikenal para preman kota ini, menambah aku makin dikenal oleh beberapa preman kota ini. Dan semua itu bisa saja aku lampiaskan tadi ke Lona dan Yongki. Bahkan bisa saja aku menghabisi mereka tanpa mengotori tanganku sendiri.

Namun, kembali aku teringat kata kata ayah yang menepis semua prilaku yang keji itu.

“Ner, kita boleh berangasan, tapi satu pesan ayah jangan pernah kamu memukuli pasangan mu, meskipun terbukti bersalah. Redam emosi mu berkaca lah mungkin itu akibat kamu belum menjadi pemimpin baginya. Jadikan itu pelajaran untuk kita sebagai lelaki yang akan menjadi pemimpin yang baik bagi pasanganmu dikemudian hari.”

Namun, semua ini terlalu menyakitkan bagiku. Selama ini aku berusaha untuk tidak merusaknya agar di kemudian hari, aku bisa menikmati kesabaranku. Tapi kini, apa yang aku dapatkan. Malah sebuah pengkhianatan janji sampah yang pernah terucap. Aku juga tak menyangka dengan apa yang diperbuat oleh Lona. Aku tak mengira seorang Lona bisa melakukan hal yang menjijikkan itu. Sampai sampai bayangan pertemuan pertama kami teringat lagi bagiku. Mungkin hal ini dikarenakan rasa sayang yang total yang selama ini aku rasa.

...----------------...

“Hayyyoooo…. Lelet banget sih…. Kalian ini udah jadi mahasiswa yaaa. Bukan siswa SMA lagi…”

“Emang dulu di sekolah kalian gak pernah diajarin baris berbaris ya?”

“Heeeiiii.. lo gak bisa buat barisan yang lurus ya? apa otak lo berbelok seperti barisan lo itu?”

Teriakan Guntur dan Bima menggelegar disaat hari pertama OSPEK di Fakultasku. Ya, aku bersama Guntur dan Bima masuk dalam kepanitian OSPEK. Apalagi dengan dikenalnya kami dengan mahasiswa yang ditakuti, baik itu bagi teman seangkatan maupun beberapa senior, kami langsung mendapatkan kartu identitas panitia tanpa seleksi seperti panitia lain. Dan langsung, kami ditempatkan di bidang yang sesuai dengan karakter kami, yaitu Komisi Disiplin.

Biasa disingkat dengan KOMDIS, bidang ini memang ditakutkan bagi mahasiswa baru. Terbukti dengan dua sahabatku itu telah terkenal akan killernya bagi mahasiswa baru. Aku yang mengoordinir mereka hanya melihat dari jauh kelancaran acara sesuai dengan yang telah direncanakan.

“Naaahhh.. ni anak. Teman lo udah berbaris semua, lo masih aja jalan dengan santainya. Cepat dikit…”

“Maaf kak. Kaki saya keseleo.”

“Pada alasan lagiii.. gak mau tau, hayo cepat. Lariiiiii…”

Terikan Bima dari belakang barisan mahasiswa terdengar sampai ke telingaku. Aku pun penasaran dengan apa yang menyebabkan sahabatku tersebut berteriak seperti orang yang marah. Sampai akhirnya, aku melihat Bima sedang memarahi seorang mahasiswi cantik yang masih berpakaian SMA. Aku mengernyitkan keningku disaat melihat gadis tersebut terpincang pincang mencoba untuk berlari sampai akhirnya, ia sendiri berhenti.

“Woooiii.. kenapa berenti lo neng?”

“Uhhh.. sakit kaaakkk…”

“Lo berani bantah perintah senior lo ha? Masuk barisan eksekusi. Biar gue hukum lo.”

“Hiikkksss.. jangan kak. Kaki saya beneran sakit.”

“Alasan aja lo. Emang gue percaya sama acting lo ha?”

“Ampun kak. Bukannya aku melawan atau acting, tapi memang kakiku sakit. Dan susah untuk berlari kak.”

“AAhhhh.. banyak alasan lo.. ayo sini gue bantu lo biar cepat sampai di barisan eksekusi.”

