Kemarahan Rasya.

"Kamu kenapa sih???." meski tidak dapat melihat raut wajah Thalia, namun Riri bisa menebak dari suaranya, jika saat ini sahabatnya itu pasti sedang kesal.

"Tidak ada apa-apa." dusta Thalia. akan tetapi Riri tidak percaya begitu saja dengan pengakuan Sahabatnya itu.

"Kau tidak berbakat dalam berbohong Thalia, jadi sebaiknya kau jujur saja padaku!!!." masih terdengar suara Riri dari seberang telepon.

Pada akhirnya Thalia menyerah dan menceritakan tentang keberadaan Rasya di kosan nya.

"Bagaimana pun kalian masih suami istri yang sah dan sebagai suami sekaligus ayah dari baby Faras, pak Rasya berhak berada di sisi kalian, Thalia!!!." bukannya ingin menggurui sahabatnya itu, apalagi sampai mau ikut campur dalam urusan tangga mereka, Namun Riri merasa perlu mengingatkan Thalia dalam hal ini.

Setelah mengobrol dengan Riri melalui sambungan telepon, Thalia lantas kembali ke kamar. Dari ambang pintu Thalia menyaksikan Rasya dengan telaten mengganti popok baby Faras.

"Biar aku saja, mas." bukannya meragukan kemampuan Rasya dalam mengurus putra mereka, akan tetapi Thalia merasa hal itu adalah tugasnya.

"Kamu istirahat saja, biar mas yang melakukannya!!!." nada bicara Rasya terdengar begitu lembut.

Thalia tak merespon, ia duduk di tepi tempat tidur sembari memandang wajah teduh putranya. Sesekali ia melirik pada Rasya yang tengah sibuk dengan kegiatannya.

"Done." gumam Rasya setelah menyelesaikan kerjaannya mengganti popok baby Faras.

"Kamu mau ngapain, mas???." Thalia terkesiap kala menyaksikan Rasya melepas kemejanya hingga menyisakan singlet putih menutupi da_da bidangnya. Sebenarnya suhu ruangan cukup sejuk dan nyaman, hanya saja Rasya yang terbiasa tidur bertelan*jang dada memilih melepas kemejanya. Namun begitu, kali ini Rasya masih menyisakan singlet untuk membalut tubuh bagian atasnya.

"Maaf...tapi mas tidak terbiasa tidur pakai kemeja, sayang." jujur Rasya.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, mas!!! Aku geli dengarnya." ketus Thalia seraya melangkah ke arah lemari untuk mengambil selimut yang akan digunakan Rasya.

"Terima kasih say_ maksudnya mama-nya Faras." menyadari lirikan tajam Thalia, Rasya pun segera meralat ucapannya. Ia pun menggelar selimut tebal di lantai kemudian mulai merebahkan tubuhnya di sana.

"Ini bantalnya." Thalia menyerahkan sebuah bantal kepada Rasya.

"Terima kasih." kata Rasya dengan seulas senyum manis di bibirnya. Meskipun ini kali pertama ia tidur di ubin yang dingin, Rasya tetap merasa bersyukur bisa berada dekat bersama anak dan istrinya.

Sementara Thalia, wanita itu sengaja meminta Rasya tidur di ubin agar pria itu merasa tidak nyaman hingga menyerah dan memilih pergi, akan tetapi semua itu tidak terjadi karena ayah dari putranya tersebut justru menunjukkan seakan dirinya nyaman-nyaman saja.

Pagi harinya.

Ketika membuka mata Thalia memandang ke bawah, di mana semalam sang suami melewati malamnya, dan tempat itu sudah kosong, selimut yang digunakan Rasya semalam pun tak lagi terlihat di sana. Ia bernapas lega, sepertinya Rasya memang menyerah dan kini telah pergi meninggalkan kosannya, begitu pikir Thalia.

Melihat baby Faras belum terbangun dari tidurnya, Thalia menggunakan kesempatan itu untuk menyiapkan sarapan pagi mengingat ia harus menyusui putranya. Ketika tiba di dapur, Thalia melihat sarapan telah tersedia di atas meja. berbagai macam menu makanan kini telah tersaji di atas meja.

Thalia salfok pada kertas di atas tudung saji. "Mas berangkat kerja dulu....jangan lupa sarapan sayang. eeeeehhhh....maksud mas, mamah-nya Faras." tanpa sadar Thalia mengulum senyum ketika membaca pesan yang di tinggalkan sang suami di sebuah kertas.

           -------------------------

Malam harinya.

"Sampai kapan sih, gue harus ngasi makanan gratis buat nyamuk-nyamuk di sini...." kesal Okta yang sudah hampir dua jam mengamati area Kosan. Bagaimana tidak, sudah hampir dua jam ia bertahan di posisinya namun belum ada juga pergerakan berarti di area kosan tersebut, lebih tepatnya seseorang yang di nantikan tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. "Jangan-jangan wanita itu nggak tinggal di sini lagi??? Apa mungkin om Arfan mendapatkan informasi yang salah ya???." sibuk dengan pemikirannya sendiri, sampai Okta tidak menyadari keberadaan sebuah mobil yang berhenti tak jauh dari posisinya saat ini.

