Part 11

Tubuhku gemetar hebat. Air mata tak bisa lagi kutahan. Aku sangat takut. Sangat tidak kusangka orang yang selama ini lembut dan mencintaiku bisa memperlakukanku sekejam itu. Apa salahku?

Ting!

Satu pesan masuk dari Irvan. Tanpa membaca pesannya, aku langsung menekan tombol telepon.

"Halo?" Terdengar suaranya dari seberang sana.

"Ha--halo ... hiks ... Irvan," ucapku terbata-bata sambil menangis.

"Hei, apa yang terjadi? Kenapa kamu nangis begitu?"

"Hiks ... aku takut."

"Apa yang terjadi? Kamu di mana?"

"Aku di rumah."

"Lalu ada apa? Apa yang terjadi?" Suaranya terdengar sangat panik.

"Hiks ... Irvan aku takut."

"Iya, aku mengerti. Coba ceritakan apa yang terjadi! Kalau perlu aku kesana sekarang."

"Hiks ...." Aku terisak beberapa kali. "Anu ... hiks ...." Aku masih belum bisa cerita. Aku sangat takut.

"Lena, coba tenang dulu, ya! Atur napasmu! Tarik perlahan lalu hembuskan, oke!" pintanya dengan tenang. Aku mengikuti arahannya, lima kali tarikan napas. "Gimana? Udah lebih tenang?"

"Sedikit." Setidaknya napasku sudah lebih teratur.

"Jadi ada apa? Aku perlu ke sana?"

"Jangan, gak perlu kok!"

"Yakin? Motorku udah kembali dari bengkel, aku bisa ke sana sekarang."

"Serius, aku gak papa kok. Aku cuma takut."

"Apa yang membuatmu takut?"

Akhirnya aku menceritakan kejadian hari ini seluruhnya pada Irvan. Aku bersyukur masih memiliki tempat untuk bercerita meskipun dia orang baru.

"Ahh, lebih baik kamu menghindarinya. Jangan mencari masalah!" sarannya setelah mendengar cerita lengkap dariku.

"Aku takut, dia bisa sewaktu-waktu masuk ke rumahku."

"Benar juga. Kamu tenang aja, sementara banyak-banyaklah tinggal di kamar! Kamarmu bisa dikunci, kan?"

"Iya, bisa kok," jawabku pelan.

"Tenang, ya, kalau terjadi sesuatu langsung kabari aku! Aku akan segera ke sana."

"Iya, terima kasih banyak."

"Iya, jangan sungkan, ya!" pintanya. Aku mengangguk meski aku tahu dia tak melihatku. "Masih panik?" tanyanya lagi.

"Udah sedikit tenang, apa kamu mau menemaniku sebentar? Setidaknya sampai manusia itu pergi."

"Boleh. Kalau begitu jangan tutup teleponnya!"

"Iya."

Kami diam beberapa saat. Setelah itu kami ngobrol sedikit.

"Oh iya, maaf aku merepotkanmu."

"Gak papa, santai aja. Toh sudah jam segini, aku gak ada kegiatan."

"Lena." Mama memanggilku dari luar kamar.

"Siapa?" tanya Irvan.

"Mamaku," jawabku setengah berbisik.

"Kenapa diem aja?" tanya Irvan lagi.

"Manusia itu belum pulang, aku mau pura-pura tidur aja." Aku masih bicara dengan cara berbisik.

"Ohh, oke."

Kami diam lagi. Setelah menangis, rasa kantukku mulai datang. Sembari menunggu mobil Mas Robi pergi, aku memejamkan mata sebentar. Aku yakin tidak akan terlelap.

Aku membuka mataku. Suasana sangat hening. Lalu aku cek ponsel, panggilannya sudah terputus. Apa aku ketiduran? Kulihat lagi riwayat panggilan telepon.

'Hah? 2 jam? Selama itukah aku teleponan? Seingatku cuma beberapa menit aja. Apa yang kami bicarakan selama itu? Bahkan aku lupa apa aja yang telah dibahas,' batinku terkejut. Lanjut kubuka pesan masuknya.

Sepertinya kamu sudah tertidur. Tadi aku dengar mamamu memanggilmu lagi beberapa kali, tapi aku gak bisa dengar apakah mobilnya sudah pergi atau belum. Aku senang kalau kamu bisa tidur nyenyak. Maaf teleponnya aku matikan, kalau ada apa-apa, telepon lagi saja ya!

'Aaaaa!!!!! Aku ketiduran tanpa mematikan telepon? Ceroboh sekali kamu Alena!!! Bagaimana kalau aku mengigau? Atau bicara ngelantur? Bodoh sekali!'

Kulihat jam yang muncul di ujung layar ponselku, tertulis 05.55. Lima menit sebelum alarmku berdering. Meskipun begitu, aku merasa tidurku cukup. Batinku sedikit tenang. Ah, senangnya. Aku senang memiliki teman seperti Irvan. Dia bisa mengerti kondisiku.

