6. Nasihat Murdiono

"Vina! Sebentar!" pak Murdiono gegas keluar dari belakang mejanya, mengejarku yang sudah berdiri diambang pintu keluar ruang dekan.

"Ada apa pak?" aku berbalik.

Aku dapat merasakan dekanku itu tidak bersikap seperti biasanya, ia berdehem sekali lalu menatapku dalam.

"Siapa laki-laki itu?"

"Maksud bapak?" aku berpura-pura tidak mengerti siapa yang dia maksudkan.

"Pria yang membayar diktat-diktat ini dan tunggakan SPP-mu?" menunjuk diktat-diktat yang aku tenteng didalam plastik.

"Oh, beliau tuan Bimo, bos saya di Hotel Viktoria, saya berkerja paruh waktu sebagai OB disana pak," aku terpaksa berbohong.

"Pemilik?" tanyanya lebih spesifik.

"Saya tidak tahu pak," sahutku. Aku memang tidak tahu, dan belum banyak tahu tentang tuan Bimo itu. Satu unit penthouse super mewah miliknya, dan jabatan sebagai seorang direktur tidaklah cukup bagiku menduga kalau pria itu adalah pemilik hotel itu.

"Bolehkah aku memperingatkanmu Vina?"

Aku mundur. Sematan 'bapak' berubah menjadi 'aku' tentu membuatku kaget. Aku jadi dag-dig-dug ngeri.

"Jauhi laki-laki itu. Aku merasa dia ingin mengambil keuntungan darimu," lanjutnya tanpa menyadari perubahan sikapku.

"Tidak ada laki-laki yang tulus memberi bantuan, pasti ada udang dibalik batu Vina, kamu mengertikan maksudku?" seriusnya.

Murdiono Sang Dekan.

"I-iya pak. M-maaf, saya permisi, jam mata kuliah saya sudah dimulai." Tanpa menunggu sahutan aku berbalik dengan niat berlari kencang.

"Jangan pergi dulu."

Aku terkesiap, pergelangan tanganku sudah disambar pak Murdiono kuat. Seketika sekujur tubuhku gemetar.

"Pak, tolong lepaskan, saya sudah terlambat," sikapku kubuat setenang mungkin agar tidak terlihat takut.

"Vina berjanjilah... Jauhi laki-laki itu, aku benar-benar mencemaskanmu--"

"Pak, lepaskan tangan Vina, tidak baik kalau ada yang lihat," Heru tiba-tiba muncul, aku yang merasa tertolong langsung berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh pada dua pria beda generasi itu.

Heru Mardani Sang Ketua HiMa

...***...

"Bu Romlah, kemari!" panggil Anggi saat suasana pasar sudah tidak terlalu ramai siang itu.

"Ada apa jeng, saya lagi sibuk memisahkan bawang merah yang tumpah ditumpukan bawang putih ini jeng. Kesini saja kalau ada perlu," sambut Romlah, mendongak sebentar dan kembali merunduk, melanjutkan kegiatannya, mumpung lagi sepi.

"Bu Romlah lupa kalau tubuh saya sebesar ini? Yang ada, jualan bu Romlah bakal hancur lebur tersenggol oleh saya kalau ke kiosnya bu Romlah," ucapnya beralasan.

"Iya, iya, sebentar jeng, nanggung nih," tangan Romlah terus sibuk memilah.

"Buruan, nanti keburu rame lagi! Ini penting!"

Walau terpaksa, Romlah akhirnya beranjak juga meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai. Jika tidak dituruti, Anggi bakal terus berkicau tak sedap.

"Ada apa sih jeng?" Romlah berdiri diantara barang-barang jualan milik Anggi.

"Tadi pagi bu Romlah bilang Vina mengirim uang lumayan banyak ke rekeningnya bu Romlah, memangnya berapa?" Anggi melirik kesana kemari takut ada yang mendengar.

"Memang kenapa jeng?" Romlah merasa curiga.

"Begini bu, mendiang bapaknya Vina masih meninggalkan banyak utang pada saya, jadi saya minta bu Romlah transfer aja semua uang Vina untuk adik-adiknya itu ke saya. Nanti bu Romlah minta lagi ke Vina, bagaimana?" ucap Anggi setengah berbisik, tentu saja terasa aneh bagi Romlah, karena perempuan besar itu jarang sekali berbicara sepelan itu.

"Waduh jeng... maaf, saya nggak berani kalau tidak sesuai amanat," tolak Romlah.

"Sudahlah bu, jangan takut, Vina itu kan keponakan saya juga. Dia pasti ngerti kok mendiang bapaknya banyak utang," Anggi berusaha membujuk.

"Bukannya dulu sudah lunas ya jeng, saat jeng Anggi mengambil paksa rumah bapaknya Vina yang jeng tempati sekarang. Saya kan hadir juga sebagai saksi batas ketika mediasi di rumahnya pak RT."

"Lah, ini lain cerita lagi bu Romlah, beda..." Anggi tetap bersikeras.

"Gini aja jeng Anggi, itu kan nomornya Vina pasti ada sama jeng Anggi, tagih aja langsung ke orangnya kalau masih ada. Uang adik-adiknya Vina tidak bisa saya berikan, saya permisi." selesai berucap Romlah langsung beranjak pergi.

Anggi hanya bisa menatap kepergian Romlah dengan perasaan kesal.

...***...

Bimo memandangi ponsel jadul milik Vina yang berkedip-kedip disisi kanan mejanya.

"Untuk apa bibinya Vina menelpon?"

