Part 7

"Lenaaa!" Atika menyambutku ketika aku baru saja masuk ke dalam ruangan. "Kemana aja? Aku menghubungimu, tapi gak ada balasan sama sekali."

"Maaf, aku ada masalah." Aku duduk di kursiku dan menyalakan komputer. "Manajer datang jam berapa?" tanyaku.

"Mungkin sebentar lagi. Kalau ada apa-apa, cerita, ya?" ucapnya lagi dan pergi ke mejanya.

Aku cek ulang hasil kerjaku kemarin. Syukurlah semua sudah siap. Aku kembali membuka ponselku.

[ Aku sudah menyimpan nomor mu! Jangan lagi menungguku. Oke? ]

Aku membalas chat Radit. Ada rasa bahagia tersendiri rasanya. Aku bisa melupakan masalahku sejenak. Mas Robi tidak menghubungiku sama sekali, aku anggap semuanya telah berakhir. Aku juga tidak lagi mengharapkannya. Bahkan jika dia mau menjadi suami baru Mama, aku ikhlas.

Radit :: Hai cantik! Akhirnya kamu membalas pesanku.

Lena :: Jangan memanggilku cantik! Geli tahu gak!

Radit :: Haha! Sorry sorry! Kamu sudah kembali ke rumah?

Lena :: Iya. Baru pagi tadi.

Radit :: Apa ada masalah? Kenapa sepagi itu?

Lena :: Ah, gak kok. Hanya saja aku harus bekerja.

Radit :: Oh iya, kamu kerja apa? Apa kamu beneran jadi dokter?

Lena :: Haha! Uang dari mana aku bisa sekolah dokter? Aku hanya editor buku. Cita-cita jadi dokter sudah kukubur sejak lama.

Radit :: Ahh! Turut berdukacita atas terkuburnya cita-cita muliamu.

Lena :: Gak perlu sampai begitu kali! Eh, sebentar ya, aku ada rapat. Nanti di lanjut lagi.

Radit :: Okeoke. Aku tunggu. : )

Aku kembali bekerja. Mood-ku sedikit lebih baik. Terselip ingatan-ingatan jaman sekolah dulu. Aku dan Radit bukan anak yang terlalu pandai. Nilai kami standar, tapi juga tidak buruk. Meskipun begitu, kami tergolong anak yang rajin. Kami tidak sekelas, tapi setiap jam istirahat kami selalu bertemu dan belajar bersama.

Sampai akhirnya waktu kami menginjak pertengahan kelas 2 SMA, papa meninggal dunia. Aku terpuruk. Tidak ingin lanjut sekolah. Butuh waktu lama untuk bisa mengembalikan semangat hidupku. Aku putus sekolah, 2 tahun kemudian aku mengikuti kejar paket C supaya aku memiliki ijazah setara SMA. Sejak saat itu, tujuan hidupku hanya mencari uang. Tidak peduli dengan apa itu cita-cita.

..

"Lena, mau makan apa? Mama masakin ya?" mama menyambutku di depan pintu. Aku tak acuh sama sekali. Kulangkahkan kaki ke kamar seolah aku tak melihat adanya manusia di sana.

Aku merasa jahat. Sangat jahat. Aku memperlakukan orang tuaku seperti itu, tapi aku harus bagaimana? Yang tahu masalahku ini justru keluarga Pak Agung. Bagaimana mungkin aku harus kesana lagi hanya untuk curhat?

Lena :: Irvan, ini aku Lena.

Irvan :: Hai, mbak Lena. Bagaimana kabarmu?

Lena :: Panggil Lena saja.

Irvan :: Ah, oke. Baiklah. Bagaimana kabarmu?

Lena :: Aku baik-baik saja. Ibu bapak apa kabar?

Irvan :: Semua sehat. Kemarin Ibu bertanya, kapan kamu akan datang lagi. Tapi aku berharap kamu datang kemari bukan untuk kabur.

Lena :: Yah, aku gak bisa kabur meskipun aku ingin.

Iya, Rumah ini adalah rumah peninggalan Papa, aku tidak akan menyerahkan pada orang lain.

Irvan :: Jadi, apa kamu sudah sedikit tenang?

Lena :: Yah, itulah alasanku menghubungimu. Apa aku boleh telepon?

Irvan :: Tentu saja.

Kemudian aku meneleponnya.

"Halo," jawabnya dari seberang sana.

"Hai, maaf mengganggu," ucapku ragu, aku tidak enak menyita waktunya.

"Gak mengganggu kok, gimana? Ada yang ingin kamu ceritakan?"

"Ah, bukan cerita. Lebih tepatnya, aku ingin minta pendapatmu."

"Boleh, apa itu?"