"Bug." Okta di sadarkan oleh bogem mentah yang mendarat cantik di wajahnya. Bukan hanya sekali namun Rasya melakukannya hingga berkali-kali saking emosinya. motor gede yang digunakan pria itu sudah cukup meyakinkan Rasya jika pria yang kembali mengamati area kosan tersebut adalah pria yang semalam.

Tidak ingin membuat keributan di sana, Rasya pun mengiring pria itu masuk ke dalam mobilnya, lalu meminta Asisten Fadi untuk segera berlalu meninggalkan tempat itu.

Rasya menatap intens wajah pria itu. Ia merasa mengenal pria itu, tapi dimana?? Rasya berusaha untuk mengingatnya, namun sampai beberapa saat berlalu, Rasya tetap tidak berhasil mengingat sosok pria itu.

"Siapa kau sebenarnya??? apa maksud dan tujuan mu mengintai tempat tinggal istriku...???." meskipun merasa sangat geram, Rasya masih berusaha menguasai diri. Jika ingin menuruti keinginan hati, ingin rasanya ia menghajar pria itu hingga babak belur bahkan sampai koit sekalian, namun hal itu tidak sampai dilakukan Rasya mengingat ia harus mencari tahu siapa sebenarnya dalang di balik tindakan pria asing tersebut.

Lima menit, sepuluh menit, hingga tiga puluh menit berlalu, namun pria itu tak kunjung buka mulut sehingga membuat Rasya kehabisan stok kesabaran.

"Baiklah... karena kau telah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kuberikan, maka jangan salahkan aku jika tega melakukan sesuatu padamu!!!." kalimat terakhir yang diucapkan Rasya sebelum memberi perintah pada asisten Fadi untuk membawa mereka ke suatu tempat.

Rasya mendorong pria itu dari mobilnya, kemudian di sambut oleh beberapa pria bertubuh besar setelah mereka telah tiba di tujuan.

"Apa kau sudah tidak waras hah????." kesal pria yang tak lain adalah Okta tersebut, kala tubuhnya di seret paksa oleh anak buah Rasya.

Rasya mentulikan telinganya. "Bawa dia ke dalam!!!." titah Rasya dengan raut wajah yang berubah menakutkan di mata Okta.

"Aduh... bagaimana ini??? Apa sebaiknya aku mengaku saja ???? Tapi bagaimana kalau Om Arfan marah padaku??? Tapi kalau aku tidak mengaku, bisa jadi aku yang lenyap di tangan si Rasya sial_an ini." Batik Okta bertarung. Ia bingung dalam mengambil keputusan.

"Bisa pelan-pelan nggak sih???." kesal Okta, kala Ia di seret masuk ke dalam sebuah rumah mewah berlantai tiga itu. Kalau bukan karena mengingat yang ada di balik sem_pak nya burung perkutut bukannya lembah, mungkin Okta sudah meraung saking takutnya kehilangan nyawanya.

Sesampainya di dalam rumah mewah tersebut, Rasya kembali menatap tajam pada Okta. Sesaat kemudian Ia beralih pada bodyguardnya.

"Kurung dia di ruang bawah Tanah!! Jangan melepaskannya sampai dia bersedia buka mulut!!!."

"Baik, tuan."

Jantung Okta berdetak semakin tak beraturan. Akankah hidupnya berakhir dengan cara yang sangat menyedihkan seperti ini???

Tanpa peduli dengan wajah memelas Okta, Rasya mengayunkan langkah.

"Tunggu...!!!." seruan Okta berhasil menghentikan langkah Rasya.

"Jangan membuang waktuku untuk hal yang bisa membuatku semakin murka padamu!!." tanpa menoleh Rasya berujar.

Jika ditanya mengapa Rasya begitu yakin jika pria itu menjadikan istrinya sebagai targetnya??? jawabannya adalah karena Rasya sempat melihat foto istrinya di layar ponsel pria asing itu sebelum tadi ia melayangkan bogem mentah pada pria itu.

"Jujur, aku tidak mengenal wanita bernama Thalia itu, dan aku juga tidak memiliki niat buruk padanya. Aku hanya diminta oleh pamanku untuk memastikan apakah benar wanita itu tinggal di kosan itu."

Pengakuan Okta berhasil membuat Rasya membalikkan badan ke arah pria itu.

"Mau anda percaya atau tidak, yang jelas itulah kenyataannya." sambung Okta.

