20

Aku tidak ingin membatasi ruang gerakku lagi. Aku berteman dengan siapa pun yang mau dekat denganku. Hanya saja satu usaha yang agak berat aku lakukan, yakni menahan diri agar tidak mudah terbawa perasaan. Tetap fokus pada tujuanku, yakni mencari uang. Aku masih belum siap jika harus melibatkan perasaan lagi, lain cerita jika lelaki itu mau mengajakku menikah dan membawaku keluar dari rumah.

Sore ini aku janjian bertemu dengan Irvan. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Tentu saja aku tidak sendirian, Mas Dwi ikut bersama ku sepulang kerja.

"Ini untuk kalian," ucapnya seraya mengeluarkan dua lembar kertas bernuansa hijau berlapis plastik tipis. Sangat familiar dengan wujudnya.

"Undangan?" tanyaku bahkan sebelum aku menerima itu dari tangan Irvan. Ia hanya tersenyum malu.

"Hehe ...." Ia tertawa sedikit. "Datang ya!" pintanya kemudian.

Kubuka lapisan plastik itu dan membaca isinya. Akadnya akan dilakukan 3 minggu lagi, sedangkan resepsinya satu hari berikutnya.

"Selamat ya! Aku didahului ternyata," ujar Mas Dwi. Aku sedikit merasa kasihan, seandainya wanita itu tidak berpaling, mungkin sekarang Mas Dwi sudah memiliki anak yang lucu-lucu.

"Maaf ya, Mas," ujar Irvan sambil tersenyum. "Aku sudah terlalu lama pacaran, ibunya selalu menuntut agar menikah cepat. Bagaimana lagi?"

"Tapi kamu mencintainya, kan?" tanyaku.

"Tentu saja. Aku hanya belum siap secara materi. Bahkan aku belum punya rumah sendiri. Mungkin sementara waktu kami akan mengontrak."

"Gak papa, begitu lebih baik daripada gagal menikah, kan? Rejeki bisa dicari sambil jalan," ujar Mas Dwi. Aku tidak tahu apa yang kini dia rasakan, tapi aku tidak bisa menghilangkan rasa kasihanku padanya

"Mas jangan berkecil hati, kan sekarang calonnya sudah ada," ucap Irvan yang membuatku spontan melirik Mas Dwi.

"Iya kalau dia mau," jawab Mas Dwi yang kemudian juga melirik ke arahku. Blush!! Apa yang dimaksud adalah aku?

"Ya sudah, maaf aku gak bisa lama-lama. Masih ada urusan yang lain," ujar Irvan seraya memakai jaketnya.

"Iya gak papa. Namanya mau menikah pasti banyak persiapan," ujar Mas Dwi.

"Semoga berjalan lancar ya!" ucapku memberi doa dan semangat.

"Terima kasih banyak. Jangan datang sendirian! Oh iya, aku hampir lupa." Irvan kembali membuka tasnya dan mengambil satu undangan lagi. "Ini untuk Mamamu, barangkali mau datang," ujarnya seraya memberikan undangan itu padaku.

"Ah iya, terima kasih. Nanti aku sampaikan."

"Ingat ya! Jangan datang sendirian!" Ia kembali berpesan.

"Hmm ... iyaa," jawabku. Aku sudah paham maksudnya, aku harus datang bersama Mas Dwi. Kemudian Irvan pergi, lagi-lagi tinggal lah kami berdua disana.

"Len." Mas Dwi memanggilku lalu memegang tanganku.

"Eh, iya mas?" Jantungku spontan melonjak ketika merasakan sentuhan tangan Mas Dwi di punggung tanganku.

"Datang sama aku, ya?" pintanya.

"Iya, tapi kalau mamaku mau--"

"Kita datang bertiga. Aku gak masalah," ucapnya memotong omonganku.

"Ah, ya. Oke," jawabku menyetujui.

"Maaf aku sedikit trauma akan pernikahan. Makanya aku butuh kamu untuk menemaniku." Suaranya terdengar menyedihkan. Entah karena pengaruh pikiranku yang sedang kasihan padanya, atau memang dia yang masih menyimpan luka, aku juga tidak tahu.

"Iya, Mas. Nanti kita datang sama-sama ke resepsi Irvan," jawabku. Kukira dia memegang tanganku hendak mengajakku menikah juga. Sepertinya aku terlalu banyak berharap.

"Boleh aku jujur padamu?" tanyanya.

"Tentu saja."

"Aku menyukaimu sejak lama. Bahkan sebelum kamu putus dari mantan pacarmu. Mungkin kamu berpikir aku gak serius, tapi sebenarnya aku pun sadar di usiaku saat ini bukan lagi waktunya untuk main-main," ucapannya terhenti sejenak, lalu ia menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Maaf, aku pernah gagal menikah seperti yang kamu tahu. Dua tahun lalu aku seperti orang gila, bahkan aku gak yakin aku bisa hidup tanpa dia. Semua biaya persiapan pernikahan aku yang tanggung, bahkan undangan sudah siap dan tinggal disebar. Entah bagaimana bisa dia justru hamil dengan mantannya." Lagi-lagi ucapan Mas Dwi berhenti. Kurasakan tangannya gemetar.

"Mas, aku gak maksa Mas untuk menceritakan itu padaku."

"Gak papa, aku harus bisa melupakan ini semua. Aku mau kamu tahu apa yang aku rasakan, hingga kamu yakin aku layak atau gak buatmu." Kemudian ia menatap mataku, tatapan matanya tampak sayu. Aku merasa terenyuh.