"Aku harus bagaimana di depan Mama? Jujur hatiku sakit, tapi aku gak tega kalau harus mengabaikannya terus. Aku durhaka," ujarku langsung pada intinya. Rasanya aku ingin menangis.

"Maaf jika pendapatku gak sesuai dengan jalan pikiranmu," ujarnya meminta izin sebelum menjawab pertanyaanku.

"Gak papa, jikalau baik akan aku pertimbangkan."

"Sebaiknya kamu minta maaf. Gak ada gunanya kamu menyimpan dendam untuk ibumu sendiri. Awalnya mungkin sakit, tapi kamu bisa lebih tenang jika kamu bisa mengikhlaskannya."

"Tapi, ikhlas itu berat."

"Iya, aku tahu, tapi bukan berarti tidak bisa, kan?"

"Ya, kamu benar," jawabku lemas. Sepertinya memang tidak ada jalan lain selain itu. Aku tidak bisa terus-terusan durhaka. Bagaimanapun Mama adalah ibu kandungku.

Kuakhiri panggilan itu. Sebisa mungkin aku memikirkan yang baik-baik, kujernihkan pikiranku. Aku buang semua pikiran jahat dan dendam. Aku harus berlaku lebih baik, meskipun aku belum mengikhlaskan kejadian buruk ini menimpaku.

Beberapa hari kemudian, aku pulang larut malam. Ada beberapa berkas yang harus kuselesaikan malam ini juga. Aku hanya berharap tidak bertemu Mas Robi tiba-tiba seperti malam itu.

Syukurlah, sesampai aku di rumah, hanya ada Mama di sana. Mama duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.

"Lena baru pulang? Ayo makan! Mama panaskan lagi lauknya." Mama langsung beranjak dan menyalakan api kompor.

Aku sebenarnya sudah makan, tapi aku tidak tega menganggap Mama tidak ada terus menerus. Aku duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan. Mama menyiapkan makanan untukku. Aku hanya diam tanpa bicara sama sekali. Mama juga tak bicara selagi aku makan, ia hanya fokus pada layar ponselnya.

"Len ...." Mama menyebut namaku lagi ketika aku selesai mengunyah suapan terakhirku.

"Hm?" Mulutku rasanya enggan menjawab.

"Mama minta maaf, ya!" pintanya lembut. Hatiku teriris. Durhaka sekali aku sampai seorang ibu memohon maaf pada anaknya berkali-kali.

"Udah Lena maafkan," jawabku datar.

"Maaf Mama gak memikirkan perasaanmu. Mama hanya ingin kita hidup lebih layak."

"Apapun alasan Mama, aku gak ingin dengar lagi."

"Lena ...." Mama diam sebentar, lalu meneguk air minumnya sedikit. "Mama tahu, Robi bukan anak baik-baik. Biarkan Mama yang memanfaatkan dia."

"Kalau Mama gak suka, kenapa Mama gak terus terang sama Lena? Kenapa harus dengan cara licik kayak gitu?" Nada bicaraku sedikit membentak, tapi Mama terlihat masih tetap tenang.

"Orang licik harus dibalas licik, Len." Begitu ucap Mama.

Aku masih tidak mengerti kenapa Mas Robi dibilang licik begitu. Yang aku tahu semua baik-baik saja, selain dia yang selalu minta melakukan hubungan suami-istri dan selalu kutolak.

..

Minggu pagi, aku sengaja tidak menyalakan alarm. Waktu menunjukkan pukul 10.25, padahal aku ingin tidur sampai sore. Aku berguling ke sana ke mari, berharap mataku bisa terpejam lagi. Sayangnya tidak bisa.

Aku keluar kamar dan mengambil minum. Ah, Mama masak ayam goreng kesukaanku, tapi di mana Mama? Di kamarnya juga tidak ada. Sudahlah, nanti juga pulang. Kemudian aku mandi, sarapan dan menonton TV.

Tak lama kemudian ada tamu datang, sebuah mobil terparkir di sebelah mobilku. Tamu biasanya parkir di depan gerbang, kenapa masuk? Aku masih belum keluar. Aku hanya melihat dari balik tirai jendela. Pintu mobil terbuka dan Mama keluar dari sana. Aku mengernyit heran. Mobil siapa? Terlihat masih baru dan mahal. Jauh jika dibandingkan dengan mobilku.

"Mobil siapa, Ma?" tanyaku ketika Mama baru saja menutup pintu rumah.

"Mobil Mama, lah!" jawabnya bangga.

"Dari mana Mama bisa dapat mobil bagus begitu?"

"Robi," jawabnya singkat. Lalu Mama meletakkan plastik belanjaan di hadapanku. "Nih, cemilan kesukaanmu."

"Dari Mas Robi juga? Gak akan aku terima," tolakku.

"Bukan. Enak aja! Mama baru dapat arisan. Lumayan lima juta."

