Enam Belas

Syafiq telah sampai di kantor tempat istrinya bekerja. Lelaki itu segera melangkahkan kaki kearah parkiran. Saat hendak masuk ke dalam mobil istrinya, seorang pria pun menghampiri Syafiq.

Dengan memperlihatkan senyuman simpul, Syafiq pun mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil Deviana. Tangan lelaki itu terulur ketika Syafiq hendak bersalaman kepadanya.

"Pak, Irvan."

"Pak, Syafiq ... Ada yang ketinggalan di kantor saya?" tanya lelaki itu.

"Enggak, Pak. Tadi Ana pulang bersama saya. Sekarang saya mau ambil mobil Ana di sini."

Irvan menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Bapak tau ... Ana sangat rajin di sini, dia begitu aktif. Saya suka sama dia."

"Ha! Maksud Bapak gimana?"

"Iya ... Saya suka, Ana juga tau kalau saya cinta sama dia." Irvan pun menepuk pundak Syafiq. "Dari pembicaraan kita tadi pagi, itu artinya Bapak dan Ana terpaksa menikah."

"Enggak ... Saya sama sekali nggak terpaksa menikah dengan istri saya."

"Lalu bagaimana dengan, Ana?" Irvan menaikkan sebelah alis matanya.

"Begini ... Eummm, saya mau tanya sesuatu. Selain bekerja sama dengan saya tentang bisnis. Anda mau apa membahas Ana?"

"Saya mau ceraikan dia untuk saya."

Di bawah sana Syafiq mengepalkan telapak tangannya.

"Jangan menggunakan kekerasan, Pak. Semua orang tau anda dan Ana menikah tanpa dasar cinta." Ucap Irvan setelah ia sekilas menoleh kearah bawah.

Lelaki itu menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Coba saja kalau bisa, di terima atau enggak. Anda akan berurusan dengan saya." Ucap Syafiq dengan tatapan tajam.

"Kalau saya berhasil, kerjasama kita akan diputuskan dan semua saham anda akan berada di tangan saya. Kalau saya gagal, maka kembalikannya. Bagaimana? Deal?"

Syafiq tersenyum simpul, kemudian ia menepuk pundak lelaki itu. "Bekerjalah secara profesional kawan. Urusan ini tidak ada kaitannya dengan bisnis kita."

Syafiq pun masuk ke dalam mobil dan langsung berlalu pergi begitu.

"Sialan! Bodoh banget sih, kenapa aku harus ngucapin itu." Kesal Irvan pada dirinya sendiri.

[] [] []

Syafiq telah sampai di rumah mertuanya, bersamaan dengan itu Deviana juga tiba. Tatapan Syafiq tajam kearah istrinya membuat wanita itu mengernyitkan keningnya. Pria itu menghampiri sang istri ketika sudah keluar dari dalam mobil. Ia pun segera menggenggam tangan Deviana.

"Syafiq, lepas! Tangan aku sakit tau."

"Aku mau kamu berhenti bekerja. Aku bisa menafkahi kamu."

"Apaan sih, lepasin tangan aku."

"Ana ... Terima aku sebagai suami mu."

"Berapa kali aku bilang, aku nggak akan pernah menerima pernikahan ini."

Deviana menginjak kaki Syafiq, setelah ia terlepas, wanita itu pun berlalu pergi begitu saja.

"Ana!!!" Panggil Syafiq menyusul sang istri.

Pertengkaran itu disaksikan langsung oleh Ambar yang sedang berada di ruang tamu. Dia pun beranjak dari tempat duduknya menghampiri Syafiq.

"Syafiq, kenapa ini?"

"Mama." Lirihnya.

"Kamu bertengkar sama Ana?"

"Mama nggak usah panik ya. Syafiq ke kamar dulu." Ucapnya.

Ambar tidak berdiam diri begitu saja. Perlahan-lahan ia menyusul Syafiq dari arah belakang. Dia hanya ingin tau permasalahan anak dan menantunya itu.

"Kamu selingkuh sama Pak Irvan?"

"Selingkuh apaan sih. Kamu nggak usah nuduh orang deh."

Syafiq mendekati Deviana yang sedang duduk di kursi meja rias. "Jangan kamu pikir aku akan diam aja, Ana. Kamu harus sadar, kamu itu udah nggak suci lagi. Cuma aku yang mau menikahi kamu."

Deviana kembali tersulut emosi saat Syafiq berkata seperti itu. "Kamu!"

"Apa? Kamu mau nampar aku?" tanya Syafiq yang sudah menahan tangan Deviana.

Lelaki itu pun menepis lengan istrinya dan berbisik. "Aku baru sadar sekarang. Bisa-bisanya kamu selingkuh sama Pak Irvan dengan posisi kamu yang udah menjadi istriku. Itu artinya apa? Kamu memang wanita murahan."