Terlihat Bima menarik paksa tangan gadis tersebut tanpa memperdulikan alasan gadis tersebut. Terlihat gadis tersebut menitikkan air mata akibat ketakutan dengan bentakan dari seniornya tersebut. Aku yang memang tidak bisa melihat adanya air mata dari wanita tersebut langsung memberhentikan tarikan paksaan Bima ke gadis cantik tersebut.

“Udah Bim. Biar gue yang urus. Lo bantu aja tuh Guntur. Udah kek tukang ngangon bebek dia. Tampak kali keteterannya.”

“Oke Ner. Tapi hati hati sama ni cewek. Jangan sampai ketipu lo. Baru hari pertama udah mau nipu senior.”

“Udaahhh.. lo percayain aja ke gue.”

Dengan menepuk bahunya dengan pelan, aku memastikan ke Bima untuk melepaskan gadis tersebut. Bukannya aku tertarik dengan gadis ini, tapi memang aku gak bisa melihat air mata yang keluar dari mata wanita. Siapapun wanita itu. termasuk gadis ini yang akhirnya sedikit berhenti terisak saat tangan Bima sudah lepas di tangannya. Tampak, ada sedikir bekas paksaan tangan Bima di tangannya yang putih tersebut. Dan saat aku melihatnya, ia langsung menutupi bekas tersebut dari pandanganku.

“Beneran sakit?”

“Hiikkksss.. iya kak.”

“Ya udah.. aku bantu kamu ke tenpat medis ya.”

Aku langsung membantunya berjalan menuju pojokan lapangan ini. Disana terdapat tempat medis yang memang terletak persis di bawah pohon yang rindang. Dengan memegang kedua lengannya, aku bisa merasakan halusnya kulit gadis ini.

“Haduuuh.. tim medis pada kemana ya.?” aku yang heran dengan keberadaan tim medis yang belum ada ditempat. Mungkin ini terlalu pagi buat mereka datang. Soalnya dalam 1 jam ke depan, kami para KOMDIS lah yang banyak berperan.

“Udaaahh.. kamu selonjoran dulu gih.”

Gadis itu menuruti perkataanku untuk duduk di bangku yang memang tersedia di bawah pohon tersebut. Aku berinisiatif untuk memberikan pertolongan pertama baginya. Akupun membuka sepatunya, walau dia merasa keberatan aku yang membukakan sepatunya tersebut. Sampai akhirnya ia mengikut saja apa yang aku kerjakan di kakinya tersebut. Aku yang seperti orang bersimpuh tersebut mulai memegang kaki kirinya yang memang ia sebut tadi.

“Yang ini sakitnya?”

Pertanyaanku hanya dijawab anggukan oleh gadis ini. Gadis yang aku ketahui bernama Bellona Carla dari name tag nya. Aku tahu dimana pusat sakitnya tersebut dari caranya berjalan dan sesekali ia memegang pergelangan kaki kirinya tersebut. Aku mencoba mengurut sebisaku untuk mengurangi rasa sakit yang diderita gadis cantik tersebut.

“Maaf kak. Saya ngerepotin kakak.”

“Gak kok. Aku coba urut dulu ya.. kalau bisa ditahan ya. memang sedikit sakit sih.”

“Aaawwww… sakit kaaaakkk…”

Baru saja aku mengingatkan dia, langsung saja aku mendengar teriakan kesakitannya. Bahkan ia sempat menutup matanya karena mungkin kesakitan yang berlebih. Apalagi tanpa sadar, ia mengangkangkan kakinya di depanku. Sebagai pria normal, mataku langsung menuju ke roknya yang tersingkap tersebut. CD hitam yang dipakainya langsung terlihat dengan tambahan paha putih dan mulus membuatku sedikit bergeming.

“Duch.. Gilaaa.. mulusnyaa.. mimpi apa aku semalam.”

Dalam benakku masih berkeliaran fantasi yang memang selalu aku tahan selama ini. Karena, dalam prinsip hidupku memang tidak mau menyakiti perempuan. Dan memang akal sehatku kembali dan memalingkan pandanganku dari pahanya tersebut. Dan kini pandanganku naik ke wajahnya yang masih menahan sakit tersebut.

“Udaaahhh.. ntar bakalan gak sakit lagi kok.”

“Hiiikkksss….”

“Jangan nangis dong. ntar dipikir aku ngapa ngapain kamu.”

