Part 6

"Papamu itu baik sekali. Mau menerima mamamu meskipun tahu ia sudah mengandung anak dari laki-laki lain." Kalimat yang cukup membuat jantungku bak tersambar petir.

"Hah? Maksud Bapak apa?"

"Yah, sarapan dulu!" Suara Ibu terdengar dari dapur.

"Nanti kita ngobrol lagi, ya!" ucap Pak Agung seraya berdiri dari tempat duduknya.

"T--tapi, Pak--" Aku berusaha menahan, sayangnya bersamaan dengan itu Irvan muncul dari balik pintu. Ia sudah berpakaian rapi, sepertinya kaos berkerah itu adalah seragamnya.

"Mbak, ayo sarapan!" ajak Irvan.

"Eh, iya, Mas." Aku meletakkan sapu dan kemudian masuk.

Suasana hangat sangat terasa di sini. Seketika aku merindukan saat-saat bersama Papa. Aku ikut tersenyum merasakan kekeluargaan ini. Usai sarapan, keluarga ini semuanya pergi bekerja. Pak Agung pergi ke kantor desa, Irvan ke koperasinya, dan Ibu ke pasar.

"Mbak Lena mau ikut Ibu? Dari pada di rumah sendirian." Ibu menawarkan.

"Ibu mau ke mana?"

"Ke pasar, kan, Ibu kerja di pasar."

'Kalau tidak ikut, aku mau ngapain di rumah? Bahkan aku tidak membawa ponsel,' batinku.

"Ya udah, Lena ikut, Bu."

Akhirnya aku ikut ibu ke pasar. Tidak jauh dari rumah, mungkin 300 meter saja. Awalnya aku berpikir Ibu menjaga toko kelontong atau pakaian, tapi ternyata tidak. Aku diajak ke sebuah toko yang cukup besar untuk ukuran di desa. Tokonya terdiri dari dua bilik. Bagian kanan menjual bahan dan perlengkapan untuk membuat kue. Lalu yang kiri menjual perlengkapan sekolah.

"Ini toko Ibu?" tanyaku takjub.

"Yah, investasi kecil-kecilan, Mbak. Daripada gak ada kerjaan," ujarnya kemudian tertawa sambil menyusun pewarna makanan di etalase. Investasi kecil katanya?

Kalau kuamati, luasnya ada 70 m², untuk 2 bilik toko. Pegawainya lumayan banyak. Ibu datang hanya untuk mengecek saja. Hmm, rumah yang sederhana seperti itu, sangat tidak menyangka kalau punya toko sebesar ini. Berbeda denganku. Memiliki mobil dan rumah yang cukup bagus, tapi tidak punya uang yang bisa berputar sendiri.

"Bu, ada yang bisa Lena bantu?"

"Eh, gak usah! Nanti capek. Biar pegawai sini aja yang kerja."

"Jangan khawatir, Bu! Lena bisa kok kalau sekedar nyusun dagangan di etalase atau bantu packing."

"Ya sudah, duduk dulu saja. Amati cara kerja mereka. Nanti baru bantu," saran Ibu. Aku mengangguk mengerti.

Kemudian duduk di salah satu kursi pengunjung. Semua bekerja dengan cekatan. Banyak sekali pembelinya. Aku ingat rumah, di rumah mama sering membuat kue. Aku masih ingin pulang dan bekerja lagi, tapi aku tidak ingin tinggal di rumah. Aku harus tinggal di mana?

"Alena?" Seseorang membuyarkan lamunanku. Aku mendongak ke arahnya.

"Hm?" Aku mengernyitkan dahi. Berusaha mengingat nama orang yang tadi menyebut namaku.

"Aku Radit, gak ingat?" Ia memperkenalkan diri.

"Radit?" Aku berpikir sejenak dan kemudian ingat, "Aahh! Radityo?"

"Akhirnya kamu ingat juga. Ngapain disini? Rumahmu daerah sini? Kok aku gak pernah lihat." Ia memulai pembicaraan kami.

"Yah, aku tinggal di desa D. Aku sedang berkunjung ke rumah saudara," ujarku bohong. Radit mantan gebetanku waktu SMA. Sudah lama sekali. Ia memang tidak setampan dulu, tapi ia terlihat dewasa dan menenangkan. Jantungku sedikit bergejolak.

"Oh begitu, mampirlah sesekali! Rumahku gak jauh dari sini," tawarnya.

"Ah, iya." Aku tersenyum melihatnya masih begitu ramah padaku. "Kamu cari apa? Istrimu mau membuat kue?"

"Hahaha!" Ia tertawa. "Istri siapa, Len, Len? Aku masih membujang."

"Eh? Aku gak percaya." Mana mungkin aku percaya, dulu dia selalu bergonta-ganti pasangan.

"Apa kamu mau menjadi istriku?" Pertanyaan yang membuat jantungku semakin menggila. Wajahku merona.

