Hingga detik ini aku masih belum bisa memahami apa maksud dan tujuan Mama melakukan semua ini. Menikah dengan lelaki yang jelas tidak ia cintai dan tidak hamil pula. Jika memang tujuan Mama adalah uang, rasanya Mama tidak sejahat itu hingga menyakitiku seperti kemarin.
Hari ini Mama akan menikah lagi. Tidak ada undangan apalagi perayaan. Tentu saja, pernikahan ini hanya diketahui kami bertiga. Aku, Mama dan Mas Robi. Entah mereka menikah di mana, aku tidak mau ikut ataupun menjadi saksi.
Akhirnya menjadi kenyataan, mantan pacarku menjadi ayah tiriku. Lucu sekali bukan? Iya, sangat lucu bahkan aku tertawa jika mengingatnya dan menangis setelahnya. Tak apa, dia bukan untukku. Aku bisa bahagia dengan caraku sendiri.
"Len, benar gak mau ikut?" tanya Mama yang entah sudah terlontar berapa kali. Aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala.
Aku bungkam dan fokus menatap layar laptopku di meja makan sambil makan sereal. Rasanya Mama pasti tahu alasanku tidak ingin ikut. Memang rasa cintaku untuk Mas Robi sudah pudar, tapi tetap saja melihatnya menikah tapi bukan denganku, tentu memberikan rasa sakit tersendiri.
Ketika Mama sudah berangkat, kubuka folder fotoku bersama Mas Robi. Hanya ada senyum yang tampil disana. Ahh ... aku rindu dia yang selalu bersikap lembut padaku. Meskipun aku tak mau disentuh, dia tetap memperlakukanku dengan baik.
Aku menduga, alasan kemarin dia bisa kasar padaku karena nafsu yang tak terpuaskan adalah akal-akalan saja agar aku membenci dan melepaskannya. Eh? Apa mungkin begitu?
Ting! Satu pesan masuk ke handphoneku.
[ Alena Citra Mahendra, yang aku cintai. Maafkan Mas ya. Mungkin rasa sakit yang kuberikan tidak termaafkan. Hari ini aku akan menikah dengan mamamu. Maafkan aku. ]
Membaca pesan singkat itu, tidak terasa air mataku mengalir perlahan. Tidak masalah siapa wanita yang ia nikahi, tapi dia yang dulu banyak mengukir janji bersama dia pula yang meninggalkanku demi wanita lain.
Ting! Satu lagi pesan masuk darinya.
[ Lena, aku masih sangat mencintaimu. Maukah kita kembali seperti dulu? Aku mohon. Bantu aku membatalkan semua ini. Aku kini sadar, cinta jauh lebih penting dari pada nafsuku. Tidak ada yang aku cintai selain kamu. Jika kamu mau kesini sebelum jam 9, kamu yang akan aku nikahi, bukan mamamu. Aku tunggu kedatanganmu, Cintaku. ]
Apa-apaan ini? Benar ini Mas Robi yang mengirimkannya? Pesan ini sedikit menggoyahkanku. Ada rasa sedikit senang ketika ia bilang ia masih mencintaiku. Aku memang masih mencintainya meski tak sedalam dulu. Aku bimbang.
Aku coba mengatur napas dan emosiku, berharap bisa mendapatkan ketenangan dan bisa berpikir lebih jernih. Kalau aku tidak kesana, maka pernikahan akan berlangsung sebagaimana rencana Mama. Kalau aku kesana, aku masih tidak begitu yakin Mas Robi benar akan menikahiku. Bahkan persiapanku pun tidak ada. Sebisa mungkin kuatur ulang jalan pikiranku dan membuka banyak kemungkinan.
Dan jawabanku adalah TIDAK. Apapun yang terjadi, aku tidak akan datang kesana. Dengan perasaan yang begitu bimbang, aku terus meyakinkan diriku agar tidak lagi mengharapkannya. Semua tidak bisa kembali seperti dulu, apapun alasannya.
..
"Hei, apakah kamu lelah?" tanyanya. Aku hanya mengangguk. Kami duduk di atas sofa di sebuah balkon yang cukup tinggi.
"Kemarilah, sandarkah kepalamu di bahuku!" ucap pria itu lagi. Aku menurutinya. Aku bersandar di bahunya. Nyaman sekali. Kupejamkan mata dan menikmati deru angin yang lembut membelai wajahku.
"Menangislah jika ingin, jangan ditahan!" Ia terus bicara meskipun aku hanya diam. Aku tidak tahu dia siapa, yang aku tahu dia selalu menyayangiku. Senyumnya yang lembut, bahunya yang kokoh, bahkan tutur katanya yang halus selalu mampu menghipnotisku. Aku selalu tenang bersandar di bahunya. Kini, aku merasakan sesak yang mendalam.
"Aku takut." Aku bicara dengan sangat pelan. Air mataku mengalir, tanpa melihat ke arahku, tangannya memberikanku selembar tisu.
"Jangan khawatir, semua yang memang sudah ditakdirkan untukmu, maka ia tak akan beralih menjadi milik orang lain!" Kalimat yang sudah sangat sering kudengar darinya.
"Apa kamu pernah merasakan kehilangan?" tanyaku sembari menyeka air mata yang masih tersisa.
"Ahh, tentu saja tidak. Hanya kamu yang aku miliki," ujarnya tenang.