“Sakit kaaakkk..”

Dengan menghentakkan kaki kanannya, gadis tersebut masih mengeram kesakitan saat aku menguruti pergelangan kakinya tersebut. Memang aku dikenal pandai dalam memberi pertolongan pertama dalam hal keseleo bagi teman temanku. Bahkan aku menjadi andalan medis bagi mereka saat futsal.

“Daaahh beresss.. coba kamu berdiri…”

Gadis tersebut membuka matanya dan mencoba untuk berdiri walau menopang beratkan ke kaki kanannya. Dengan mengoyang goyangkan pergelangan kakinya yang sakit tadi, ia tersenyum sambil menghapus buliran air mata yang masih menempel di pipinya tersebut.

“Udah gak sakit lagi kak. Ngilu ngilu aja.”

“Ya udah.. masih kuat untuk kembali ke barisan?”

“Makasih ya kak. Tapiiiii…”

“Jika kamu dimarahi kakak yang tadi lagi, bilang aja udah aku hukum.”

“Makasih lagi ya kak. Namaku Lona, Bellona Carla.”

“Udah tahu kok. Kan ada di name tag kamu.”

“Hehehehe…”

TIIIIIINNNNNN….

Aku tersentak dari lamunanku saat kulihat ada sebuah motor yang di atasnya ada dua orang lelaki sambil menggedor pintu mobilku yang masih berjalan. Antara setengah sadar, aku mendengar kalau pengendara motor itu menyuruhku untuk berhenti. Dan, akhirnya aku berhenti. Aku gak mau kalau mobilku rusak atau memang ada hal lain yang membuat aku dalam masalah besar. Masalah dengan Lona saja sudah membuatku panik

Terpopuler

Comments

Kezia riabeng

Kezia riabeng

Ceritanya Persis kaya aku aku gatau pacar masa kecil ku dari tk sampai sd kelas 3 dimana