"Lena, aku benar-benar menyukaimu. Aku ingin kamu menjadi milikku, tapi aku sadar aku juga trauma akan persiapan pernikahan. Apakah kamu mau--" ucapannya terhenti. Terasa genggaman tangannya semakin kuat, sedikit sakit tapi masih bisa kutahan.

"Mau apa, Mas?" tanyaku kemudian.

"Apakah kamu mau ... jadi ... is ... triku?" tanyanya terbata-bata. Blarrrrr!!! Jantungku terasa tersambar petir. Kukira hanya angan saja, tapi detik ini juga pertanyaan itu kudengar di telinga langsung dari mulutnya.

"Maaf kalau terkesan terlalu cepat, tapi aku takut kehilangan lagi. Kalau kamu mau menerimaku, aku akan segera datang ke rumahmu. Kita gak perlu pacaran, kan?"

Aku mengerjap beberapa kali. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar kali ini.

"Tapi, Mas sendiri bilang kalau Mas trauma dengan pernikahan. Bagaimana mungkin Mas mengajakku menikah?" tanyaku masih sedikit bingung.

"Maka dari itu, aku memintamu untuk menjadi obatnya. Aku mencintaimu, Lena. Aku berjanji gak akan mengecewakanmu," ucapnya dengan mata yang lekat memandang manik mataku. Tersirat harapan yang besar disana.

"Mas, aku sangat menghargai ajakanmu untuk menikah. Maaf, bukannya aku menolak. Beri aku waktu untuk berpikir supaya jawabanku bisa tepat dan baik untuk kita berdua," pintaku padanya. Ia pun mengangguk setuju. Rasanya ketakutannya tampak perlahan memudar. Genggaman tangannya juga tidak sekuat tadi.

Aku senang sekali akhirnya ada laki-laki yang mau mengajakku menikah. Tapi aku butuh waktu untuk menjelaskan kondisi keluargaku padanya. Apa mungkin dia bisa menerimaku jika tahu ayah tiriku adalah mantan pacarku sendiri?

Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 Pengumuman
45 Season 2 #Part 1
46 Season 2 #Part 2
47 Season 2 #Part 3
48 Season 2 #Part 4
49 Season 2 #Part 5
50 Season 2 #Part 6
51 Season 2 #Part 7
52 Season 2 #Part 8
53 Season 2 #Part 9
54 Season 2 #Part 10
55 Visual Cast
56 Season 2 #Part 11
57 Season 2 #Part 12
58 Season 2 #Part 13
59 Season 2 #Part 14
60 Season 2 #Part 15
61 Season 2 #Part 16
62 Season 2 #Part 17
63 Season 2 #Part 18
64 Season 2 #Part 19
65 Season 2 #Part 20
66 Season 2 #Part 21
67 Season 2 #Part 22
68 Season 2 #Part 23
69 Season 2 #Part 24
70 Season 2 #Part 25
71 Season 2 #Part 26
72 Season 2 #Part 27
73 Season 2 #Part 28
74 Season 2 #Part 29
75 Season 2 #Part 30
76 Season 2 #Part 31
77 Season 2 #Part 32
78 Season 2 #Part 33
79 Season 2 #Part 34
80 Season 2 #Part 35
81 Season 2 #Part 36
82 Season 2 #Part 37
83 Season 2 #Part 38
84 Season 2 #Part 39
85 Season 2 #Part 40
86 Cuap-cuap Author
87 Season 2 #Part 41
88 Season 2 #Part 42
89 Season 2 #Part 43
90 Season 2 #Part 44
91 Season 2 #Part 45
92 Haiiiiiii!!!!
93 Season 2 #Part 46
94 Season 2 #Part 47
95 Season 2 #Part 48
96 Pengumuman Hiatus
97 Haloo!!
98 Season 2 #Part 49
99 Season 2 #Part 50
100 Season 2 #Part 51
101 Season 2 #Part 52
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
Pengumuman
45
Season 2 #Part 1
46
Season 2 #Part 2
47
Season 2 #Part 3
48
Season 2 #Part 4
49
Season 2 #Part 5
50
Season 2 #Part 6
51
Season 2 #Part 7
52
Season 2 #Part 8
53
Season 2 #Part 9
54
Season 2 #Part 10
55
Visual Cast
56
Season 2 #Part 11
57
Season 2 #Part 12
58
Season 2 #Part 13
59
Season 2 #Part 14
60
Season 2 #Part 15
61
Season 2 #Part 16
62
Season 2 #Part 17
63
Season 2 #Part 18
64
Season 2 #Part 19
65
Season 2 #Part 20
66
Season 2 #Part 21
67
Season 2 #Part 22
68
Season 2 #Part 23
69
Season 2 #Part 24
70
Season 2 #Part 25
71
Season 2 #Part 26
72
Season 2 #Part 27
73
Season 2 #Part 28
74
Season 2 #Part 29
75
Season 2 #Part 30
76
Season 2 #Part 31
77
Season 2 #Part 32
78
Season 2 #Part 33
79
Season 2 #Part 34
80
Season 2 #Part 35
81
Season 2 #Part 36
82
Season 2 #Part 37
83
Season 2 #Part 38
84
Season 2 #Part 39
85
Season 2 #Part 40
86
Cuap-cuap Author
87
Season 2 #Part 41
88
Season 2 #Part 42
89
Season 2 #Part 43
90
Season 2 #Part 44
91
Season 2 #Part 45
92
Haiiiiiii!!!!
93
Season 2 #Part 46
94
Season 2 #Part 47
95
Season 2 #Part 48
96
Pengumuman Hiatus
97
Haloo!!
98
Season 2 #Part 49
99
Season 2 #Part 50
100
Season 2 #Part 51
101
Season 2 #Part 52

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!