Akal-akalan Rasya.

Thalia mengeryit bingung, seakan tak percaya jika asisten Fadi sampai melakukan tindakan ceroboh seperti itu.

"Kenapa anda tidak coba menghubungi asisten Fadi, pak???." pertanyaan tersebut sudah diwanti-wanti oleh Rasya sebelumnya, hingga pria itu dengan sigap menjawab jika saat ini ponselnya ketinggalan di mobil.

Jawaban Rasya mampu membuat Thalia kebingungan dalam bersikap. Mengusir pria yang merupakan bos ditempatnya bekerja tersebut sangatlah tidak sopan menurutnya, tetapi mempersilahkannya masuk pun tidak mungkin.

"Boleh saya numpang ke toilet???." Seakan paham dengan isi kepala Thalia saat ini, Rasya pun beralasan ingin ke toilet.

Setelah berpikir sejenak, Thalia pun terpaksa mempersilahkan Rasya masuk ke dalam.

Entah apa yang dilakukan Rasya di dalam kamar mandi hingga tiga puluh menit berselang pria itu tak kunjung keluar dari sana. Thalia yang sebenarnya sudah mengantuk sedari tadi, nampak menguap beberapa kali. entah karena matanya yang sudah terlalu berat atau memang karena usia kandungannya yang sudah semakin membesar, Thalia pun tak sanggup membendung kantuknya sehingga wanita itu pun tertidur dengan posisi duduk bersandar di sofa.

Seperti bisa membaca situasi yang ada, tak berselang lama setelah Thalia ketiduran di sofa, Rasya pun keluar dari kamar mandi. pria itu melangkah pelan menghampiri sofa, mengambil posisi duduk tepat di samping Thalia. cukup lama Rasya menatap perut buncit Thalia, sebelum sesaat kemudian mengulurkan tangan mengusap lembut perut sang istri.

Rasya terpaku, lidahnya seakan keluh ketika telapak tangannya menyentuh perut sang istri, terlebih secara bersamaan bayi di dalam perut Thalia melakukan pergerakan, seolah ingin merespon sentuhan ayahnya.

"Ini papa, sayang....maafkan papa karena terlambat mengetahui keberadaan kamu di perut mama." Kedua bola mata Rasya mulai berembun.

"Apapun yang pernah terjadi diantara mama dan papa, percayalah papa sangat bahagia mengetahui keberadaan mu, nak." kecupan lembut didaratkan Rasya pada permukaan perut Thalia yang dilapisi dress rumahan tersebut. nampaknya tidur Thalia begitu lelap sehingga wanita itu tak menyadari ketika Rasya mengecup lembut perut buncitnya. Hingga Rasya mengecup keningnya pun, Thalia tidak menyadarinya.

Beberapa saat kemudian, Thalia terjaga. Memandang pada Rasya yang kini duduk di kursi, berhadapan dengannya.

"Maaf pak, tadi saya ketiduran." Thalia merasa tidak enak hati.

"Seharusnya saya yang minta maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat kamu. Kalau begitu saya pamit. Fadi sudah menunggu di depan."

Thalia mengangguk. Thalia mengantarkan Rasya hingga ke depan. Thalia sudah tidak se-khawatir sebelumnya, sebab ia berpikir jika Rasya percaya pada ucapannya. bahwa bayi yang anda di dalam kandungannya masih berusia tujuh bulan, dan itu artinya bayi yang ada di dalam kandungannya saat ini bukan milik suaminya itu.

*

Keesokan paginya.

Thalia sudah bersiap untuk berangkat kerja. Hari ini usia kandungannya telah genap berusia tiga puluh enam Minggu dan rencananya Thalia ingin mengambil cuti, tetapi ia sendiri masih bingung harus memberikan alasan seperti apa pada pimpinan, mengingat sepengetahuan Rasya usia kandungannya masih tujuh bulan, itu artinya masih sebulan lagi baru diperbolehkan untuk mengambil cuti hamil.

Tidak ingin kepalanya semakin berdenyut memikirkan alasan yang tepat, Thalia memutuskan untuk segera bertolak menuju perusahaan, untuk alasan cutinya nanti, ia akan meminta saran dari Riri, begitu pikir Thalia.

Setibanya di kantor, bukannya bersemangat untuk bekerja, Thalia justru merasakan kantuk yang tidak tertahankan. Mungkin karena usia kandungannya yang semakin membesar sehingga membuatnya mudah lelah dan mudah dilanda kantuk.

"Ada apa denganku, kenapa mata ku berat sekali begini sih???." Thalia bergumam lirih di depan layar laptopnya. Menguap berkali-kali tidak dapat dihindarkan oleh Thalia.

"Permisi, Nona Thalia." Salah satu pegawai yang berada satu divisi dengannya menghampiri meja kerja Thalia.

"Iya."

"Pak Rasya meminta anda ke ruangannya sekarang!!."

Thalia berpikir, ada keperluan apa sampai Rasya memanggil dirinya.