"Pantes aja kamu udah nggak suci lagi. Berapa banyak pria yang udah meniduri kamu?"

Napas Deviana terasa sesak mendengar tuduhan itu lagi. Semuanya karena ulah Syemir, mungkin sebentar lagi orangtuanya akan mengetahui hal itu.

"Ceraikan aku sekarang juga!!!"

"Ana!!!"

Pintu terbuka lebar memperlihatkan seorang wanita paruh baya. Ambar pun berjalan mendekati kedua orang itu dengan tatapan yang begitu tajam.

Plak!

Syafiq mendapatkan tamparan dari mertuanya karena melindungi sang istri. Dengan perlahan Ambar menggelengkan kepalanya.

"Sya-Syafiq, maafin Mama. Kenapa kamu melindungi Ana? Dia udah sering kurang ajar sama kamu."

"Nggak ada yang boleh memukul istri Syafiq, Ma. Sekalipun orang tua kandungnya."

"Syafiq tolong! Jangan bermuka dua di depan Mama." Ucap Deviana. "Mama tau, Syafiq ini munafik."

"Ana diam!"

"Mama ... Izinkan Syafiq menyelesaikan permasalahan rumah tangga kami. Syafiq mohon."

"Tapi, Nak—"

"Ma ... Percaya sama Syafiq."

Ambar menghembuskan napasnya dengan perlahan. Kemudian ia mengusap bahu lelaki itu.

"Mama jangan khawatir ... Syafiq nggak akan pernah mengangkat tangan sama istri Syafiq sendiri."

"Atas nama Ana, Mama minta maaf."

"Jangan, Ma. Mama nggak salah." Ucap Syafiq.

"Ana ... Kamu benar-benar udah mempermalukan Mama." Ucapnya dan langsung berlalu pergi.

"Kamu lihat, Syafiq. Kamu seneng 'kan di depan ku Mama minta maaf sama kamu."

Syafiq pun menarik tangan Deviana dan menghempaskan wanita itu di atas ranjang. Kemudian ia melepaskan kancing bajunya yang paling atas.

"Syafiq ... A-aku mohon jangan. Kamu jangan kurang ajar ya!"

"Kamu udah terlalu berlebihan, Ana. Kamu pikir aku nggak punya harga diri ha?"

Syafiq naik ke atas ranjang dan mengunci pergerakan wanita itu.

"Apa yang kamu takutkan? Bukannya kamu udah melakukannya dengan lelaki lain?" tanya Syafiq menatap lekat wajah Deviana.

"Hiks ... Aku mohon jangan, aku nggak mau Syafiq."

Tiba-tiba saja Deviana ketakutan, bahkan ia tidak berani menatap suaminya karena ekspresi lelaki itu sungguh serius.

"Lihat aku, Ana!!!" bentak Syafiq.

"Jangan, hiks ... Aku mohon jangan sentuh aku."

Syafiq membelai wajah Deviana membuat sang istri semakin menangis. "Kamu harus mengandung anakku."

"Aku nggak mau, hiks."

Kemudian Syafiq merebahkan tubuhnya di samping Deviana. Wanita itu sudah menangis sejadi-jadinya. Dia pun memiringkan tubuhnya membelakangi sang suami sambil meringkuk seperti udang.

"Ana."

"Aku takut ... hiks ..."

"Asal kamu tau aja, aku menerima dirimu dengan segala masa lalu mu. Tapi kenapa kamu nggak pernah menghargai aku, Ana?"

Syafiq pun mengusap kepala sang istri. "Aku mau kamu menerima aku. Kita akan membuat keluarga yang penuh dengan cinta."

"Aku nggak mau. Aku benci kamu, hiks ..."

"Maafin aku. Aku nggak bermaksud kasar tadi. Tapi aku nggak suka kamu berhubungan dengan Pak Irvan."

"Apa yang membuat kamu nggak seneng, hiks? Kita berdua nggak memiliki perasaan apapun."

"Aku cemburu. Aku cinta sama kamu." Ucap Syafiq berbohong.

Pria itu hanya mencoba meyakinkan Deviana agar pernikahan mereka tidak akan kandas. Sampai sekarang pun Syafiq masih mencoba untuk mencintai Deviana.

"Cukup, Syafiq. Jangan mempermainkan aku seperti yang dilakukan Emir. Kamu harus sadar aku ini udah nggak suci lagi."

Syafiq pun memiringkan tubuhnya dan memeluk pelan sang istri. Deviana sama sekali tidak melakukan perlawanan apapun.

"Aku akan membuat kamu bahagia. Itu janji ku."

Cup!

Deviana melepaskan pelukan itu setelah Syafiq mengecup kepalanya. Tanpa menoleh kearah Syafiq ia pun memberikan jarak diantara keduanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!