"Hmm." Aku menyetujui meskipun aku tidak mengerti apa maksudnya.
"Apa aku telah kehilangan?" tanyaku lagi.
"Who knows?" Ia tersenyum lagi. Meskipun aku tidak melihat wajahnya, aku bisa merasakan ia sedang tersenyum, tapi bukan padaku. Kemudian ia mengeluarkan jaket biru yang cukup besar, lalu dia menyelimutiku.
"Tidurlah, kamu perlu istirahat! Jangan dipaksa!" Mendengar ucapannya itu, aku menangis. Benar. Aku benar-benar lelah. Air mataku mengalir deras. Aku tak bisa lagi menahannya.
"Len? Alena?" Seseorang menepuk bahuku.
"Hm?" Aku terbangun. Lagi-lagi aku bermimpi. Meskipun mimpi, aku bisa merasakan kesesakan itu. Sepertinya aku terlalu lelah dengan dunia ini.
"Pindah ke kamar, jangan tidur di sini!" Menyadari Mama yang membangunkanku, aku menjadi gelagapan. Aku langsung melihat layar laptopku, syukurlah, laptopku sudah mati. Sepertinya baterainya habis.
"Mama udah pulang dari tadi?" tanyaku memastikan.
"Baru aja." Mama mengambil segelas air dingin dan meminumnya.
"Apa semuanya berjalan lancar?"
"Yah, begitulah."
"Apa Mas Robi ... terlihat senang?" tanyaku ragu-ragu.
"Mana mungkin dia senang?" Mama meletakkan gelasnya lalu berjalan ke arah kamar.
"Lalu? Gimana?"
"Apanya yang gimana?" Mama berhenti dan melihat ke arahku.
"Kalau dia gak senang, gimana dia bisa melanjutkan pernikahan?" tanyaku lagi.
"Tenang aja, semua berjalan lancar. Jangan khawatirkan apapun!" ucap Mama yang kemudian melanjutkan langkahnya ke kamar.
..
Terdengar suara mobil terparkir di depan rumahku. Suaranya sangat familiar, mobil siapa lagi kalau bukan milik Mas Robi. Aku tidak sudi membukakan pintu untuknya.
Ceklek! Dia membuka pintu rumah sendiri. Lanc*ng sekali! Dia kira ini rumah siapa?
Mama sedang keluar, ingin rasanya manusia satu ini kuusir sekarang juga, tapi melihat wajahnya saja aku malas. Aku beranjak dari kursi di ruang makan dan menuju ke kamar.
"Mau kemana?" tanyanya padaku. Yah, siapa lagi yang ia tanyakan? Karena hanya aku yang kini ada di rumah.
"Ngapain Mas masuk ke rumahku sembarangan? Mas pikir ini rumah siapa?" Aku menjawab tanpa melihat ke arahnya.
"Apa kamu lupa kalau aku ini adalah ayahmu?" kata 'ayah' dia tekankan di sana. Aku melanjutkan langkah dan membuka pintu kamarku.
"Jangan kabur!" Tiba-tiba dia sudah di belakangku dan memegang tanganku.
"Jangan macam-macam!" Aku berusaha memperingatkan.
"Berani mengancamku?" Kemudian ia menarik dan memaksaku bersandar di tembok serta membuatku menghadap ke arahnya. Kasar sekali.
"Pergi dari sini!" Aku masih berusaha mengusirnya. Sekuat tenaga kulepaskan pergelangan tanganku dari tangannya.
"Aku ini ayahmu," ucapnya lagi.
"Sampai matipun hal itu gak akan pernah terjadi!" bantahku.
"Bukankah kamu sendiri yang membiarkan semua ini terjadi? Aku sudah menawarkan untuk menikah denganku, tapi kamu mengabaikannya. SUDAH BERANI KAMU MENANTANGKU ALENA MAHENDRA?" Bentakan pertama yang kuterima dari Mas Robi. Jantungku terasa sakit. Aku hanya diam dan menunduk.
"Kenapa? Kamu takut?" tanyanya lagi. Cengkraman tangannya semakin kuat.
"Aaakk! Lepaskan aku!" pekikku keras. Pergelanganku terasa begitu sakit.
"Oh, sakit ya?" Ia meregangkan sedikit cengkeramannya, kemudian satu tangannya beralih memegang daguku.
"Wajah cantik ini munafik sekali, ya, disentuh sedikit saja tidak mau. Berapa hargamu, Alena?" ucapnya sedikit berbisik di telingaku, lalu ia tersenyum licik di hadapanku.
Aku sama sekali tak bisa melawannya. Lemah sekali. Aku gemetar, aku merasakan ketakutan yang hebat. Syukurlah, tak lama kemudian terdengar mobil Mama datang, Mas Robi melepaskan tangannya dariku.
"Kamu masih selamat hari ini," ucapnya penuh ancaman. Aku langsung berlari ke kamarku dan mengunci pintu.
Aku menangis sejadinya. Rasa takutku tak kunjung hilang. Sepertinya setelah ini hidupku tidak aman lagi. Apa yang harus kulakukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
nuy nurani
ceritamu seru author bikin dag dig dug
2020-09-10
1
Verbeelding Princess
bagus banget novelnya. semangat ya thor👍
2020-09-04
4