MAYA AKSARAWATI

Pagi-pun tiba, sinar matahari yang menembus jendela kamar membangunkan Maya dari tidurnya yang gelisah. Bayangan mimpi semalam masih terasa nyata: kota yang hancur, langit merah darah, dan selendang misterius yang menyelamatkannya.

Namun seperti pagi-pagi sebelumnya, Maya berusaha menepis ingatan itu dan memulai harinya dengan keteguhan. Ia bangun dari tempat tidurnya dan tersenyum melihat teman-teman sekamarnya yang masih terlelap meski waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Beranjak dari tempat tidurnya, Maya bergegas menuju kamar mandi, menggosok gigi dan mencuci muka. Air dingin menyegarkan wajahnya, tetapi bayangan mimpi mengerikannya dari malam sebelumnya masih menghantui pikirannya, mimpi tentang pertempuran dahsyat dan kehancuran yang mengancam segala sesuatu yang ia kenal. Ia menggeleng-gelengkan kepala, mencoba mengusir bayangan itu, dan berfokus pada hari yang baru.

Suster Evlin sudah menantinya di ruang makan yang besar, tempat berkumpul semua anak untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Aroma sup ayam yang menggoda tercium, menciptakan rasa lapar di perutnya.

"Selamat pagi! Sarapan sudah siap," sapa Suster Evlin sambil meraih piring yang dipegang Maya, mengambil nasi sesuai keinginannya.

"Pagi ini menunya sup ayam, perkedel kentang, telur dadar, tahu, dan tempe goreng," lanjutnya sambil tersenyum, melengkapi piring Maya dengan nasi. Senyum Suster Evlin selalu dapat menghangatkan hati, seolah-olah mengusir semua bayangan kelam yang mengintai.

"Terima kasih, Suster Evlin. Nikmat sekali kelihatannya," jawab Maya dengan senyuman. Meskipun menu yang sama berulang selama lebih dari delapan tahun, setiap hari terasa berbeda baginya. Rasa syukur selalu ada meski di tengah kerinduan dan ketakutannya.

"Buah hari ini adalah apel merah yang manis, semanis senyummu, Maya," Suster Evlin menaruh sebuah apel di baki Maya.

"Ambil satu kotak susu untuk kau bawa sebagai bekal ke sekolah, dan ini juga," Suster Evlin menambahkan sebutir apel lagi untuk Maya.

"Terima kasih, Suster Evlin." Maya pun mengambil satu susu kemasan kotak dan memasukkannya ke dalam tas punggungnya, begitu juga dengan buah apel pemberian Suster Evlin. Ia merasa beruntung memiliki suster yang begitu perhatian.

Ia duduk bergabung dengan anak-anak lain yang sebaya. Suara ceria mereka mengisi ruang makan, sementara Suster Evlin kembali sibuk melayani anak-anak lainnya. Tak lupa, mereka berdoa bersama sebelum memulai sarapan, suara kecil Maya bergabung dalam doa, penuh harapan meski ada rasa was-was di dalam hati.

Di bangsal ruang makan itu terdapat sepuluh meja makan panjang dengan bangku-bangku yang diduduki sepuluh anak. Di sisi samping pintu masuk, terdapat tumpukan baki yang tidak hanya berfungsi sebagai piring, tetapi juga sebagai wadah sayur, lauk pauk, dan buah. Kebersamaan ini terasa hangat, meskipun ada kesedihan yang mengintai.

Ketika Maya selesai dengan sarapannya, ia dan teman sebayanya bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tentu saja mereka berpamitan dengan para suster yang sangat menyayangi mereka. Suster Maria, dengan senyum hangat, berdiri paling akhir dekat pintu keluar, menyalami anak-anak dengan lembut. "Pagi yang cerah! Tetap semangat semuanya. Semoga hari ini menjadi hari yang indah untuk kalian. Hati-hati di jalan, ya..."

"BAIK, SUSTER!" seru anak-anak dengan riuh penuh keceriaan. Maya dan yang lainnya melambaikan tangan ketika sudah di luar gerbang asrama panti, merasakan angin pagi yang segar menyentuh wajah mereka.

Maya mempunyai sahabat dekat bernama Rendi, yang selalu menemaninya berjalan menuju sekolah. Rendi adalah sosok yang ceria, tetapi pagi ini tampak berbeda.

"Rendi, kenapa kau? Sepertinya kau kurang tidur, ya?!" Maya memperhatikan cara berjalan Rendi yang terhuyung-huyung, wajahnya tampak lesu.

"Aku semalam tidak bisa tidur, tidak tahu kenapa, mataku susah dipejamkan," jawab Rendi, berhenti sejenak, matanya yang biasanya cerah kini tampak murung.

"Ya ampun, Rendi! Lihat! Sepatumu berbeda!" Maya menunjuk sepatu Rendi yang tidak cocok, satu sepatu hitam dan satu lagi putih.

Rendi memandang ke bawah, wajahnya bersemu merah karena malu. Mungkin karena masih mengantuk, dia asal memakai sepatunya.

"Ah, biarlah. Kita sudah dekat di sekolah, anggap saja ini tren baru," Rendi berkilah, dan Maya hanya tertawa mendengar jawaban Rendi, merasakan kehangatan persahabatan mereka.

Kebetulan, kedua anak itu satu kelas dan duduk di bangku yang sama. Mereka adalah satu-satunya anak yatim piatu di kelas mereka. Tak jarang, mereka dibully oleh anak-anak lain. Namun, Maya dan Rendi selalu saling menguatkan satu sama lain, berbagi cerita dan tawa meski ada luka yang tersembunyi di hati.

