Terpaksa Menikahi Dua Tuan Muda

Terpaksa Menikahi Dua Tuan Muda

Bab 1

"Bagaimana, Pah? Rumah kita jadi disita?"

Kedatangan pria paruh baya itu disambut dengan sebuah pertanyaan oleh sang istri. Bu Messa, wanita berusia 50 tahun itu menunggu jawaban dari sang suami dengan wajah yang terlihat begitu cemas.

"Ya, Messa. Keputusan Tuan Abian sudah tidak bisa diganggu gugat. Ia akan menyita rumah serta aset berharga lainnya, dua hari lagi. Kecuali ...."

Pak Herdinan menoleh ke salah satu sudut ruangan, di mana sang putri kesayangan tengah duduk dengan kaki menyilang di atas sofa empuknya.

"Kenapa Papah melihatku seperti itu?" tanya Allea Mahda–gadis berusia 21 tahun itu dengan raut wajah heran.

"Kecuali apa, Pah?!" Bu Messa pun tak kalah penasaran setelah melihat reaksi pria paruh baya itu.

"Tuan Abian bersedia menyerahkan kembali rumah serta aset berharga lainnya kepada kita, asalkan kita bersedia menyerahkan Allea kepadanya," tutur Pak Herdinan dengan raut wajah kusut.

"Apa?!" pekik Allea dan Bu Messa secara bersamaan. Mereka saling lempar pandang dengan mulut terbuka lebar.

"Tidak-tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak mau!" tolak gadis cantik itu mentah-mentah dengan kedua tangan bersedekap di dada.

Bukan hanya Allea, Bu Messa pun tampak begitu berat menerima tawaran tersebut. Secara Tuan Abian sudah tua. Usianya sudah menginjak kepala enam, bahkan lebih tua dari Pak Herdinan. Sudah tidak cocok bersanding dengan Allea yang usianya terpaut sangat-sangat jauh.

"Masa iya sih, Pah. Allea harus bersanding sama Tuan Abian?"

"Papah juga bingung, Mah. Tapi seperti itulah permintaan Tuan Abian," sahut Pak Herdinan.

Pria paruh baya itu menjatuhkan diri ke sofa. Bersandar di sana, sembari menatap kosong ke arah dinding.

"Pokoknya aku tidak mau, Pah! Suruh Kalila aja tuh yang nikah sama Tuan Abian! Udah bangkotan, bau tanah, masih aja doyan sama anak gadis!" celetuk Allea dengan wajah menekuk.

"Diam kamu, Allea!" bentak Pak Herdinan dengan wajah tegas menatap gadis cantik itu.

"Kalau kedengaran sama Tuan Abian, bisa-bisa Papah dikirim ke penjara! Lagian, Papah jadi begini 'kan gara-gara mengikuti semua keinginan kamu! Jadi, tidak ada salahnya jika kamu berkorban sedikit untuk Papah! Menikahlah dengan Tuan Abian, maka hidupmu pun akan terjamin," tutur Pak Herdinan, mencoba meyakinkan Allea.

Pak Herdinan ketahuan melakukan tindakan korupsi di perusahaan tempat ia bekerja untuk yang ke-dua kalinya. Jika yang pertama, Tuan Abian yang selaku pemilik perusahaan itu masih bersedia mengampuni semua perbuatan Pak Herdinan.

Namun, tidak kali ini. Pria itu sudah tidak bisa mentolerir prilaku Pak Herdinan dan berniat membawa perkara ini ke jalur hukum. Menyita seluruh harta serta aset berharga Pak Herdinan.

Pak Herdinan yang ketakutan, memohon untuk meminta pertimbangan dan akhirnya terciptalah sebuah kesepakatan. Sebagai ganti rugi, Pak Herdinan harus menyerahkan anak gadisnya kepada pria tua itu.

"Di mana Kalila?" tanya Pak Herdinan, sesaat kemudian.

"Di dapur lah, di mana lagi?" sahut Bu Messa dengan kedua bola mata yang memutar.

"Bilang sama dia, bikinin aku kopi." Pria paruh baya itu bangkit dari posisinya, kemudian melenggang begitu saja memasuki kamar utama untuk mengganti pakaiannya yang sudah dibasahi oleh keringat dingin.

Bu Messa hanya bisa memandangi punggung Pak Herdinan yang semakin menjauh dengan tatapan sedih, hingga bayangan pria itu menghilang di balik pintu kamar.

Sepeninggal Pak Herdinan.

"Mah, bagaimana ini? Masa iya aku harus nikah sama Tua Bangka itu?" ucap Allea dengan lirih, menatap Bu Messa yang kini bersiap melangkahkan kakinya ke dapur untuk menyusul Kalila–Anak angkat yang ia adopsi sejak lahir dari sebuah rumah sakit.