Berambung...✍️

*✍️Pesan Moral : Tetaplah membela yang benar😎 (By : Author T*enth_Soldier)

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞IntanArmy💜°𝐒⃟: ✿࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞IntanArmy💜°𝐒⃟: ✿࿐

Daddy banyak yang godain Calon istri mu nih

2024-12-21

1

Ikan

Ikan

Dih 🙄🙄 ah lagian si Bu Romlah pake ngomong segala sih kalau Vina transfer uang

2024-12-22

1

Teteh Lia

Teteh Lia

ini kenapa cakep2 semua 😫. waduhhhh....

2024-12-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Jadilah Sugar Baby-ku
2 2. Tunggakan
3 3. Diculik
4 4. Aku Sudah Melihat Semuanya.
5 5. Hanya Boleh Menelponku
6 6. Nasihat Murdiono
7 7. Licik.
8 8. Takut Sama Dia
9 9. Ditindas
10 10. Rumah Sakit.
11 11. Diremehkan.
12 12. Gadis Itu Dalam Perlindunganku.
13 13. Berusaha Kabur.
14 14. Aku Membencimu!
15 15. Insiden Kolam Pemandian
16 16. Ke Pesta
17 17. Status Bukanlah Ukuran Sejati.
18 18. Hanya Perduli Kamu
19 19. Jaminan
20 20. Berondong Kaya
21 21. Berondong Kaya si Pembuat Masalah
22 22. Ada Syaratnya
23 23. Belanja Sembako Untuk Yatim Piatu
24 24. Hukuman Untuk Riska
25 25. Kebodohan Yang Memabukan
26 26. Terserah!
27 27. Bergemuruh
28 28. Insiden Anggi
29 29. Sakit
30 30. Izinkan Aku Pulang
31 31. Hanya Ingin Mendapat Bukti
32 32. Pria Matang Penuh Pesona
33 33. Bimo dan Heru
34 34. Jauhi Gadis Itu
35 35. Presidential Suite Viktoria Hotel
36 36. Protes Tentang Dekorasi Kamar
37 37. Mengharapkan Kebaikan
38 38. Penasaran
39 39. Ketiduran
40 40. Daddy!
41 41. Alibi
42 42. Calon Isteri
43 43. Jawabannya Harus Pilihan Yang Pertama
44 44. Rewelnya Bimo
45 45. Pertemuan Pertama
46 46. Menu Makan Malam
47 47. Ada Syaratnya.
48 48. Viktoria Hills
49 49. Rusuhnya Anggi
50 50. Mengungkap
51 51. Tulusnya Marawing
52 52. Tidak Sabar
53 53. Ancaman Marawing
54 Lamaran
55 55. Jatuh Cinta Lagi Di Usia Tua
56 56. Menuai Didikan Sendiri
57 Hari Pernikahan
58 58. Mau Adik Bayi?
59 59. Takut, Tapi Mau
60 60. Berbadan Dua
61 61. Tua
62 62. Adik Bayi Lucu Mau Launching!
63 63. Alvira Dan Alvaro Hardi Dinata
64 64. End
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Jadilah Sugar Baby-ku
2
2. Tunggakan
3
3. Diculik
4
4. Aku Sudah Melihat Semuanya.
5
5. Hanya Boleh Menelponku
6
6. Nasihat Murdiono
7
7. Licik.
8
8. Takut Sama Dia
9
9. Ditindas
10
10. Rumah Sakit.
11
11. Diremehkan.
12
12. Gadis Itu Dalam Perlindunganku.
13
13. Berusaha Kabur.
14
14. Aku Membencimu!
15
15. Insiden Kolam Pemandian
16
16. Ke Pesta
17
17. Status Bukanlah Ukuran Sejati.
18
18. Hanya Perduli Kamu
19
19. Jaminan
20
20. Berondong Kaya
21
21. Berondong Kaya si Pembuat Masalah
22
22. Ada Syaratnya
23
23. Belanja Sembako Untuk Yatim Piatu
24
24. Hukuman Untuk Riska
25
25. Kebodohan Yang Memabukan
26
26. Terserah!
27
27. Bergemuruh
28
28. Insiden Anggi
29
29. Sakit
30
30. Izinkan Aku Pulang
31
31. Hanya Ingin Mendapat Bukti
32
32. Pria Matang Penuh Pesona
33
33. Bimo dan Heru
34
34. Jauhi Gadis Itu
35
35. Presidential Suite Viktoria Hotel
36
36. Protes Tentang Dekorasi Kamar
37
37. Mengharapkan Kebaikan
38
38. Penasaran
39
39. Ketiduran
40
40. Daddy!
41
41. Alibi
42
42. Calon Isteri
43
43. Jawabannya Harus Pilihan Yang Pertama
44
44. Rewelnya Bimo
45
45. Pertemuan Pertama
46
46. Menu Makan Malam
47
47. Ada Syaratnya.
48
48. Viktoria Hills
49
49. Rusuhnya Anggi
50
50. Mengungkap
51
51. Tulusnya Marawing
52
52. Tidak Sabar
53
53. Ancaman Marawing
54
Lamaran
55
55. Jatuh Cinta Lagi Di Usia Tua
56
56. Menuai Didikan Sendiri
57
Hari Pernikahan
58
58. Mau Adik Bayi?
59
59. Takut, Tapi Mau
60
60. Berbadan Dua
61
61. Tua
62
62. Adik Bayi Lucu Mau Launching!
63
63. Alvira Dan Alvaro Hardi Dinata
64
64. End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!