Hari-hari di sekolah terasa panjang bagi keduanya, meski begitu mereka tetap bersemangat menjalani hari-hari itu, berharap suatu saat bisa menemukan tempat mereka di dunia ini, seperti yang selalu Maya impikan dalam mimpinya. Dengan setiap langkah, mereka berdoa agar harapan itu tidak hanya tinggal harapan, tetapi menjadi kenyataan yang indah.

Terpopuler

Comments

AdiRuz3

AdiRuz3

bisa-bisanya salah sepatu /Facepalm/

2025-01-06

1

Lily

Lily

/Doge/

2025-01-10

0

Tenth_Soldier

Tenth_Soldier

tak lupa mereka berdoa bersama

2025-01-04

5

lihat semua
Episodes
1 BAYANGAN DARI KEMUSNAHAN
2 MAYA AKSARAWATI
3 SESUATU YANG LAIN
4 PENCARIAN JAWABAN
5 PERINGATAN KECIL
6 RENDI PRANANTA
7 TREE OF LIFE
8 URANIUM DAN HELIUM
9 AWAL DARI KEBANGKITAN
10 AMARAH
11 TAK BERDAYA
12 MISHMAR
13 JAE THOMPSON DAN NILA PURNAMASARI
14 ANCAMAN YANG MENGINTAI
15 YUANYUN
16 KOTA MAFIA
17 RISING LION STAR!
18 YAJIAOQIANG
19 PUZZLE YANG TERUNGKAP
20 HOI GONG!! VS BLACK SERPENT STRIKE!
21 PERTEMUAN TAKDIR
22 FAKTA YANG DI SEMBUNYIKAN
23 SEDIKIT RASA AMAN
24 SENYUMAN KEGELISAHAN
25 ORANG ASING
26 EMMA DAN OLIVIA TAYLOR
27 MALAM MENCEKAM
28 KEPITING REBUS
29 TERKEJUT
30 KETIDAK ADILAN
31 BANTUAN YANG TAK LAGI BERHARGA
32 USAHA UNTUK BERTAHAN HIDUP
33 LOLOS
34 NIYATI VIDHAN
35 WU YUAN AGRITECH INC.
36 KEMBALI KE CANDI MINAK JINGGO
37 KALPATARU
38 KESEDIHAN MINAK JINGGO
39 BRAJAMUSTI
40 NAHENDRA TARA INKARNASI MAHAPATIH
41 PERPISAHAN
42 PELUKAN KEKHAWATIRAN
43 TANJUNG PERAK
44 LEMMINKÄINEN
45 PULAU DEWATA
46 UNIVERSITAS VIDYASTRA
47 RAMALAN
48 INNERJIONIX
49 ETHAN WELLINGTON
50 TIEDON VAPAUS
51 AURORA MERAH
52 LOVINA
53 REVONTULTEN TANSSI
54 PENGORBANAN SEBASTIAN
55 PENOLONG TAK TERDUGA
56 UTUSAN
57 PERKENALAN
58 MILKSHAKE
59 OBROLAN DI KAFE
60 SELAMAT
61 MISHMAR TERKUAT
62 KEDATANGAN ARKHAN
63 TAKDIR YANG MENANTI
64 DI AMBANG PERUBAHAN
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAYANGAN DARI KEMUSNAHAN
2
MAYA AKSARAWATI
3
SESUATU YANG LAIN
4
PENCARIAN JAWABAN
5
PERINGATAN KECIL
6
RENDI PRANANTA
7
TREE OF LIFE
8
URANIUM DAN HELIUM
9
AWAL DARI KEBANGKITAN
10
AMARAH
11
TAK BERDAYA
12
MISHMAR
13
JAE THOMPSON DAN NILA PURNAMASARI
14
ANCAMAN YANG MENGINTAI
15
YUANYUN
16
KOTA MAFIA
17
RISING LION STAR!
18
YAJIAOQIANG
19
PUZZLE YANG TERUNGKAP
20
HOI GONG!! VS BLACK SERPENT STRIKE!
21
PERTEMUAN TAKDIR
22
FAKTA YANG DI SEMBUNYIKAN
23
SEDIKIT RASA AMAN
24
SENYUMAN KEGELISAHAN
25
ORANG ASING
26
EMMA DAN OLIVIA TAYLOR
27
MALAM MENCEKAM
28
KEPITING REBUS
29
TERKEJUT
30
KETIDAK ADILAN
31
BANTUAN YANG TAK LAGI BERHARGA
32
USAHA UNTUK BERTAHAN HIDUP
33
LOLOS
34
NIYATI VIDHAN
35
WU YUAN AGRITECH INC.
36
KEMBALI KE CANDI MINAK JINGGO
37
KALPATARU
38
KESEDIHAN MINAK JINGGO
39
BRAJAMUSTI
40
NAHENDRA TARA INKARNASI MAHAPATIH
41
PERPISAHAN
42
PELUKAN KEKHAWATIRAN
43
TANJUNG PERAK
44
LEMMINKÄINEN
45
PULAU DEWATA
46
UNIVERSITAS VIDYASTRA
47
RAMALAN
48
INNERJIONIX
49
ETHAN WELLINGTON
50
TIEDON VAPAUS
51
AURORA MERAH
52
LOVINA
53
REVONTULTEN TANSSI
54
PENGORBANAN SEBASTIAN
55
PENOLONG TAK TERDUGA
56
UTUSAN
57
PERKENALAN
58
MILKSHAKE
59
OBROLAN DI KAFE
60
SELAMAT
61
MISHMAR TERKUAT
62
KEDATANGAN ARKHAN
63
TAKDIR YANG MENANTI
64
DI AMBANG PERUBAHAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!