Bu Messa menghembuskan napas berat. "Ya, mau bagaimana lagi, Lea? Papahmu sudah tak punya pilihan lain, kecuali kamu memang ingin Papah mendekam di penjara dan kita menjadi gembel di sini," tutur Bu Messa.

Allea terdiam dengan wajah kusut. Pikirannya berkecamuk. Pilihan yang begitu sulit untuk ia putuskan, menjadi gembel atau hidup terikat bersama pria tua yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Pikirkan dengan baik, Sayang. Ini demi kehidupan kita semua," ucap Bu Messa lagi sambil menepuk pundak Allea pelan.

Allea menghembuskan napas kasar. Menatap Bu Messa dengan tatapan tidak suka.

Bu Messa hanya bisa pasrah. Ia kemudian meninggalkan Allea di ruangan itu sendirian dan kini melangkah menuju dapur.

"Kalila, bikinin Papahmu kopi!" titah Bu Messa kepada Kalila yang sedang sibuk mencuci piring dan gelas kotor yang menumpuk di atas westafel.

Kalila April, seorang wanita cantik berusia 22 tahun, memiliki kehidupan yang kurang beruntung. Dibuang ibu kandung, diadopsi oleh keluarga Pak Herdinan sejak lahir, tetapi hanya dijadikan sebagai anak pancingan.

Kata orang jaman dulu, jika ingin cepat punya momongan, maka pasangan itu harus mengadopsi seorang anak untuk dijadikan sebagai anak pancingan.

Pak Herdinan yang awalnya ragu, akhirnya memberanikan diri untuk mengambil langkah tersebut karena sudah lama menikah bersama Bu Messa, tetapi tak kunjung dikasih momongan.

Ternyata cara itu benar-benar berhasil. Hanya selang beberapa bulan setelah Kalila diadopsi, Bu Messa pun akhirnya dinyatakan positif hamil.

Sejak saat itu kehadiran Kalila sama sekali tak dianggap oleh mereka. Ia acap kali mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan, jauh berbeda jika dibanding Allea.

"Baik, Mah." Seketika Kalila menghentikan aktivitasnya. Mencuci bersih tangannya kemudian mengeringkan dengan menggunakan lap yang menggantung tak jauh dari tempatnya berdiri.

Dengan begitu lincah, Kalila melakukan tugasnya, membuat kopi hitam kesukaan Pak Herdinan. Hanya beberapa menit kemudian, kopi pun siap untuk dihidangkan.

Gadis cantik itu berjalan menghampiri Bu Messa yang kini duduk termenung di meja makan dengan kedua tangan memangku wajah. Perlahan meletakkan gelas kopi tersebut sambil memperhatikan ekspresi wajah Bu Messa.

"Ini, Mah, kopinya. Aku yang anterin atau —" Belum selesai Kalila bicara, Bu Messa segera memotong ucapannya.

"Biar aku saja!" Wanita paruh baya itu menghembuskan napas kasar. Meraih gelas kopi hitam yang masih panas itu, lalu membawanya ke ruang utama.

"Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Kenapa akhir-akhir ini aku lihat ekspresi wajah mereka terlihat begitu kusut. Baik Papah, Mamah dan juga Lea," gumam Kalila dalam hati.

Setelah Bu Messa menghilang dari pandangannya, Kalila pun kembali melanjutkan aktivitasnya. Membersihkan peralatan masak serta makan yang masih dalam kondisi kotor.

Di ruang utama.

Bu Messa meletakkan kopi hitam buatan Kalila ke atas meja dan tepat pada di saat itu, Pak Herdinan tiba dan segera duduk di sofa dengan ekspresi raut wajah yang telihat masih kusut.

"Itu kopinya, Pah."

Tanpa pikir panjang, Pak Herdinan langsung meraih kopi hitam tersebut, lalu menyeruputnya. Ia tidak sadar bahwa kopi tersebut ternyata masih panas dan seketika kopi itu menyembur keluar dari mulut Pak Herdinan.

"Aaarrghh!"

***

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

alhamdulilah kak aisha hadir lgi ,dan langsung hadir aku ,moga cerita up sampai end yaa kakk👍🙏

2024-12-20

1

choky_chiko_r

choky_chiko_r

mksh kak...klau bsa yaaa..maaf..epst nya jgn diatas 100..menurut aku.klau panjang suka lupa alurnya..jd bkin judul lain...cuma masukan..maaf..mksh

2024-12-20

2

🍁𝐀⃝🥀Angela❣️

🍁𝐀⃝🥀Angela❣️

mampir ahh kelihatan nya keren novel nya...
tentang kalila.. ternyata anak adopsi yg harus menikah dengan abian ( tapi gue rasa bukan abian dah mungkin anak dari t
tuan abian 😀) .. dengan alasan pasti balas budi... next lah baca part selanjutnya 😉

2025-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!