"Nona Thalia." seruan rekan kerjanya tersebut sekaligus menarik kesadaran Thalia dari lamunannya.

"Baik, saya akan segera ke sana, mbak." Tidak ingin memancing kemarahan Rasya akibat terlalu lama menunggu, Thalia pun segera ke ruangan pimpinan.

Setelah mengetuk pintu terlebih dahulu, Thalia pun memutar handle pintu. "Maaf, apa anda memanggil saya, pak???."

"Masuk!!!." ujar Rasya seraya menutup kembali berkas dihadapannya. sementara Thalia kembali melanjutkan langkahnya, berhenti tepat didepan meja kerja Rasya.

Thalia dibuat bingung saat Rasya justru mengajak asisten Fadi menuju ruang meeting setelah kedatangannya.

"Tetap di ruangan ini sampai saya kembali!!!." Rasya menunjuk ke arah sofa dengan dagunya, seakan meminta Thalia menunggunya di sana.

"Baik, pak." mulut Thalia patuh, namun hatinya merasa dongkol. Bagaimana tidak, dia diminta menunggu hingga meeting selesai, apa hal itu tidak menyebalkan.

Sepeninggalan Rasya, Thalia beranjak menuju sofa, mendaratkan bobotnya dengan nyaman di sana. Sofa yang terasa begitu empuk dan nyaman membuat Thalia dengan sendirinya merendahkan tubuhnya. "Ah...nyaman sekali...." gumamnya.

Dua jam kemudian.

Rasya kembali dari ruang meeting, dan pemandangan pertama yang menyambut kedatangan pria itu adalah wajah teduh istrinya yang sedang tertidur pulas.

"Apa anda_." asisten Fadi tak menuntaskan kalimatnya saat Rasya memberi isyarat padanya untuk tak bersuara. nampaknya pria itu tidak ingin sampai tidur istrinya terganggu.

Paham dengan isyarat dari tuannya itu, asisten Fadi pun segera keluar.

Rasya melipat lutut dihadapan Thalia, menyibak pelan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. "Maaf jika anak kita terlalu banyak merepotkan kamu, sayang." bergumam lirih didepan wajah Thalia.

Ternyata tanpa disadari oleh Thalia, Rasya sengaja meminta menunggu di ruangannya agar wanita itu bisa mengistirahatkan tubuhnya tanpa harus merasa tidak enak pada atasannya ataupun rekan kerjanya yang lain.

Entah sudah berapa lama Thalia tertidur, yang jelas wanita itu baru terjaga saat waktu makan siang tiba.

Kedua bola mata Thalia terbelalak di saat menyadari bahwa dirinya ketiduran di ruangan Rasya.

Astaga.... bagaimana aku bisa sampai ketiduran begini????." Thalia.

"Maaf, pak....sepertinya tadi saya ketiduran." Thalia jadi gelagapan sendiri. buru-buru merubah posisinya, duduk menghadap ke arah Rasya yang sedang sibuk menatap layar laptopnya.

"Tidak masalah, jika masih mengantuk kau boleh kembali melanjutkan tidurmu!!!." balas Rasya bersungguh-sungguh, namun justru ditanggapi berbeda oleh Thalia, wanita itu berpikir jika Rasya sedang marah padanya hingga mengeluarkan kalimat sarkas seperti itu.

"Maafkan saya, pak." Thalia berdiri dari duduknya kemudian dengan susah payah membungkukan badan sebagai permintaan maafnya, dan hal itu sontak saja membuat Rasya bangkit dari kursinya. "Hei...apa yang kau lakukan, Thalia, apa kau ingin menyiksa bayimu dengan gerakan kamu itu???."

Thalia mengeryit, pertanda bingung di saat Rasya terlihat begitu mengkhawatirkan kondisi anak dalam kandungannya, sementara kemarin dirinya secara tidak langsung telah menyampaikan bahwa bayi itu bukanlah milik pria itu.

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

jadi bingung Thania ternyata ibu mertuamu menyadarkan suami mu yang sudah menghina dan pernah mengusir mu di tengah malam,,,dan sekarang baru menyadari nya bahwa semua bukan salahmu dan anak dalm kandungan mu pun Rasya sudah mengetahui nya,,,

2025-03-09

2

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Aku paling BENCI karakter di mana2 novel yg kayak gini,Udah ngehina-hina,ngebentak,di abaikan, hujung2 keluarlah DRAMA PENYESALAN DAN MINTAK MAAF..Yang si wanitanya dengan gampang memaafkan,Dengan Alasan Anak...🙄🙄🤦🤦

2025-03-16

3

nikatha

nikatha

agak terganggu sm tanda seru jg tanda tanya kebanyakan kyknya deh tor kesannya ngomongnya kenceng bgt y tanda serunya berbaris gitu 🙏