2025-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 POV Rainer
3 POV Rainer
4 POV Rainer
5 POV Rainer
6 POV Rainer
7 POV Lona
8 POV Lona
9 POV Lona
10 Lona Hamil
11 Penggerebekan
12 Lona hampir bunuh diri
13 Pindah Rumah
14 Siapa kah Renata ?
15 Rencana Liburan
16 POV Renata. Janji Temu
17 POV Rainer. Janji Temu
18 Masa Lalu Keluarga Rainer
19 Kenangan Pahit
20 Up
21 Renata Cilik
22 Kedatangan Pak Surya
23 Kasih sayang seorang ibu
24 Wanita Misterius
25 15 JULI
26 Pertemuan Rainer & Renata
27 Ciuman hangat
28 Kepercayaan
29 Guntur & Vidya
30 Guntur & Vidya
31 Bima & Sarah
32 Bima & Sarah
33 Masalah Baru ?
34 Khawatir
35 Ku Kan selalu ada untukmu
36 Menyusun Rencana
37 Beraksi
38 Balas dendam Bang Iwan
39 Dia bukan ibu ku
40 Asa Yang Terbuang
41 POV Lona
42 Kemunculan Ika cs
43 Ikatan Batin
44 Soffie Maradheta
45 Soffie & Hendra
46 Soffie & Hendra
47 Pertemuan pertama Soffie & Surya
48 Surya melamar Soffie
49 Pernikahan Surya & Soffie
50 Kembali nya Hendra
51 Kepergok Selingkuh
52 Penyesalan
53 Putri
54 Meniti Asa Yang Sempat Terbuang
55 Memulai Hidup Baru
56 Kebenaran dibalik semuanya..
57 Penyesalan Surya
58 Lona & Rena
59 Dua Cahaya Lentera
60 Soffie dan putri nya
61 Pelangi di saat Badai
62 Nanang & Eka
63 BARA DALAM HATI​
64 Pernikahan Surya & Asih
65 Hendrik ?
66 ......
67 Munculnya Mentari Yang Tenggelam (1)
68 Munculnya Mentari Yang Tenggelam (2)
69 OTW
70 Penyakit Soffie
71 Penyesalan Surya & Soffie
72 Ajakan Hidup Bersama
73 Poligami
74 HILANGNYA AKAL SEHAT (1)
75 HILANGNYA AKAL SEHAT (2)
76 Penyesalan Rainer
77 Bangkit Di Atas Penyesalan
78 SECERCAH HARAPAN
79 Kembalinya Keluarga Surya
80 Pulang
81 Pengantin Baru
82 MELEPAS IMPIAN MERAIH HARAPAN
83 Rencana Rainer
84 BIAR CINTA YANG MEMILIH (1)
85 Strategi Sakti Cs
86 BIAR CINTA YANG MEMILIH (2)
87 BIAR CINTA YANG MEMILIH (3)
88 Kecemburuan IKA
89 Masa lalu Rainer & Lona (1)
90 Masa Lalu Rainer & Lona (2)
91 Masa Lalu Ika yang Kelam
92 BUNGA MIMPI ?
93 ....
94 Roni Bedul di Ringkus
95 .....
96 ......
97 Interogasi Guntur ke Ika
98 Ratapan Ika
99 Cowok Masa Kecil Ika
100 Siasat Bang Iwan
101 Yongki masuk Perangkap
102 Pilihan Kematian Yongki
103 ...
104 ....
105 Ika Pradita
106 ....
107 Pembalasan sadis Arief
108 ....
109 Perasaan Renata
110 ....
111 ....
112 ....
113 .....
114 Kebenaran dibalik sosok Ika
115 Ika Meninggal
116 Pemakaman Ika
117 Surat Untuk Rainer
118 .....
119 TERPAAN PUNCAK GELOMBANG BADAI
120 .....
121 ....
122 .....
123 ....
124 POV Andi
125 ....
126 .....
127 .....
128 .....
129 ......
130 .....
131 Putri di selamatkan
132 .....
133 KOKOHNYA SEBUAH BATU KARANG (1)
134 KOKOHNYA SEBUAH BATU KARANG (2)
135 Shen Chen
136 ....
137 ....
138 .....
139 .....
140 Balas dendam Joko (1)
141 Balas dendam Joko (2)
142 Balas dendam Jamal
143 .....
144 ....
145 Rencana Hendrik gagal
146 ....
147 ....
148 FINAL REVENGE (1)
149 FINAL REVENGE (2)
150 FINAL REVENGE (3)
151 FINAL REVENGE (4)
152 FINAL REVENGE (5)
153 FINAL REVENGE (6)
154 FINAL REVENGE (7)
155 FINAL REVENGE (8)
156 FINAL REVENGE (9)
157 FINAL REVENGE (10)
158 FINAL REVENGE (11)
159 FINAL REVENGE (12)
160 FINAL REVENGE (13)
161 FINAL REVENGE (14)
162 FINAL REVENGE (15)
163 FINAL REVENGE (16)
164 FINAL REVENGE (17)
165 FINAL REVENGE (18)
166 FINAL REVENGE (19)
167 FINAL REVENGE (20)
168 FINAL REVENGE (21)
169 FINAL REVENGE (22)
170 FINAL REVENGE (23)
171 FINAL REVENGE (24)
172 FINAL REVENGE (25)
173 KU KAN SELALU MENUNGGU MU...