Kubuka pintu kamar perlahan, berharap Mas Robi sudah tidak ada di rumah ini lagi. Aku berjalan perlahan ke arah ruang tamu hendak mengintip mobilnya dari jendela, begitu mengetahui mobilnya tidak ada aku bisa bernafas lega.

"Lena." Mama memanggilku.

"Astaga ya Tuhan! Mama, kok ngagetin sih?" Aku terperanjat. Mama menyebut namaku pelan, tapi cukup membuatku kaget karena posisiku yang sedang tegang.

"Cari apa? Orang Mama manggil pelan-pelan kok."

"Anu, Mas Robi udah pulang, kan?"

"Udah dari semalam. Kamu tidur lebih awal sepertinya, Mama panggil beberapa kali gak ada jawaban," ucap Mama seraya berjalan ke arah dapur.

"Ah, iya. Aku capek." Aku mengikuti Mama dari belakang. "Untuk apa Mas Robi datang kemari?"

"Entah. Tapi sepertinya kamu harus terbiasa, bagaimana juga dia sekarang ayah tirimu, kan?" Mendengar ucapan Mama aku otomatis mengernyitkan kening.

"Sampai kapanpun gak akan ada yang bisa menggantikan Papa!" jawabku tegas.

"Iya, Mama paham. Papamu gak akan mungkin tergantikan, tapi cobalah bersikap baik sedikit di hadapan dia."

"Ma, Mama yakin dengan apa yang Mama katakan sekarang? Mama memintaku bersikap baik dengannya? Mama lupa aku ini siapa?" Aku sangat kecewa mendengar itu. Entah apa yang Mama pikirkan, lagi-lagi kebahagiaanku dikesampingkan.

"Lena ... bagaimanapun dia--"

"Cukup, Ma! Maaf, udah baik aku bisa menerima Mama sebagai mamaku setelah apa yang pernah Mama lakukan dan sekarang Mama mau memaksaku juga untuk menerima dia? Mohon maaf, Ma, lebih baik Lena pergi dari rumah ini." Aku meninggalkan Mama dan masuk ke kamar lagi.

"Lena, maksud Mama bukan begitu ...." Kudengar samar suara Mama, tapi aku tidak peduli.

Ingin sekali aku pergi dari rumah ini, tapi aku tidak punya uang lebih. Cicilan mobil belum lunas, belum lagi nanti untuk bayar kost, untuk makan sehari-hari. Ah! Aku terjebak.

'Kenapa sih Mama gak memikirkan aku? Katanya ini semua untuk balas dendam ke Mas Robi, tapi kenapa rasanya justru aku yang banyak dirugikan?' Kuingat-ingat lagi kejadian yang telah berlalu, rasanya lebih banyak rugi yang aku dapatkan.

Aku berangkat kerja seperti biasa. Berusaha untuk tidak memikirkan apa yang sedang terjadi di rumah. Meskipun tidak bisa lupa sepenuhnya, setidaknya di kantor aku bisa mengalihkan pikiranku.

"Lena, boleh saya minta mentahan file dari penulis Bulan?" pinta Pak Dwi selepas jam makan siang.

"Oh iya boleh, Pak. Nanti saya kirimkan."

"Setelah dikirim, kamu ke ruangan saya, ya! Ada yang mau saya bicarakan."

"Baik, Pak."

Aku langsung mengirimkan berkas yang diminta Pak Dwi dan datang ke ruangannya sesuai dengan perintah.

"Permisi, Pak."

"Ah ya, silakan duduk Lena!"

"Baik, Pak." Lalu aku duduk di salah satu kursi yang tersedia.

"Langsung ke poin saja, ya," ujarnya, aku mengangguk. "Apa selama sebulan ini masih belum ada perkembangan dari penulis Bulan?"

"Untuk masalah typo sudah membaik, Pak. Tidak separah sebelumnya. Sekarang masalahnya tinggal waktu pengiriman saja. Penulis Bulan masih sering terlambat dari deadline yang diberikan. Sehingga saya yang banyak lembur agar bisa mengejar waktu."

"Ah begitu. Setelah ini tolong panggilkan Atika ya, biar dia yang bicara ke penulis Bulan."

"Baik, Pak."

"Tetap fokus ya, Lena! Saya perhatikan akhir-akhir ini sepertinya kamu banyak masalah. Semoga kinerjamu tidak terganggu."

'Eh? Pak Dwi bahkan menyadari itu?' gumamku dalam hati.

"Baik, Pak. Saya akan berusaha yang terbaik untuk kantor ini." ucapku disertai dengan senyum. "Kalau begitu, saya permisi, Pak."

"Iya, silakan."

Aku keluar dari ruangan Pak Dwi dan menemui Atika agar ia gantian menemui Pak Dwi.