2025-04-05

0

lihat semua
Episodes
1 Mengetahui kebenaran.
2 Kembali Bertemu.
3 Ketakutan Thalia.
4 Mirip Dengan ayahnya.
5 Berbagai macam cacian dan hinaan.
6 Mengetahui kebenaran.
7 Akal-akalan Rasya.
8 Pendarahan.
9 Koma.
10 Ungkapan Riri.
11 Siuman.
12 Sarfaras Wisatara.
13 Kebenaran tentang Rasya.
14 Keputusan Thalia.
15 Putriku Yang hilang.
16 Sandiwara ibu angkat Thalia.
17 Kemarahan Rasya.
18 Terpaksa berdusta (Dokter Arfan).
19 Pindah.
20 Pemandangan Indah.
21 Ungkapan perasaan.
22 Kangen.
23 Pertemuan Tak disengaja.
24 Pengakuan dokter Arfan.
25 Gadis di masa Lalu Rasya.
26 Perasaan Thalia.
27 Kebesaran Hati Thalia.
28 Kedatangan Ibu.
29 Keisengan yang Salah Sasaran.
30 Petaka membawa hikmah.
31 Putriku.
32 Menjadi Tersangka.
33 Saat kebenaran terkuak.
34 Gelombang Kehidupan.
35 Ancaman papa Haris.
36 Ide Gila Riri.
37 Menghadiri resepsi pernikahan mantan.
38 Pertemuan Keluarga.
39 Menikahlah denganku!!!."
40 Okta Pradika.
41 Pernikahan Okta dan Riri.
42 Perubahan sikap Okta.
43 Pria breng-sek.
44 Warung Mang Seno.
45 Ternyata Istri Orang.
46 Perhatian Kecil.
47 Kedatangan Ibu mertua.
48 Berbunga-bunga.
49 Insting.
50 Office Boy.
51 Jealous????
52 Jatuh Pingsan.
53 Pengakuan mengejutkan dari Riri.
54 Bukti yang kuat.
55 Menyambut kedatangan pewaris tunggal.
56 Mengungkapkan Jati diri Yang sebenarnya.
57 Ungkapan hati Okta.
58 Kesalahpahaman Riri.
59 Kehamilan Riri.
60 Terkejut.
61 Sekretaris baru.
62 Kecurigaan Thalia.
63 Salah Memilih Lawan.
64 Termakan Jebakan licik.
65 Terbongkarnya kelicikan Siska.
66 Tegas.
67 Sesal pun tak berguna.
68 Kembali mendapat penolakan.
69 Kembali ke rumah orang tua.
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Mengetahui kebenaran.
2
Kembali Bertemu.
3
Ketakutan Thalia.
4
Mirip Dengan ayahnya.
5
Berbagai macam cacian dan hinaan.
6
Mengetahui kebenaran.
7
Akal-akalan Rasya.
8
Pendarahan.
9
Koma.
10
Ungkapan Riri.
11
Siuman.
12
Sarfaras Wisatara.
13
Kebenaran tentang Rasya.
14
Keputusan Thalia.
15
Putriku Yang hilang.
16
Sandiwara ibu angkat Thalia.
17
Kemarahan Rasya.
18
Terpaksa berdusta (Dokter Arfan).
19
Pindah.
20
Pemandangan Indah.
21
Ungkapan perasaan.
22
Kangen.
23
Pertemuan Tak disengaja.
24
Pengakuan dokter Arfan.
25
Gadis di masa Lalu Rasya.
26
Perasaan Thalia.
27
Kebesaran Hati Thalia.
28
Kedatangan Ibu.
29
Keisengan yang Salah Sasaran.
30
Petaka membawa hikmah.
31
Putriku.
32
Menjadi Tersangka.
33
Saat kebenaran terkuak.
34
Gelombang Kehidupan.
35
Ancaman papa Haris.
36
Ide Gila Riri.
37
Menghadiri resepsi pernikahan mantan.
38
Pertemuan Keluarga.
39
Menikahlah denganku!!!."
40
Okta Pradika.
41
Pernikahan Okta dan Riri.
42
Perubahan sikap Okta.
43
Pria breng-sek.
44
Warung Mang Seno.
45
Ternyata Istri Orang.
46
Perhatian Kecil.
47
Kedatangan Ibu mertua.
48
Berbunga-bunga.
49
Insting.
50
Office Boy.
51
Jealous????
52
Jatuh Pingsan.
53
Pengakuan mengejutkan dari Riri.
54
Bukti yang kuat.
55
Menyambut kedatangan pewaris tunggal.
56
Mengungkapkan Jati diri Yang sebenarnya.
57
Ungkapan hati Okta.
58
Kesalahpahaman Riri.
59
Kehamilan Riri.
60
Terkejut.
61
Sekretaris baru.
62
Kecurigaan Thalia.
63
Salah Memilih Lawan.
64
Termakan Jebakan licik.
65
Terbongkarnya kelicikan Siska.
66
Tegas.
67
Sesal pun tak berguna.
68
Kembali mendapat penolakan.
69
Kembali ke rumah orang tua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!