Bab 2 Mengulang pertemuan

Selamat Membaca

Satu bulan kemudian.

Wisnu melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Dengan menatap kaca spion, sejenak dia mengecek penampilannya.

Untuk merayakan kenaikan pangkat mantan rekannya -- waktu masih menjadi bodyguard di kediaman Krisna. Wisnu datang menghadiri undangan rekannya itu ke sebuah Bar yang ada di dalam hotel miliknya sendiri.

Setelah menekan tombol lock kontak mobilnya dan memberi efek suara yang terdengar nyaring di telinga, Wisnu berjalan masuk ke dalam Bar tersebut melalui jalur khusus.

Melangkah ringan menuju ke dalam, terdengar suara musik mengalun lembut dan bukan suara hentakan musik keras. Ternyata banyak juga pengunjung dan tamu hotel yang berada di dalam sana.

“Wisnu?!” panggil rekannya bernama Dirga sambil melambai tangan serta berdiri menyambutnya dengan senyuman.

“Hei,” balas Wisnu segera mendekat dan memberi salam adu kekompakan tangan dan setengah memeluk, saling menepuk punggung disertai derai tawa. Mereka berdua melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

“Hebat, katanya kau naik pangkat. Berapa anak buahmu,” lontar Wisnu memberikan pujian sambil melepas pelukan. Mereka segera duduk di kursi masih saling melempar senyuman.

“Kau yang hebat, bisa mengembangkan karirmu dan menikmati hidup tanpa memuja seorang Tuan Besar lagi,” sahut Dirga merendah.

“Bukankah semua yang kudapatkan ini juga berasal dari kebaikan Tuan Besar,” seloroh Wisnu menunduk dan tersenyum.

“Kau ini, selalu tidak percaya diri,” desis Dirga sambil melambaikan tangannya ke arah pelayan, ia memesan minuman.

‘‘Aku bicara kenyataan,’’ sahut Wisnu masih kekeh dengan ucapannya tentang kekayaan.

“Kamu sudah punya pacar baru? Jangan bilang kau masih mengingat Depe dan belum move on darinya?” ejek Dirga membuat Wisnu tertawa kecil dan duduk menyandarkan kepalanya.

“Aku malas berurusan dengan cinta. Wanita itu rumit,” ucap Wisnu membuat Dirga tertawa.

Wisnu menyandarkan bahunya, apa yang dia ucapkan sesui dengan apa yang dia rasakan, malas bila harus memulai hubungan baru.

“Pikiranmu itu yang rumit. Kau hanya butuh bertemu, bercinta dan menikah,” ujar Dirga masih terkekeh melihat ekspresi Wisnu yang benar-benar nampak malas membicarakan soal urusan cinta.

“Gila! menikah dulu baru bercinta. Apa seburuk itu kelakuanmu?” desis Wisnu melempar senyuman sinis ke arah Dirga.

“Santai, Men. Dari dulu wajahmu dan gayamu benar-benar menjengkelkan. Saat ini kau berada di jaman bebas, berhenti sok suci,” lontar Dirga mengejek Wisnu yang selalu bersikap seperti pria sejati yang bermartabat tinggi.

Wisnu hanya menatap dengan lemparan senyum dan gelengan kepala. Mengabaikan komentar tentang dirinya. Hampir setiap mantan rekan kerja yang

bertemu dengannya pasti akan melontarkan hal yang sama.

Selama kurang lebih dua tahun sejak mengundurkan diri dari jajaran Anggota Bodyguard Elite keluarga Krisna, Wisnu memilih pergi ke kota ini dan mengurusi hotel berbintang tiga yang kini sudah berhasil naik level dan masuk menjadi salah satu Hotel Bintang Lima dengan tingkat okupansi yang tinggi. Wisnu terkenal dengan sebutan si Jomblo Mapan.

Wisnu berusaha untuk membuang semua kenangan, rasa cinta yang menyesakkan perasaannya. Entah itu untuk Isna yang kini tengah sibuk dengan anak gantengnya yang imut menggemaskan dari foto-foto dan video yang dikirimkan Isna kepadanya atau untuk Depe yang nampak bahagia dengan keluarga kecil mereka yang bisa Wisnu intip lewat sosial media.

Ada himpitan berat di dalam hatinya ketika harus berhadapan dengan cinta dan wanita lagi. Ada ketakutan mendalam ketika harus membuka hati untuk sebuah hubungan yang baru.