"Jangan g*la! Sudah sana beli yang kamu butuhkan!" usirku malu-malu.

"Aku minta kontakmu dong! Mungkin kita bisa lebih dekat lagi." Kedipan matanya membuatku salah fokus dan melirik sinis.

"Aku gak akan mempan dengan rayuan gombalmu lagi, Dit!" tegasku. Mulutku bicara begitu, tapi rasanya sedang tumbuh bunga-bunga di hati.

"Ayolah, aku minta kontakmu! Mungkin saja kita bisa bertemu lagi. Iya, kan?"

"Tapi aku gak membawa ponsel ke sini dan aku gak tau kapan pulang ke rumah."

"Alasan saja kamu, Len. Masih cuek aja seperti dulu," ujarnya. Aku memutar bola mata dan mengangkat satu sisi ujung bibirku.

"Baiklah, tapi aku gak tahu akan pulang kapan."

"Gak masalah. Aku siap nunggu kok," ucapnya kemudian memberikan ponselnya padaku. Dia masih pandai memikat ternyata. Kuketikkan nomor teleponku di sana, lalu kukembalikan lagi. Kami mengobrol beberapa hal sampai lupa waktu.

"Ah aku lupa, ibuku menunggu belanjaannya. Aku pulang dulu, ya! Sampai bertemu lagi!" Ia tersenyum kemudian beranjak memilih belanjaannya.

Aku duduk sembari memperhatikannya. Rasanya kesasar ini bukan tanpa alasan. Aku bisa bertemu Radit lagi, bisa bertemu keluarga Pak Agung. Yah, walaupun aku tidak tahu ini akan berakhir baik atau tidak.

Mendekati jam makan siang, Ibu mengajakku pulang. Malamnya, sebelum tidur kupandangi langit-langit kamar. Aku merindukan kamarku, tapi aku tidak ingin bertemu Mama. Kupejamkan mata dan menghirup nafas dalam-dalam lalu kuhempaskan lagi perlahan.

"Astaga!" pekikku, tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Aku langsung bangun dan duduk. Aku lupa masih punya pekerjaan yang besok harus aku bawa ke kantor. Aku harus segera pulang, tapi sekarang sudah larut. Bagaimana ini? Aku keluar kamar, barangkali Irvan belum tidur. Dan benar, ia masih duduk di depan TV menonton film action.

"Loh, Mbak belum tidur?" tanyanya.

"Belum, Mas." Aku duduk di kursi yang berseberangan dengannya. "Mas, akses ke desa D biasanya naik apa, ya?"

"Dari sini sih naik motor atau sepeda, Mbak. Setelah sampai di perbatasan baru bisa naik mobil. Kalau mau naik motor sampai rumah juga gak masalah. Mbak mau pulang?"

"Iya, Mas. Saya lupa kalau ada pekerjaan yang harus di serahkan ke kantor besok."

"Ya sudah, besok saya pinjam motor teman. Nanti saya yang antar."

"Eh, Mas. Gak perlu! Mas tunjukin aja jalannya, nanti saya pulang sendiri."

"Yakin gak tersasar ke hutan lagi?" Nadanya datar, tapi aku merasakan ada ledekan di sana.

"Mas ...." ucapku singkat, tapi ia paham. Ia langsung tertawa. Ah, manisnya.

"Maaf! Maaf! Aku hanya bercanda. Biar aku saja yang mengantar. Barangkali lain waktu bisa bertemu lagi, kan?" Kemudian dia tersenyum lagi. Aku mengangguk setuju.

"Baik, Mas. Terimakasih banyak ya!" Ia hanya mengangguk dan aku kembali ke kamar.

..

"Ini rumah saya, Mas, tapi saya gak yakin bisa bertahan disini lagi. Mungkin saya akan pindah rumah," ujarku setelah turun dari motor.

"Kabari saja kalau butuh sesuatu."

"Iya, Mas. Terima kasih banyak. Mau mampir dulu?" Aku menawarkan meskipun aku berharap dia menolak. Bukan tidak ingin, hanya saja kondisi rumah sedang tidak memungkinkan untuk menerima tamu. Aku hanya akan mengambil dokumen kemudian berangkat ke kantor.

"Gak usah, Mbak. Saya harus kerja. Saya langsung saja, ya?" pamit Irvan, aku mengiyakan. Tak lupa berpesan agar ia berhati-hati sepanjang jalan.

Dengan berat hati aku membuka pintu rumah. Mama yang sedang duduk di sofa langsung berhambur memelukku. Aku terkejut. Ada sedikit rasa rindu terselip, tapi rasa benciku padanya jauh lebih besar.

"Lena, kamu dari mana aja? Kamu baik-baik aja kan? Maafkan Mama ya, Len!" Mama memelukku kuat-kuat. Aku tidak paham apa yang aku rasakan. Aku membeku, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Kulepaskan pelukan Mama dan masuk ke kamar. Mama masih mematung di tempatnya, tapi dia tidak menangis.