"Terus, mobil itu?" tanyaku lagi.

"Mama minta sama Robi."

"Astaga, Mama! Itu kan mobil mahal!" seruku kemudian. Rasanya kesadaranku baru saja kembali.

"Kalau minta jangan setengah-setengah dong!" jawab Mama dengan mudahnya.

"Tapi, Mas Robi gak akan kasih semua itu cuma-cuma," ujarku lagi.

"Ssstttt ... anak kecil gak perlu tahu!" ucap Mama kemudian masuk ke kamarnya.

Ini apa-apaan, sih? Mama terang-terangan memanfaatkan mantan pacarku di depan mataku? Memang rasaku untuk Mas Robi perlahan hilang, tapi bagaimana mungkin aku diam saja melihat Mama masih memanfaatkan dia?

Terpopuler

Comments

nuy nurani

nuy nurani

ibu yg stresss 😥

2020-09-10

1

Tumin Neng

Tumin Neng

masih lanjuttt

2020-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 Pengumuman
45 Season 2 #Part 1
46 Season 2 #Part 2
47 Season 2 #Part 3
48 Season 2 #Part 4
49 Season 2 #Part 5
50 Season 2 #Part 6
51 Season 2 #Part 7
52 Season 2 #Part 8
53 Season 2 #Part 9
54 Season 2 #Part 10
55 Visual Cast
56 Season 2 #Part 11
57 Season 2 #Part 12
58 Season 2 #Part 13
59 Season 2 #Part 14
60 Season 2 #Part 15
61 Season 2 #Part 16
62 Season 2 #Part 17
63 Season 2 #Part 18
64 Season 2 #Part 19
65 Season 2 #Part 20
66 Season 2 #Part 21
67 Season 2 #Part 22
68 Season 2 #Part 23
69 Season 2 #Part 24
70 Season 2 #Part 25
71 Season 2 #Part 26
72 Season 2 #Part 27
73 Season 2 #Part 28
74 Season 2 #Part 29
75 Season 2 #Part 30
76 Season 2 #Part 31
77 Season 2 #Part 32
78 Season 2 #Part 33
79 Season 2 #Part 34
80 Season 2 #Part 35
81 Season 2 #Part 36
82 Season 2 #Part 37
83 Season 2 #Part 38
84 Season 2 #Part 39
85 Season 2 #Part 40
86 Cuap-cuap Author
87 Season 2 #Part 41
88 Season 2 #Part 42
89 Season 2 #Part 43
90 Season 2 #Part 44
91 Season 2 #Part 45
92 Haiiiiiii!!!!
93 Season 2 #Part 46
94 Season 2 #Part 47
95 Season 2 #Part 48
96 Pengumuman Hiatus
97 Haloo!!
98 Season 2 #Part 49
99 Season 2 #Part 50
100 Season 2 #Part 51
101 Season 2 #Part 52
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
Pengumuman
45
Season 2 #Part 1
46
Season 2 #Part 2
47
Season 2 #Part 3
48
Season 2 #Part 4
49
Season 2 #Part 5
50
Season 2 #Part 6
51
Season 2 #Part 7
52
Season 2 #Part 8
53
Season 2 #Part 9
54
Season 2 #Part 10
55
Visual Cast
56
Season 2 #Part 11
57
Season 2 #Part 12
58
Season 2 #Part 13
59
Season 2 #Part 14
60
Season 2 #Part 15
61
Season 2 #Part 16
62
Season 2 #Part 17
63
Season 2 #Part 18
64
Season 2 #Part 19
65
Season 2 #Part 20
66
Season 2 #Part 21
67
Season 2 #Part 22
68
Season 2 #Part 23
69
Season 2 #Part 24
70
Season 2 #Part 25
71
Season 2 #Part 26
72
Season 2 #Part 27
73
Season 2 #Part 28
74
Season 2 #Part 29
75
Season 2 #Part 30
76
Season 2 #Part 31
77
Season 2 #Part 32
78
Season 2 #Part 33
79
Season 2 #Part 34
80
Season 2 #Part 35
81
Season 2 #Part 36
82
Season 2 #Part 37
83
Season 2 #Part 38
84
Season 2 #Part 39
85
Season 2 #Part 40
86
Cuap-cuap Author
87
Season 2 #Part 41
88
Season 2 #Part 42
89
Season 2 #Part 43
90
Season 2 #Part 44
91
Season 2 #Part 45
92
Haiiiiiii!!!!
93
Season 2 #Part 46
94
Season 2 #Part 47
95
Season 2 #Part 48
96
Pengumuman Hiatus
97
Haloo!!
98
Season 2 #Part 49
99
Season 2 #Part 50
100
Season 2 #Part 51
101
Season 2 #Part 52

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!