"Aku minta maaf."
"Ha! Ma-maksu kamu apa?" tanya Deviana.
Saat ini pasangan suami istri pengantin baru itu berada di dalam mobil Syafiq. Mereka masih belum pergi dari rumah tersebut.
"Aku nggak tau masalah kamu apa sama Emir. Tapi atas nama Emir aku minta."
"Kamu pasti seneng 'kan aku di tuduh seperti itu sama dia?"
"Ya Tuhan ... Apalagi yang kamu nggak senang sama aku, Ana? Kenapa kamu terus nuduh aku yang enggak-enggak." Ucap lelaki itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Bahkan aku membela kamu! Aku memukul saudara ku tanpa berpikir lagi demi melindungi kehormatan istriku!"
"Tapi apa yang aku dapat?" Syafiq pun meneteskan air matanya. "Aku udah melindungi kamu dari orang yang kamu benci. Tapi tetap aja kamu menyalahkan aku."
"Hidung kamu." Lirih Deviana.
Wanita itu mengambil tissue dan segera mengusap noda darah yang mengalir di hidung suaminya.
"Sekarang beritahu aku! Apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa menerima aku?"
"Cerai."
"Berapa kali aku bilang, kita nggak akan cerai." Ucap pria itu dengan tegas. "Aku berjanji. Aku bakalan membuat kamu jatuh cinta sama aku. Pegang janji ku itu, Ana."
"Syafiq—"
"Ana!" Ucap Syafiq memotong perkataan istrinya. "Kalau kamu memang mau balas dendam sama Emir melalui aku. Bunuh aku sekarang."
"Kamu gila!"
"Iya! Aku tergila-gila sama kamu. Lebih baik kamu bunuh aku. Aku akan pastikan kamu terhindar dari masalah hukum."
"Aku nggak sejahat itu."
"Kalau jadi jahat, jangan tanggung-tanggung."
Syafiq memeriksa isi dalam mobilnya, ia pun menemukan benda tajam. Dengan sekuat tenaga Syafiq menarik tangan Deviana dan memberikannya pada sang istri.
"Cepat bunuh aku!"
"Jangan, Syafiq. Nanti kamu bisa terluka."
"Bunuh aku, Ana!" Syafiq pun masih memaksa Deviana untuk melakukan hal itu.
"Lepasin, Syafiq."
"Bunuh aku supaya dendam mu terbalaskan."
"Aw! Sya-Syafiq." Lirih Deviana.
Tangan lelaki itu akhirnya terkena benda tersebut, sedikit ada goresan membuatnya mengeluarkan darah.
"Tuh 'kan! Aku udah bilang jangan tapi kamu bandel."
Lagi Deviana mengambil selembar tissue. "Kita ke rumah sakit ya."
Syafiq hanya memperhatikan gadis itu tanpa sepatah katapun.
"Syafiq! Jangan diam aja."
"Lihat, aku rela terluka demi mengambil hati mu. Aku yakin kamu orang baik." Ucap Syafiq dalam hatinya.
"Kita masuk ke dalam dulu."
"Tapi, di dalam ada—"
Deviana pun keluar dari dalam mobil,. kemudian ia menarik tangan Syafiq agar keluar juga dari dalam sana.
"Kita pulang aja. Aku nggak mau Emir bikin kamu marah lagi."
"Lama, Syafiq."
Alhasil lelaki itu mengikuti langkah suaminya, betapa senangnya hati Syafiq karena Deviana terlihat peduli kepadanya.
"Lho ... Kalian datang lagi." Ucap Andro.
"Syafiq! Tangan kamu kenapa?" tanya Putri.
"Umi sama Ayah tenang aja, Syafiq nggak apa-apa kok." Ucap Deviana tiba-tiba.
Dia pun merangkul lengan Syafiq sambil memandang kearah Syemir. "Aku akan membuat kamu sakit hati. Adik mu ini sangat tergila-gila kepada ku. Aku akan menyiksa dia terus-terusan." Batin wanita itu.
"Sialan kamu, Ana. Aku menghindari kamu karena aku nggak mau dapat bekas orang. Tapi kamu malah mempermainkan kehormatan adik ku." Ucap Syemir dalam hatinya sambil menatap Deviana dengan tajam sekali.
"Kamar kamu di mana?" tanya Deviana.
"Di sana." Jawab Syafiq sambil menunjuk salah satu ruangan.
"Kami permisi dulu, Umi."
"Ini semua ulah kamu lagi 'kan?" tanya Syemir. "Kamu memang—"
"Emir!" Andro pun menahan pergerakan anak sulungnya.
Pasangan pengantin baru itu pun berlalu pergi begitu saja. Syemir sangat kesal karena dihadapannya sendiri adiknya terluka akibat ulah mantan calon istrinya.
[] [] []
Syafiq memperhatikan Deviana yang sedang mengobati lukanya. Tidak terasa air matanya kembali menetes.