Aku hanya mengambil dokumen yang diperlukan kemudian berganti pakaian dan memakai make-up tipis. Lalu aku berangkat ke kantor tanpa berpamitan. Ah sial! Mobilku masih di bengkel. Akhirnya aku memesan taksi online.

Sepanjang jalan, aku memeriksa ponselku. Ada beberapa panggilan tak terjawab, mungkin Mama tidak sadar kalau kemarin aku tidak membawa ponsel. Selain pesan grup kantor, ada pesan lain yang aku tahu itu dari siapa meskipun aku belum menyimpan nomornya.

[ Hai, Alena! Pastikan kamu menyimpan nomor ini ya! Aku setia menunggu balasan darimu. ]

Pesan singkat itu mampu membuatku tersenyum sendiri. Astaga! Rasanya aku memang sudah g*la.

Terpopuler

Comments

...

...

habis gelap terbit lah terang

2020-09-10

1

nabiLa nur andini

nabiLa nur andini

lsnjut.

2020-09-05

1

Tumin Neng

Tumin Neng

mulai menarik

2020-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 Pengumuman
45 Season 2 #Part 1
46 Season 2 #Part 2
47 Season 2 #Part 3
48 Season 2 #Part 4
49 Season 2 #Part 5
50 Season 2 #Part 6
51 Season 2 #Part 7
52 Season 2 #Part 8
53 Season 2 #Part 9
54 Season 2 #Part 10
55 Visual Cast
56 Season 2 #Part 11
57 Season 2 #Part 12
58 Season 2 #Part 13
59 Season 2 #Part 14
60 Season 2 #Part 15
61 Season 2 #Part 16
62 Season 2 #Part 17
63 Season 2 #Part 18
64 Season 2 #Part 19
65 Season 2 #Part 20
66 Season 2 #Part 21
67 Season 2 #Part 22
68 Season 2 #Part 23
69 Season 2 #Part 24
70 Season 2 #Part 25
71 Season 2 #Part 26
72 Season 2 #Part 27
73 Season 2 #Part 28
74 Season 2 #Part 29
75 Season 2 #Part 30
76 Season 2 #Part 31
77 Season 2 #Part 32
78 Season 2 #Part 33
79 Season 2 #Part 34
80 Season 2 #Part 35
81 Season 2 #Part 36
82 Season 2 #Part 37
83 Season 2 #Part 38
84 Season 2 #Part 39
85 Season 2 #Part 40
86 Cuap-cuap Author
87 Season 2 #Part 41
88 Season 2 #Part 42
89 Season 2 #Part 43
90 Season 2 #Part 44
91 Season 2 #Part 45
92 Haiiiiiii!!!!
93 Season 2 #Part 46
94 Season 2 #Part 47
95 Season 2 #Part 48
96 Pengumuman Hiatus
97 Haloo!!
98 Season 2 #Part 49
99 Season 2 #Part 50
100 Season 2 #Part 51
101 Season 2 #Part 52
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
Pengumuman
45
Season 2 #Part 1
46
Season 2 #Part 2
47
Season 2 #Part 3
48
Season 2 #Part 4
49
Season 2 #Part 5
50
Season 2 #Part 6
51
Season 2 #Part 7
52
Season 2 #Part 8
53
Season 2 #Part 9
54
Season 2 #Part 10
55
Visual Cast
56
Season 2 #Part 11
57
Season 2 #Part 12
58
Season 2 #Part 13
59
Season 2 #Part 14
60
Season 2 #Part 15
61
Season 2 #Part 16
62
Season 2 #Part 17
63
Season 2 #Part 18
64
Season 2 #Part 19
65
Season 2 #Part 20
66
Season 2 #Part 21
67
Season 2 #Part 22
68
Season 2 #Part 23
69
Season 2 #Part 24
70
Season 2 #Part 25
71
Season 2 #Part 26
72
Season 2 #Part 27
73
Season 2 #Part 28
74
Season 2 #Part 29
75
Season 2 #Part 30
76
Season 2 #Part 31
77
Season 2 #Part 32
78
Season 2 #Part 33
79
Season 2 #Part 34
80
Season 2 #Part 35
81
Season 2 #Part 36
82
Season 2 #Part 37
83
Season 2 #Part 38
84
Season 2 #Part 39
85
Season 2 #Part 40
86
Cuap-cuap Author
87
Season 2 #Part 41
88
Season 2 #Part 42
89
Season 2 #Part 43
90
Season 2 #Part 44
91
Season 2 #Part 45
92
Haiiiiiii!!!!
93
Season 2 #Part 46
94
Season 2 #Part 47
95
Season 2 #Part 48
96
Pengumuman Hiatus
97
Haloo!!
98
Season 2 #Part 49
99
Season 2 #Part 50
100
Season 2 #Part 51
101
Season 2 #Part 52

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!