Suasana Bar malam ini sangat ramai, pengunjung lalu lalang di sela-sela celah sempit di sekitaran tempat mereka berdua duduk. Hingga seorang wanita yang sedang lewat harus oleng saat menahan langkahnya karena hampir bertubrukan dengan pelayan Bar yang sedang membawa minuman di tangan kanannya.

Brukk!

Gadis itu menubruk tubuh Wisnu.

Wisnu tersentak dan terdorong keras oleh tubuh seorang gadis yang tidak sengaja jatuh menimpanya. Gadis itu segera berpegangan pada pundaknya agar tidak terjatuh kedalam pelukan pria tampan itu.

“Ma-maaf … maafkan saya, saya tidak sengaja,” ucap gadis itu dengan wajah yang panik.

Wisnu berusaha menjaga tubuh gadis itu agar stabil dan tidak terjatuh lagi. Pandangan mata mereka berdua saling beradu dan menjadi canggung.

"Maaf … maafkan saya," ucap pelayan itu menyesal, dengan sekuat tenaga ia menjaga karena minuman yang dibawanya hampir saja merosot dari nampan dan terjatuh. Untung ia segera menyeimbangkan diri.

Wisnu menatap pelayan yang hampir bertabrakan dengan wanita itu dengan anggukan kepala, menatapnya saat pria itu masih menunduk meminta maaf berkali-kali kepadanya.

Pelayan itu tahu kalau pria yang saat ini berhadapan dengannya adalah pemilik dari Hotel tempatnya bekerja. Dia merasa sangat takut sudah salah dalam bekerja dan membawa masalah.

“Iya, tidak apa-apa,” jawab Wisnu merasa tidak masalah.

Wisnu segera membantu gadis itu menyeimbangkan dirinya dan sedikit mendorong tubuh wanita itu agar segera berdiri lagi. mereka sama-sama bersikap canggung dan mengangguk setelah melepaskan rangkulannya.

“Maaf, sekali lagi saya minta maaf,” ucap wanita muda itu lagi dan segera melipir pergi dari tempat itu dengan perasaan malu.

Sesekali Wisnu menoleh ke arah wanita itu, mereka masih saling menengok dan menatap dengan batin yang tidak bisa di jelaskan.

"Apa aku pernah bertemu dengannya? Wajahnya seperti tidak asing bagiku," batin Wisnu mencoba mengingat wajah yang familiar baginya.

Wisnu segera mengalihkan pandangannya saat wanita itu terlihat menemui seorang pria di meja tidak jauh darinya. Wisnu membuang segala kemungkinan bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya. Gadis itu sudah punya pacar.

“Hei, Bung, lihat siapa?” panggil Dirga kesal merasa diabaikan. “Rezeki nomplok, tiba-tiba dipeluk wanita cantik,” seloroh Dirga sambil tertawa.

“Bukan siapa-siapa,” jawab Wisnu cepat, mengabaikan celotehan rekannya itu.

Wisnu kembali ke sikap santai dan menatap kembali Dirga ketika pria itu memanggil namanya. Entah apa karena sibuk melamun sampai-sampai dirinya tidak tahu bahwa minuman yang ia pesan sudah tersaji di atas mejanya.

Wisnu segera mengambil minuman di mejanya dengan hembusan napas sambil mengamati senyuman Dirga yang juga tampak sibuk mengunyah kacang.

“Bagaimana soal kencan buta?” tanya Dirga memberi usulan. “Kau mau mencoba?”

“Cih …,” decak Wisnu menggeleng.

“Kau boleh kabur ditengah pertemuan,” ujarnya tertawa, “Aku sering melakukannya.”

“Kapan kau akan mulai serius mempunyai satu kekasih?” lontar Wisnu sambil meneguk minumannya.

Wisnu merasakan rasa pahit sangat kentara tidak seperti biasanya. Rasa yang membuatnya merasa sedikit tercekat di dalam tenggorokannya.

“Kenapa? Wajahmu aneh. Apa minumannya tidak enak? Apa aku panggilkan bartendernya kesini?” tanya Dirga menegakkan tubuhnya menatap perubahan wajah Wisnu yang seakan terpaksa meminum minumannya.

“Ah, tidak-tidak,” jawab Wisnu menyanggah.

“Tunggu usiaku 35tahun, aku akan mulai serius, Wisnu,” jawab Dirga menjawab kembali pertanyaan mantan rekannya itu tentang hubungan dengan wanita, ia juga berbicara sambil meneguk minumannya.

“Astaga, bisa-bisanya. Setelah kamu sudah mencapai usia segitu, stok wanita yang mau denganmu sudah habis,” lontar Wisnu menertawakan rekannya.

Dirga mengacungkan jemarinya ke depan wajahnya sambil ikut tertawa. “Semakin tua, pesonaku semakin luar biasa,” balasnya memiringkan wajahnya.

“Bodoh! Semakin tua kau akan semakin loyo dan payah,” sahut Wisnu tertawa terbahak sambil melayangkan minumannya di udara, lalu mereka berdua bersulang.

Ditengah canda tawa mereka, terdengar kegaduhan dari bangku seberang, seorang wanita dan pria terlihat beradu mulut dan saling mengumpat dan melontarkan kalimat tajam. Suara ribut-ribut mengalihkan perhatian mereka berdua.

“Ada yang rusuh, Nu,” seloroh Dirga menepuk pundak Wisnu, Wisnu diam mengamati situasi.

“Sepertinya pasangan yang sedang bertengkar, haruskah kita melerai?” tanya Wisnu mengamati.

Pandangan Wisnu juga terpaku pada sosok gadis yang menabraknya tadi, tampak berdiri karena bangku dimana pasangan yang sedang bertengkar ada di sampingnya. Wajah cemas memucat nampak menghiasinya. Wisnu mendadak menghawatirkan keselamatan gadis tidak dikenalnya itu. Berada di situasi gaduh yang kapan saja bisa mengancam jiwanya.

Wisnu dan Dirga segera berdiri dan melangkah mencoba mendekat ke area sana. Merasa sebagai pemilik dari gedung ini, Wisnu segera ingin ikut melerai dan menenangkan situasi. Pertengkaran sengit masih berlangsung. Mereka kesulitan menembus kerumunan orang-orang.

“Kau hanya laki-laki payah, asal kau tahu!” ejek wanita itu dengan wajah bersungut. "Aku tidak sudi bertemu denganmu lagi."

“Dasar wanita j*lang, aku tidak segan untuk membunuhmu asal kamu tahu!” balas pria itu dengan kalap mengambil botol dan melemparkan ke arah wanita itu dengan emosi yang membara.

Pyarrr

Wanita itu bisa menghindarinya dan berusaha berlari. Botol kaca yang menimpa lantai segera pecah berhamburan. Pria itu semakin kalap dengan mengambil benda apa saja dihadapan maupun samping kanan kirinya. Melemparkan semua benda ke arah wanita itu secara membabi buta.

Akibatnya semua pengunjung Bar menjadi berhamburan menyelamatkan diri dari lemparan botol, kursi maupun gelas yang dilempar.

“Berhenti, wanita terkutuk!” teriaknya sambil merangsek ditengah kekacauan yang dia timbulkan.

Beberapa pengunjung mencoba menghalangi pria itu melakukan kekerasan kepada wanita yang kini sudah menyelinap pergi karena ketakutan.

Bugg

Pria pembuat onar tiba-tiba memukul keras salah seorang pria yang menahan tubuhnya, mencegahnya pergi hingga pria itu jatuh tersungkur ke lantai.

“Wahh, dasar brengs*ek kamu ya!” hardik teman orang dipukul itu merasa tidak terima dan berniat membalas dengan meraih krah baju yang pria pembuat onar itu kenakan dan mendorongnya dengan sekuat tenaga.

Bug bug bug

Dia membalas memukulnya beberapa kali di wajahnya, tampak darah segar mengucur dari sudut bibirnya, tulang pipinya juga nampak membengkak.

Suasana berubah semakin mencekam saat tiba-tiba beberapa pria bertato datang dan mencengkeram erat pria yang memukul jatuh pria pembuat onar itu -- sepertinya dia adalah teman satu ganknya. Tanpa banyak berkata pria itu dibalas dengan pukulan beramai-ramai.

Suasana semakin tidak terkontrol. Mana yang salah, mana yang benar bercampur menjadi ajang perkelahian masal. Bar berubah menjadi arena tinju dimana beberapa orang berteriak histeris mencoba menyelamatkan diri, harus duduk lemas dipojokan, ada yang berlari menjauhi. Meja, kursi dan apapun yang berada di sana tidak luput dari ajang pengrusakan.

Beberapa Security Hotel segera datang untuk melerai, mengamankan situasi. Pertikaian yang terjadi memancing mereka semua untuk saling mendorong dan malah perkelahian meluber kemana-mana dengan beberapa orang yang ikut terpancing ikut membantu kedua kubu yang berseberangan.

Kepala Wisnu terasa pening, melihat situasi disekelilingnya semakin membuat pandangannya menjadi kabur. Dia memegang kepalanya dengan tangan kiri berpegangan pinggiran meja. Beberapa kali dia terhuyung karena dorongan orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri.

“Kamu tidak apa-apa 'kan?” tanya Dirga meraih pundak Wisnu.

Wisnu masih bertahan dengan berpegangan apapun saja agar tidak ambruk.

“Aku bantuin wanita itu dulu ya?” ucap Dirga segera berlari meninggalkan Wisnu. Dirga melihat wanita sedang terpojok ketakutan di sudut Bar.

Wisnu hanya mengangguk mengiyakan, dia sendiri merasa tidak mampu bahkan untuk menolong dirinya sendiri dari situasi ini.

“Sial, kenapa kapalaku mendadak pusing begini?” keluhnya masih memegang pelipisnya. Hingga tubuhnya kembali terhantam tapi dia segera meraih tubuh itu hingga ia bisa berpegangan padanya dan tidak sama-sama terjatuh.

Brukk!

Wisnu memeluk tubuh seorang wanita terhuyung mengenai tubuhnya.

Wanita itu -- yang bingung cara keluar dari tengah pertikaian, tubuhnya terdorong keras orang-orang yang merangsek di depannya dan tidak sengaja mengenai badan Wisnu.

Dengan sigap pula Wisnu menahan bobot tubuh gadis itu agar tidak sampai terjatuh ke lantai bersamanya.

Suasa yang mulai kacau tak terkendali ternyata juga semakin mengacaukan pandangan Wisnu, dengan cepat dia rekatkan lengan kokohnya mengungkung tubuh itu dalam pelukannya. Tidak menghiraukan hiruk pikuk yang terjadi di sekelilingnya.

Dengan tatapan saling beradu, hingga suara teriakan histeris, ucapan mengumpat dan saling menyerang juga barang-barang pecah menjadi tidak terdengar lagi. Wisnu seakan tidak bisa merasakan dirinya lagi, segala pandangan yang berada di sekelilingnya nampak berbeda.

Wisnu merasa badannya semakin terasa berat dan rasa panas mulai menjalari tubuhnya. Gadis ini, yang tengah menatapnya dengan bingung tidak bisa melawan gerak langkah yang dengan cepat segera menyeretnya pergi dari sana.

“Kita menyingkir dari sini,” ucap Wisnu masih sesekali memejamkan matanya, kepalanya semakin pening.

“Ki-kita mau kemana?” tanya gadis itu menahan langkah gontai Wisnu yang hampir kehilangan kesadaran.

“Diam, kita akan celaka kalau tetap di sini,” bisik Wisnu di telinga gadis itu. Wisnu semakin erat mengalungkan lengannya di leher wanita yang tidak dia kenal itu.

Suara parau yang membuat bulu kuduk gadis itu meremang.

Wisnu berusaha berjalan dengan satu tangan menyusuri tembok sekaligus membantunya agar tetap bisa berdiri selain berpegangan dengan gadis yang dia rangkul erat.

“Lepasin! K-kita mau kemana?” tanya gadis itu bingung. Langkahnya masih terseret menahan beban tubuh Wisnu yang berat.

“Kita naik Lift,” ucap Wisnu menarik kuat pundak gadis bernama Almira itu saat terlihat pintu lift sedang terbuka saat beberapa orang baru saja keluar dari dalam.

“T-t-tapi,” tolak Almira menahan langkahnya.

Wisnu terlalu kuat hingga mau tak mau Almira berhasil diseret masuk ke dalam lift, Wisnu menekan asal tombol dan pintu lift segera tertutup rapat.

“Ya Allah, bagaimana ini? Kenapa pria ini membawaku kesini? Mau apa dia, aku takut sekali,” batin Almira menjadi resah.

Gadis itu masih terdesak di dalam lift bersama tangan kokoh Wisnu menggayut menahan badannya yang hendak roboh.

“T-tuan, apa Anda sedang mabuk?” tanya Almira dengan wajah resah.

Wisnu masih menahan dirinya agar tidak bergerak, memeluk tubuhnya hingga napasnya seakan sesak. Almira mendorong dengan sekuat tenaga namun tenaganya tidak sebanding dengan pria itu.

Tubuh Almira gemetar menyadari pria ini sedang dalam pengaruh obat atau minuman. Ditengah kepanikan yang melandanya dia berusaha berani dan berpikir postif. Almira berusaha menatap wajah pria yang dia tabrak tadi, wajah pria yang dia kenali sebagai pria yang termasuk pria yang baik.

Almira berusaha tidak berpikiran macam-macam.

“2709. Lantai dua belas,” Wisnu berucap dengan suara parau hampir tidak terdengar.

“Hem? Kamu bilang apa tadi?” sahut gadis itu bingung. Ia merasa pria ini memberitahu nomor kamar, tapi dia tidak mendengar dengan jelas.

“2709, nomer kamarku,” ucap Wisnu lagi dengan suara lebih jelas.

Gadis itu menahan tubuh Wisnu sekuat tenaga, setelah tiba-tiba tubuh itu terasa lunglai semakin menghimpit tubuhnya. Lift masih terasa naik ke lantai atas. Terasa lama hingga membuat Almira menghentak kaki frustasi.

“Ya ampun, kesialan apa ini? Kenapa aku malah terjebak di sini?” keluhnya kesal.

Almira segera menekan tombol angka dua belas. sebelumnya lift mengarah ke lantai enam belas.

Gadis itu mengeluh dalam hati, beberapa kali mengumpat dengan mata kesal menatap Wisnu yang matanya masih terpejam.

"Kalau Anda mabuk, kenapa harus merepotkan saya?" keluh gadis itu bersungut kesal.

Denting suara lift berbunyi. Ntah mereka saat ini berada di mana, Almira tidak tau. Yang ada dipikirannya hanya membantu pria ini menemukan kamarnya dan bisa segera pergi setelah ini. Perasaannya terlalu hancur beberapa jam yang lalu di Bar, harusnya saat ini dia mempertanyakan hubungannya dengan sang pacar dan bukan malah harus susah payah menjaga pria yang mabuk.

Setelah Wisnu sedikit tersadar, dia memandang gadis yang membantunya berjalan dengan tangan berpegangan tembok. Panas tubuh yang menderanya semakin kuat dan dirinya seperti dirasuki sosok yang membuatnya harus melepaskan sesak didalam tubuhnya.

“Rasanya aku hampir meledak. Astaga, apa ada yang salah dengan diriku?” keluhnya dengan suara bergumam, Almira hanya menoleh karena tidak jelas. Gadis itu menyangka Wisnu sedang mengigau.

Wisnu mengerjapkan matanya yang masih kabur. Menempelkan jemarinya di dinding, menyusuri koridor panjang dengan susah payah. Hingga jemarinya berhasil meraih hendle pintu yang tampak terdapat kunci dan membukanya cepat dengan menarik dirinya beserta gadis itu masuk ke dalam kamar.

“Ini bukan kamar yang Anda maksud,” ujar Almira melepaskan tangan Wisnu dan melangkah ingin keluar.

“Kau mau kemana?” Wisnu menarik kasar tangan gadis itu hingga gadis itu kembali membentur tubuhnya. Wisnu memeluknya dengan erat.

“Anda … Anda, mau apa?” tanya gadis itu dengan sinyal buruk mulai memperingatkan otaknya. “Lepaskan saya!”

Wisnu terdiam cukup lama, memandang kedua bola membulat yang menatapnya dengan rona kepolosan bercampur rasa takut.

“Lepaskan saya,” desis gadis itu meronta.

Dengan tidak melepaskan tatapan matanya, Wisnu merengkuh tubuh itu dan menyatukan bibir mereka dengan lembut.

“Hmmffhhh ….”

~Maafkan aku, jangan membenciku, karena ini bukan inginku.

Hatiku yang menuntunku menemukan cintamu.

Maafkan aku atas torehan luka ini, tapi sungguh aku juga sedih menghadapi semuanya.

(Wisnu)

~ Syala Yaya

Bersambung ...

Ikuti terus ya kisah Wisnu, siapkan hati anda dengan segala kemungkinan yang ada ^_^

Jejak like komen rate 5 juga vote ya buat Wisnu😍😍

With love ~ Syala Yaya🌹🌹

Terpopuler

Comments

Evania Hera

Evania Hera

ucapan adalah doa..bika ketemu LG akan mmbayar mahal

2021-07-06

0

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

wisnu di jebak itu di kasih obat perangsang ya
wah pasti teman nya itu Yang ngerjain
atqu Salah narok tadi pelayan Yang bawa minuman

2021-01-29

0

Eka Sulistiyowati

Eka Sulistiyowati

nyimak

2020-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Awal
2 Bab 2 Mengulang pertemuan
3 Bab 3 Membayar Mahal 19+
4 Bab 4 Melukai Diri
5 Bab 5 Sama-sama terluka
6 Bab 6 Mendapat Kunjungan
7 Bab 7 Mengatur Langkah
8 Bab 8 Pulang Kampung
9 Bab 9 Mencoba Memasuki Hidupmu
10 Bab 10 Ancaman berakhir Manis
11 Bab 11 Langit Pun Mendukung
12 Bab 12 Kebersamaan Keluarga
13 Bab 13 Berbeda Keyakinan
14 Bab 14 Menyelami hati
15 Bab 15 Jalan Menuju Terang
16 Bab 16 Langkah Awal menjadi Muslim
17 Bab 17 Menggoda Pak Bos
18 Bab 18 Wisnu Vs Arjuna
19 Bab 19 Ungkapan Simpati Tanpa Kata
20 Bab 20 Sudut Pandang Tidak Biasa
21 Bab 21 Menepati Janji
22 Bab 22 Kita Sah!
23 Bab 23 Disayang Mertua
24 Bab 24 Ucapanku adalah Do'aku
25 Bab 25 Mengatasi Trauma Bersama
26 Bab 26 Kekonyolan Di Pagi Hari
27 Bab 27 Pulang Ke Kota
28 Bab 28 Impian Disambut Istri Di Rumah
29 Bab 29 Menghadapimu Dengan Caraku
30 Bab 30 Indahnya Belajar Bersama
31 Bab 31 Menggodamu, Menggelitik Hatimu
32 Bab 32 Pertemuan Menguji Rasa
33 Bab 33 Kesempatan Indah
34 Bab 34 Bagaimana Perasaanmu?
35 Bab 35 Perseteruan Terbuka
36 Bab Menghempas Hatiku
37 Bab 37 Kenyataan Yang harus dihadapi
38 Bab 38 Jujur Saja
39 Bab 39 Kemarahan Wisnu
40 Bab 40 Membalasmu Dengan Caraku
41 Bab 41 Rasanya Diabaikan
42 Bab 42 Mengabaikan Rayuanku
43 Bab 43 Aku atau Kamu yang merayu?
44 Bab 44 Pagi Yang Nanggung!
45 Bab 45 Tamu Agung datang berkunjung
46 Bab 46 Dibalik sebuah kata
47 Bab 47 Kencan yang Aneh
48 Bab 48 Pertemuan tidak sengaja
49 Bab 49 Pilih Siapa?
50 Bab 50 Bolehkah Aku Mengenalmu Secara Utuh?
51 Bab 51 Cantikmu Hanya Untukku
52 Bab 52 Menguji Sabarku
53 Bab 53 Bercanda Sejenak
54 Bab 54 Ajakan Kencan
55 Bab 55 Bukan Istri Simpanan
56 Bab 56 Menatapmu lebih mendebarkan bagiku
57 Bab 57 Masih Melanjutkan Kencan
58 Bab 58. Aku Terlambat
59 Bab 59. Bingung Menyikapi
60 Bab 60. Alasan Kesedihan
61 Bab 61. Tamu Langganan
62 Bab 62 Kabar Bahagia
63 Bab 63 Kunjungan pertama
64 Bab 64 Mendengar Cerita Masa Lalumu
65 Bab 65 Makan Bakso
66 Bab 66 Berani Bersikap
67 Bab 67 Masalah Terurai
68 Bab 68 Mengurai Masalah
69 Bab 69 Mengakui Ketulusanmu
70 Bab 70 Saling Memahami, Saling menerima
71 Bab 71 Resepsi Pernikahan dan Ucapan Terimakasih
72 Bab 72 Extra Part Memperbaiki Hubungan Masa Lalu
73 Bab 73 Ektra Part Wisnu Almira
74 Bab 74 Extra Part Dhepe & Ihsan
75 Bab 75 Extra Part Wisnu & Almira
76 Bab 76 Extra Part Wisnu&Almira (menceritakan kisah klasik)
77 Bab 77 Extra Part Wisnu & Almira (Jejak Masa Lalu)
78 Bab 78 Radius Satu Meter
79 Bab 79 Makna Dari Kata Bagus
80 Bab 80 Penyesalan
81 Bab 81 Ciihh Mantan! (Aku Sudah Bahagia)
82 Bab 82 Aku Bahagia
83 Bab 83. Extra Part (Somplak berkumpul)
84 Bab 84 Extra Part Somplak Berkumpul bag. 2
85 Bab 85 Extra Part Lanjutan
86 Bab 86. Extra Part Lanjutan
87 Bab 87. Extra Part (Spesial Yashna & Alan)
88 Bab 88 (Spesial part duo Couples)
89 Bab 89 Menjemput Mantan Rival
90 Bab 90 Gendhutku, Sayangku.
91 Bab 91 Cinta yang Sederhana
92 Bab 92 Bukan Membalas, Hanya Meniru
93 Bab 93 Cinta dan Kecemburuannya
94 Bab 94 Solusi Cantik Dari Almira
95 Bab 95 Pertemuan Bagian Dari Jodoh
96 Bab 96 Cinta dan Kekhawatiran (Wisnu&Almira)
97 Bab 97 Rinai Hujan
98 Bab 98 Kelahiran Buah Hati
99 Bab 99. Good Job, Ayah!
100 Bab 100 Kegundahan Hati Yashna
101 Bab 101. Memahamimu
102 Bab 102 Persaingan Terbuka
103 Bab 103 Riak Rasa
104 Bab 104 Mengolah Rasa
105 Bab 105 Hadapi Dengan Santai (K&Y)
106 Bab 106. Menyamakan Cara Pandang
107 Bab 107. Bersandarlah Pada Tuhan
108 Bab 108 Kerinduan
109 Bab 109 Memainkan Hati
110 Bab 110 Terbawa Suasana
111 Bab 111 Ide Gila Paman
112 Bab 112 Campur Tangan Malaikat?
113 Bab 113 Mengusik Hati Yashna
114 Bab 114 Bagaimana Menurutmu?
115 Bab 115 Serangan Indah Julia
116 Bab 116 Fitting Baju Pengantin
117 Bab 117 Pesan Tuan Putri
118 Bab 118 Menghabiskan Waktu Denganmu
119 Bab 119 Kuukir Sejarah
120 Bab 120 Nostalgia
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Awal
2
Bab 2 Mengulang pertemuan
3
Bab 3 Membayar Mahal 19+
4
Bab 4 Melukai Diri
5
Bab 5 Sama-sama terluka
6
Bab 6 Mendapat Kunjungan
7
Bab 7 Mengatur Langkah
8
Bab 8 Pulang Kampung
9
Bab 9 Mencoba Memasuki Hidupmu
10
Bab 10 Ancaman berakhir Manis
11
Bab 11 Langit Pun Mendukung
12
Bab 12 Kebersamaan Keluarga
13
Bab 13 Berbeda Keyakinan
14
Bab 14 Menyelami hati
15
Bab 15 Jalan Menuju Terang
16
Bab 16 Langkah Awal menjadi Muslim
17
Bab 17 Menggoda Pak Bos
18
Bab 18 Wisnu Vs Arjuna
19
Bab 19 Ungkapan Simpati Tanpa Kata
20
Bab 20 Sudut Pandang Tidak Biasa
21
Bab 21 Menepati Janji
22
Bab 22 Kita Sah!
23
Bab 23 Disayang Mertua
24
Bab 24 Ucapanku adalah Do'aku
25
Bab 25 Mengatasi Trauma Bersama
26
Bab 26 Kekonyolan Di Pagi Hari
27
Bab 27 Pulang Ke Kota
28
Bab 28 Impian Disambut Istri Di Rumah
29
Bab 29 Menghadapimu Dengan Caraku
30
Bab 30 Indahnya Belajar Bersama
31
Bab 31 Menggodamu, Menggelitik Hatimu
32
Bab 32 Pertemuan Menguji Rasa
33
Bab 33 Kesempatan Indah
34
Bab 34 Bagaimana Perasaanmu?
35
Bab 35 Perseteruan Terbuka
36
Bab Menghempas Hatiku
37
Bab 37 Kenyataan Yang harus dihadapi
38
Bab 38 Jujur Saja
39
Bab 39 Kemarahan Wisnu
40
Bab 40 Membalasmu Dengan Caraku
41
Bab 41 Rasanya Diabaikan
42
Bab 42 Mengabaikan Rayuanku
43
Bab 43 Aku atau Kamu yang merayu?
44
Bab 44 Pagi Yang Nanggung!
45
Bab 45 Tamu Agung datang berkunjung
46
Bab 46 Dibalik sebuah kata
47
Bab 47 Kencan yang Aneh
48
Bab 48 Pertemuan tidak sengaja
49
Bab 49 Pilih Siapa?
50
Bab 50 Bolehkah Aku Mengenalmu Secara Utuh?
51
Bab 51 Cantikmu Hanya Untukku
52
Bab 52 Menguji Sabarku
53
Bab 53 Bercanda Sejenak
54
Bab 54 Ajakan Kencan
55
Bab 55 Bukan Istri Simpanan
56
Bab 56 Menatapmu lebih mendebarkan bagiku
57
Bab 57 Masih Melanjutkan Kencan
58
Bab 58. Aku Terlambat
59
Bab 59. Bingung Menyikapi
60
Bab 60. Alasan Kesedihan
61
Bab 61. Tamu Langganan
62
Bab 62 Kabar Bahagia
63
Bab 63 Kunjungan pertama
64
Bab 64 Mendengar Cerita Masa Lalumu
65
Bab 65 Makan Bakso
66
Bab 66 Berani Bersikap
67
Bab 67 Masalah Terurai
68
Bab 68 Mengurai Masalah
69
Bab 69 Mengakui Ketulusanmu
70
Bab 70 Saling Memahami, Saling menerima
71
Bab 71 Resepsi Pernikahan dan Ucapan Terimakasih
72
Bab 72 Extra Part Memperbaiki Hubungan Masa Lalu
73
Bab 73 Ektra Part Wisnu Almira
74
Bab 74 Extra Part Dhepe & Ihsan
75
Bab 75 Extra Part Wisnu & Almira
76
Bab 76 Extra Part Wisnu&Almira (menceritakan kisah klasik)
77
Bab 77 Extra Part Wisnu & Almira (Jejak Masa Lalu)
78
Bab 78 Radius Satu Meter
79
Bab 79 Makna Dari Kata Bagus
80
Bab 80 Penyesalan
81
Bab 81 Ciihh Mantan! (Aku Sudah Bahagia)
82
Bab 82 Aku Bahagia
83
Bab 83. Extra Part (Somplak berkumpul)
84
Bab 84 Extra Part Somplak Berkumpul bag. 2
85
Bab 85 Extra Part Lanjutan
86
Bab 86. Extra Part Lanjutan
87
Bab 87. Extra Part (Spesial Yashna & Alan)
88
Bab 88 (Spesial part duo Couples)
89
Bab 89 Menjemput Mantan Rival
90
Bab 90 Gendhutku, Sayangku.
91
Bab 91 Cinta yang Sederhana
92
Bab 92 Bukan Membalas, Hanya Meniru
93
Bab 93 Cinta dan Kecemburuannya
94
Bab 94 Solusi Cantik Dari Almira
95
Bab 95 Pertemuan Bagian Dari Jodoh
96
Bab 96 Cinta dan Kekhawatiran (Wisnu&Almira)
97
Bab 97 Rinai Hujan
98
Bab 98 Kelahiran Buah Hati
99
Bab 99. Good Job, Ayah!
100
Bab 100 Kegundahan Hati Yashna
101
Bab 101. Memahamimu
102
Bab 102 Persaingan Terbuka
103
Bab 103 Riak Rasa
104
Bab 104 Mengolah Rasa
105
Bab 105 Hadapi Dengan Santai (K&Y)
106
Bab 106. Menyamakan Cara Pandang
107
Bab 107. Bersandarlah Pada Tuhan
108
Bab 108 Kerinduan
109
Bab 109 Memainkan Hati
110
Bab 110 Terbawa Suasana
111
Bab 111 Ide Gila Paman
112
Bab 112 Campur Tangan Malaikat?
113
Bab 113 Mengusik Hati Yashna
114
Bab 114 Bagaimana Menurutmu?
115
Bab 115 Serangan Indah Julia
116
Bab 116 Fitting Baju Pengantin
117
Bab 117 Pesan Tuan Putri
118
Bab 118 Menghabiskan Waktu Denganmu
119
Bab 119 Kuukir Sejarah
120
Bab 120 Nostalgia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!