'Ahh, penulis-penulis itu. Senang mengirim berkas seenaknya, tidak memikirkan pihak lain,' batinku seraya meregangkan otot leherku.

"Oke semangat! Fokus-fokus-fokus! Masih banyak yang harus diselesaikan!" Aku berusaha menyemangati diriku sendiri.

Kira-kira pukul 15.00, satu jam sebelum jam pulang. Pak Dwi mengajak semua karyawan untuk makan bersama, tak terkecuali Bu Manajer. Namun karena ada urusan, Bu Manajer tidak bisa ikut.

Selesai jam kerja, kami berangkat bersama ke rumah makan seafood dekat kantor. Kami hanya berenam, yang lainnya tidak bisa ikut. Kebetulan aku duduk di antara Atika dan Pak Dwi.

"Lena, makan yang banyak, ya! Jangan sampai kurus!" ucap Pak Dwi setengah berbisik tepat di telingaku ketika makanan pesanan kami sudah datang.

"Baik, Pak. Terima kasih banyak." Aku tersenyum mendengarnya. Aku senang masih dikelilingi orang baik.

Terpopuler

Comments

Ferly Ina

Ferly Ina

semangat thor 🤗🤗

2020-11-02

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 Pengumuman
45 Season 2 #Part 1
46 Season 2 #Part 2
47 Season 2 #Part 3
48 Season 2 #Part 4
49 Season 2 #Part 5
50 Season 2 #Part 6
51 Season 2 #Part 7
52 Season 2 #Part 8
53 Season 2 #Part 9
54 Season 2 #Part 10
55 Visual Cast
56 Season 2 #Part 11
57 Season 2 #Part 12
58 Season 2 #Part 13
59 Season 2 #Part 14
60 Season 2 #Part 15
61 Season 2 #Part 16
62 Season 2 #Part 17
63 Season 2 #Part 18
64 Season 2 #Part 19
65 Season 2 #Part 20
66 Season 2 #Part 21
67 Season 2 #Part 22
68 Season 2 #Part 23
69 Season 2 #Part 24
70 Season 2 #Part 25
71 Season 2 #Part 26
72 Season 2 #Part 27
73 Season 2 #Part 28
74 Season 2 #Part 29
75 Season 2 #Part 30
76 Season 2 #Part 31
77 Season 2 #Part 32
78 Season 2 #Part 33
79 Season 2 #Part 34
80 Season 2 #Part 35
81 Season 2 #Part 36
82 Season 2 #Part 37
83 Season 2 #Part 38
84 Season 2 #Part 39
85 Season 2 #Part 40
86 Cuap-cuap Author
87 Season 2 #Part 41
88 Season 2 #Part 42
89 Season 2 #Part 43
90 Season 2 #Part 44
91 Season 2 #Part 45
92 Haiiiiiii!!!!
93 Season 2 #Part 46
94 Season 2 #Part 47
95 Season 2 #Part 48
96 Pengumuman Hiatus
97 Haloo!!
98 Season 2 #Part 49
99 Season 2 #Part 50
100 Season 2 #Part 51
101 Season 2 #Part 52
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
Pengumuman
45
Season 2 #Part 1
46
Season 2 #Part 2
47
Season 2 #Part 3
48
Season 2 #Part 4
49
Season 2 #Part 5
50
Season 2 #Part 6
51
Season 2 #Part 7
52
Season 2 #Part 8
53
Season 2 #Part 9
54
Season 2 #Part 10
55
Visual Cast
56
Season 2 #Part 11
57
Season 2 #Part 12
58
Season 2 #Part 13
59
Season 2 #Part 14
60
Season 2 #Part 15
61
Season 2 #Part 16
62
Season 2 #Part 17
63
Season 2 #Part 18
64
Season 2 #Part 19
65
Season 2 #Part 20
66
Season 2 #Part 21
67
Season 2 #Part 22
68
Season 2 #Part 23
69
Season 2 #Part 24
70
Season 2 #Part 25
71
Season 2 #Part 26
72
Season 2 #Part 27
73
Season 2 #Part 28
74
Season 2 #Part 29
75
Season 2 #Part 30
76
Season 2 #Part 31
77
Season 2 #Part 32
78
Season 2 #Part 33
79
Season 2 #Part 34
80
Season 2 #Part 35
81
Season 2 #Part 36
82
Season 2 #Part 37
83
Season 2 #Part 38
84
Season 2 #Part 39
85
Season 2 #Part 40
86
Cuap-cuap Author
87
Season 2 #Part 41
88
Season 2 #Part 42
89
Season 2 #Part 43
90
Season 2 #Part 44
91
Season 2 #Part 45
92
Haiiiiiii!!!!
93
Season 2 #Part 46
94
Season 2 #Part 47
95
Season 2 #Part 48
96
Pengumuman Hiatus
97
Haloo!!
98
Season 2 #Part 49
99
Season 2 #Part 50
100
Season 2 #Part 51
101
Season 2 #Part 52

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!