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

nah jujur lebih baik dari pada mati sia sia Okta ya ga si hee nyawa hanya satu demi misinya Pm nya hampir lenyap alias punah 🤭jangan sampai Rasya sudah tahap TREMOSI jiwa,,,sudah berprasangka buruk to,,,di kost Sam sang istri di cuek bebek wekkkk tidur di lantai dingin pun di lakoni demi yayang yang sudah di sakiti karena salah paham 😮🤫

2025-03-12

2

Nailott

Nailott

ayo okta,jelaskan pada rasya ,apa tujuanmu

2025-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 Mengetahui kebenaran.
2 Kembali Bertemu.
3 Ketakutan Thalia.
4 Mirip Dengan ayahnya.
5 Berbagai macam cacian dan hinaan.
6 Mengetahui kebenaran.
7 Akal-akalan Rasya.
8 Pendarahan.
9 Koma.
10 Ungkapan Riri.
11 Siuman.
12 Sarfaras Wisatara.
13 Kebenaran tentang Rasya.
14 Keputusan Thalia.
15 Putriku Yang hilang.
16 Sandiwara ibu angkat Thalia.
17 Kemarahan Rasya.
18 Terpaksa berdusta (Dokter Arfan).
19 Pindah.
20 Pemandangan Indah.
21 Ungkapan perasaan.
22 Kangen.
23 Pertemuan Tak disengaja.
24 Pengakuan dokter Arfan.
25 Gadis di masa Lalu Rasya.
26 Perasaan Thalia.
27 Kebesaran Hati Thalia.
28 Kedatangan Ibu.
29 Keisengan yang Salah Sasaran.
30 Petaka membawa hikmah.
31 Putriku.
32 Menjadi Tersangka.
33 Saat kebenaran terkuak.
34 Gelombang Kehidupan.
35 Ancaman papa Haris.
36 Ide Gila Riri.
37 Menghadiri resepsi pernikahan mantan.
38 Pertemuan Keluarga.
39 Menikahlah denganku!!!."
40 Okta Pradika.
41 Pernikahan Okta dan Riri.
42 Perubahan sikap Okta.
43 Pria breng-sek.
44 Warung Mang Seno.
45 Ternyata Istri Orang.
46 Perhatian Kecil.
47 Kedatangan Ibu mertua.
48 Berbunga-bunga.
49 Insting.
50 Office Boy.
51 Jealous????
52 Jatuh Pingsan.
53 Pengakuan mengejutkan dari Riri.
54 Bukti yang kuat.
55 Menyambut kedatangan pewaris tunggal.
56 Mengungkapkan Jati diri Yang sebenarnya.
57 Ungkapan hati Okta.
58 Kesalahpahaman Riri.
59 Kehamilan Riri.
60 Terkejut.
61 Sekretaris baru.
62 Kecurigaan Thalia.
63 Salah Memilih Lawan.
64 Termakan Jebakan licik.
65 Terbongkarnya kelicikan Siska.
66 Tegas.
67 Sesal pun tak berguna.
68 Kembali mendapat penolakan.
69 Kembali ke rumah orang tua.
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Mengetahui kebenaran.
2
Kembali Bertemu.
3
Ketakutan Thalia.
4
Mirip Dengan ayahnya.
5
Berbagai macam cacian dan hinaan.
6
Mengetahui kebenaran.
7
Akal-akalan Rasya.
8
Pendarahan.
9
Koma.
10
Ungkapan Riri.
11
Siuman.
12
Sarfaras Wisatara.
13
Kebenaran tentang Rasya.
14
Keputusan Thalia.
15
Putriku Yang hilang.
16
Sandiwara ibu angkat Thalia.
17
Kemarahan Rasya.
18
Terpaksa berdusta (Dokter Arfan).
19
Pindah.
20
Pemandangan Indah.
21
Ungkapan perasaan.
22
Kangen.
23
Pertemuan Tak disengaja.
24
Pengakuan dokter Arfan.
25
Gadis di masa Lalu Rasya.
26
Perasaan Thalia.
27
Kebesaran Hati Thalia.
28
Kedatangan Ibu.
29
Keisengan yang Salah Sasaran.
30
Petaka membawa hikmah.
31
Putriku.
32
Menjadi Tersangka.
33
Saat kebenaran terkuak.
34
Gelombang Kehidupan.
35
Ancaman papa Haris.
36
Ide Gila Riri.
37
Menghadiri resepsi pernikahan mantan.
38
Pertemuan Keluarga.
39
Menikahlah denganku!!!."
40
Okta Pradika.
41
Pernikahan Okta dan Riri.
42
Perubahan sikap Okta.
43
Pria breng-sek.
44
Warung Mang Seno.
45
Ternyata Istri Orang.
46
Perhatian Kecil.
47
Kedatangan Ibu mertua.
48
Berbunga-bunga.
49
Insting.
50
Office Boy.
51
Jealous????
52
Jatuh Pingsan.
53
Pengakuan mengejutkan dari Riri.
54
Bukti yang kuat.
55
Menyambut kedatangan pewaris tunggal.
56
Mengungkapkan Jati diri Yang sebenarnya.
57
Ungkapan hati Okta.
58
Kesalahpahaman Riri.
59
Kehamilan Riri.
60
Terkejut.
61
Sekretaris baru.
62
Kecurigaan Thalia.
63
Salah Memilih Lawan.
64
Termakan Jebakan licik.
65
Terbongkarnya kelicikan Siska.
66
Tegas.
67
Sesal pun tak berguna.
68
Kembali mendapat penolakan.
69
Kembali ke rumah orang tua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!