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Prolog
2
POV Rainer
3
POV Rainer
4
POV Rainer
5
POV Rainer
6
POV Rainer
7
POV Lona
8
POV Lona
9
POV Lona
10
Lona Hamil
11
Penggerebekan
12
Lona hampir bunuh diri
13
Pindah Rumah
14
Siapa kah Renata ?
15
Rencana Liburan
16
POV Renata. Janji Temu
17
POV Rainer. Janji Temu
18
Masa Lalu Keluarga Rainer
19
Kenangan Pahit
20
Up
21
Renata Cilik
22
Kedatangan Pak Surya
23
Kasih sayang seorang ibu
24
Wanita Misterius
25
15 JULI
26
Pertemuan Rainer & Renata
27
Ciuman hangat
28
Kepercayaan
29
Guntur & Vidya
30
Guntur & Vidya
31
Bima & Sarah
32
Bima & Sarah
33
Masalah Baru ?
34
Khawatir
35
Ku Kan selalu ada untukmu
36
Menyusun Rencana
37
Beraksi
38
Balas dendam Bang Iwan
39
Dia bukan ibu ku
40
Asa Yang Terbuang
41
POV Lona
42
Kemunculan Ika cs
43
Ikatan Batin
44
Soffie Maradheta
45
Soffie & Hendra
46
Soffie & Hendra
47
Pertemuan pertama Soffie & Surya
48
Surya melamar Soffie
49
Pernikahan Surya & Soffie
50
Kembali nya Hendra
51
Kepergok Selingkuh
52
Penyesalan
53
Putri
54
Meniti Asa Yang Sempat Terbuang
55
Memulai Hidup Baru
56
Kebenaran dibalik semuanya..
57
Penyesalan Surya
58
Lona & Rena
59
Dua Cahaya Lentera
60
Soffie dan putri nya
61
Pelangi di saat Badai
62
Nanang & Eka
63
BARA DALAM HATI​
64
Pernikahan Surya & Asih
65
Hendrik ?
66
......
67
Munculnya Mentari Yang Tenggelam (1)
68
Munculnya Mentari Yang Tenggelam (2)
69
OTW
70
Penyakit Soffie
71
Penyesalan Surya & Soffie
72
Ajakan Hidup Bersama
73
Poligami
74
HILANGNYA AKAL SEHAT (1)
75
HILANGNYA AKAL SEHAT (2)
76
Penyesalan Rainer
77
Bangkit Di Atas Penyesalan
78
SECERCAH HARAPAN
79
Kembalinya Keluarga Surya
80
Pulang
81
Pengantin Baru
82
MELEPAS IMPIAN MERAIH HARAPAN
83
Rencana Rainer
84
BIAR CINTA YANG MEMILIH (1)
85
Strategi Sakti Cs
86
BIAR CINTA YANG MEMILIH (2)
87
BIAR CINTA YANG MEMILIH (3)
88
Kecemburuan IKA
89
Masa lalu Rainer & Lona (1)
90
Masa Lalu Rainer & Lona (2)
91
Masa Lalu Ika yang Kelam
92
BUNGA MIMPI ?
93
....
94
Roni Bedul di Ringkus
95
.....
96
......
97
Interogasi Guntur ke Ika
98
Ratapan Ika
99
Cowok Masa Kecil Ika
100
Siasat Bang Iwan
101
Yongki masuk Perangkap
102
Pilihan Kematian Yongki
103
...
104
....
105
Ika Pradita
106
....
107
Pembalasan sadis Arief
108
....
109
Perasaan Renata
110
....
111
....
112
....
113
.....
114
Kebenaran dibalik sosok Ika
115
Ika Meninggal
116
Pemakaman Ika
117
Surat Untuk Rainer
118
.....
119
TERPAAN PUNCAK GELOMBANG BADAI
120
.....
121
....
122
.....
123
....
124
POV Andi
125
....
126
.....
127
.....
128
.....
129
......
130
.....
131
Putri di selamatkan
132
.....
133
KOKOHNYA SEBUAH BATU KARANG (1)
134
KOKOHNYA SEBUAH BATU KARANG (2)
135
Shen Chen
136
....
137
....
138
.....
139
.....
140
Balas dendam Joko (1)
141
Balas dendam Joko (2)
142
Balas dendam Jamal
143
.....
144
....
145
Rencana Hendrik gagal
146
....
147
....
148
FINAL REVENGE (1)
149
FINAL REVENGE (2)
150
FINAL REVENGE (3)
151
FINAL REVENGE (4)
152
FINAL REVENGE (5)
153
FINAL REVENGE (6)
154
FINAL REVENGE (7)
155
FINAL REVENGE (8)
156
FINAL REVENGE (9)
157
FINAL REVENGE (10)
158
FINAL REVENGE (11)
159
FINAL REVENGE (12)
160
FINAL REVENGE (13)
161
FINAL REVENGE (14)
162
FINAL REVENGE (15)
163
FINAL REVENGE (16)
164
FINAL REVENGE (17)
165
FINAL REVENGE (18)
166
FINAL REVENGE (19)
167
FINAL REVENGE (20)
168
FINAL REVENGE (21)
169
FINAL REVENGE (22)
170
FINAL REVENGE (23)
171
FINAL REVENGE (24)
172
FINAL REVENGE (25)
173
KU KAN SELALU MENUNGGU MU...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!