"Kamu kenapa nangis? Sakit ya?"
"Kamu tau apa ... Dulu, aku pernah membayangkan hal seperti ini. Di mana istriku nggak akan membiarkan aku terluka sedikitpun. Dan hari ini kamu melakukan hal itu."
"Aku masih sadar dengan apa yang semuanya terjadi. Tapi yakinlah, sedikitpun aku nggak pernah berpikiran buruk tentang kamu." Ucap pria itu.
"Syafiq, kamu harus tau semuanya. Apa yang dibilang Emir itu—"
"Ana ... Sekarang Emir udah mencintai orang lain. Apa kamu akan terus seperti ini? Membiarkan hidup mu kacau hanya karena orang itu nggak sayang sama kamu."
"Emir membatalkan pernikahan kami karena dia tau masa lalu ku."
"Boleh aku meminta sesuatu sama kamu?" tanya Syafiq. "Izinkan aku bahagia bersama istriku ini."
"Kamu nggak akan tersiksa, Ana. Kamu hanya menghitung hari untuk melihatku pergi selamanya."
"Ja-jadi kamu akan menceraikan aku?" tanya Deviana mulai merasa senang.
Syafiq menggeleng dengan perlahan. "Aku sakit ... Semua orang nggak tau gimana keadaan ku sekarang. Saat ini aku menggantungkan kebahagiaan ku dengan istriku."
"Bagus dong, semoga kamu cepat mati. Dan jangan harap aku akan membahagiakan kamu."
Syafiq tersenyum simpul. "Tumor hati, itu penyakit yang sedang aku alami."
"Syafiq, Syafiq. Kamu pikir aku akan percaya? Kamu udah terlalu sering ngerjain aku." Ucap gadis itu.
"Suatu saat kamu akan mengerti kalau aku benar-benar ikhlas menikahi kamu."
[] [] []
Sementara di luar tepatnya di ruang tamu, Putri masih mengintrogasi putra pertamanya. Dia tidak suka dengan tuduhan itu kepada menantunya.
"Apa kamu nggak punya otak sampai kamu nuduh Ana seperti itu."
"Umi sama Ayah harus percaya sama Emir."
"Kamu punya bukti apa?" tanya Andro. "Ucapan kamu itu bisa aja nyakitin hati Syafiq. Kamu harus hati-hati sama dia."
"Itu yang Emir maksud, Ayah ... Emir nggak nyangka malah Syafiq yang mendapatkan bekas orang itu."
"EMIR!!!"
Syafiq berlari kearah ruang tamu dan menghampiri semua orang. Dia menarik kerah baju Syemir dan kembali meluangkan pukulan.
Bugh!
"Kamu benar-benar kurang ajar!!!"
Syafiq terus saja memukuli Syemir hingga sang ayah harus turun tangan untuk melerai pertikaian itu. Dari arah kejauhan seorang wanita tersenyum simpul.
"Pukul terus, aku nggak perlu capek-capek melakukan itu. Kamu memukul Abang mu dan aku menyiksa dirimu. Dengan begitu kalian berduanya mendapatkan celaka."
"Syafiq cukup!" bentak Andro.
Emir harus dapat pelajaran setimpal! Dari dulu dia terus menyusahkan Syafiq, Yah."
Bugh!
Syemir sama sekali tidak melawan, hanya saja ia mencoba menghindar. Karena baginya pukulan Syafiq tidak seberapa sakit dibandingkan masalah yang ia perbuat hingga merugikan saudaranya itu.
"Syafiq!!!"
Plak!
"Ayah bilang cukup!" Ucap lelaki itu setelah menampar wajah Syafiq.
Deviana pun segera menghampiri orang-orang tersebut setelah pertengkaran berhenti. "Ayah kenapa nampar Mas, Syafiq? Mas Syafiq nggak salah dalam hal ini."
Syafiq pun menoleh kearah istrinya, betapa senangnya hati pria itu saat sang istri membelanya.
"Ayah bukan membela, Emir. Tapi dengan cara seperti ini Ayah bisa menghentikan dia."
"Mas nggak apa-apa?" tanya Deviana mengusap wajah suaminya.
"Enggak." Syafiq pun menatap saudara kandungnya itu. "Aku tau Ana nggak suci. Tapi aku nggak akan melepaskan dia. Aku nggak akan biarin dia sendiri. Dia adalah istriku."
"Sa-Syafiq." Lirih Putri. "Jadi yang di bilang Emir itu benar?"
"Iya! Emir nggak berhak merendahkan istriku, termasuk Umi dan Ayah. Aku akan menerima segala bentuk kekurangan istriku."
"Syafiq melawan orangtuanya demi aku." Batin Deviana. "Enggak, Ana. Jangan terpengaruh."
"Ayah, Umi. Tadi Syafiq mau nginap di sini. Tapi kayaknya situasi lagi nggak pas. Kami pamit dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments