Tiga Belas

"Syafiq nggak makan?" tanya Ambar.

"Eummm ... Sebentar, Ma. Ana panggil dulu."

Deviana pun berlalu pergi, hatinya tidak tulus untuk memanggil suaminya. Hanya saja ia akan mengikuti tingkah laku pria itu seperti yang di dikatakan oleh Syafiq sendiri, yaitu bermuka dua.

"Tumben dia mau?" tanya Kamal memperhatikan gadis itu pergi dari hadapan mereka.

"Fiks ... Abang sama Kakak udah punya perasaan. Jadi Mama dan Papa nggak usah khawatir, sebentar lagi akan ada suara tangisan bayi di rumah kita."

"Kamu ya! Jangan ngomong gitu, nanti Kakak mu marah." Ujar Ambar.

"Kita tunggu mereka. Aku nggak yakin kalau Ana benar-benar mengajak Syafiq untuk makan."

Perkiraan mereka semuanya salah, Deviana mulai memasuki kamarnya. Di sana ia tidak melihat adanya Syafiq. Kemudian ia mendekati kearah kamar mandi.

Saat Deviana hendak membuka pintu, seorang lelaki keluar dari dalam sana. Deviana kaget hingga ia memukul lengan suaminya.

Plak!

"Iiih, aku kaget tau."

"Kamu aneh ya. Padahal aku nggak ngapa-ngapain tapi kamu marah." Syafiq mulai memajukan tubuhnya mendekati Deviana membuat gadis itu khawatir.

"Ja-jangan macam-macam kamu."

Lelaki itu malah tersenyum. "Kenapa sayang? Aku ini suami mu, apa salahnya aku macam-macam sama kamu?" tanyanya.

"Berbagai macam juga bisa aku lakukan. Selagi itu masih dalam hal positif." Ucap Syafiq. "Atau kamu mau kita melakukan hal lain supaya kamu positif?"

Lelaki itu mengedipkan satu matanya membulat Deviana merinding. Dia pun mendorong bahu Syafiq. "Jangan gatel deh."

"Memangnya salah ya aku gatel sama istriku sendiri?"

"Aku baru sadar sekarang kenapa sikap kamu seperti ini. Kamu sering bermain perempuan ya?"

"Iya ... Kenapa, kamu nggak suka?" tanya Syafiq setelah berbohong.

"Dasar! Laki-laki semuanya sama aja."

"Dasar wanita murahan. Semua laki-laki dicoba, pantesan ditinggal."

"Jaga ucapan kamu, Syafiq!" Ucap Deviana menunjuk lelaki itu.

Dengan penuh kelembutan Syafiq pun meraih telapak tangan Deviana dan menuntunnya untuk mengusap wajahnya.

Cup!

Tanpa disangka Syafiq mengecup telapak tangan gadis itu. "Aku minta maaf dengan ucapan ku. Tapi kamu harus sadar. Perilaku yang kita terima dari orang lain tergantung sikap kita kepadanya."

"Kamu nuduh aku kurang ajar sama kamu?"

"Ya!"

"Iiih ... Kamu ngeselin banget sih!"

"Tapi kamu sayang 'kan?"

"Najis! Sekarang ayo keluar. Mama sama Papa panggil, mau makan."

"Sebentar, ada nyamuk di wajah kamu."

"Kamu mau mukul aku?" tanya Deviana.

"Jangan gerak, biar aku tangkap nyamuknya."

Deviana pun hanya mengikuti instruksi dari suaminya, ia takut lelaki itu akan menamparnya.

Cup!

Deviana membulatkan matanya, ternyata lelaki itu berbohong. Saat ini dia mengecup wajah suaminya. Syafiq terkekeh geli karena sudah berhasil mengerjai gadis itu.

"Terima kasih kecupannya, sayang." Syafiq langsung berlari dari hadapan Deviana.

Wanita itu masih terdiam, tangannya terulur untuk mengusap bibirnya sendiri. "A-aku nggak pernah mencium Emir."

Setelah itu Deviana menyusul suaminya keluar dari dalam kamar. Rasanya masih belum percaya dia sudah mengecup lelaki itu tanpa kemauannya sendiri.

"Ini dia pengantin baru. Papa pikir kamu nggak dipanggil sama Ana."

Deviana pun hadir ditengah-tengah mereka. Dia mengambil posisi duduk tepat di samping Syafiq.

"Di suruh panggil suami aja lama banget." Ucap Ambar.

"Kan Mas udah bilang tadi jangan manja-manja dulu, yang lain udah pada nungguin kita."

"Ha!" Deviana menatap Syafiq.

Semua orang kebingungan dengan suasana saat ini.

"Kamu jangan aneh-aneh deh. Nanti yang lain mikir kemana-mana." Ujar Deviana.

"Lho ... Kan emang bener kamu pengen manja-manja tadi."

"Mama sama Papa jangan senyum-senyum aja. Syafiq bohong!"

"Ya ampun, Kak. Itu udah ada buktinya di wajah Bang, Syafiq."

Deviana memutar bola mata malas, semua mata tertuju kepada gadis itu. Dia sangat malu dengan situasi sekarang. Sepertinya Syafiq memang sengaja melakukan hal di kamar tadi untuk membuatnya malu di depan keluarganya sendiri.

"Aw!"

"Kenapa Syafiq?"

"Ini, Ma. Pinggang Syafiq dicubit sama wanita cantik ini."

"Ya Tuhan ... Harusnya aku yang bikin dia kesal. Kenapa sekarang malah aku yang darah tinggi dibuat laki-laki ini." Batin Deviana.

Situasi makan siang berlangsung dengan baik, walaupun begitu Deviana tetap merasa malu kepada orangtuanya karena ulah sang suami.

"Oh, iya. Syafiq, kamu nggak bawa Ana ke rumah ketemu keluarga mu? Atau kalian nginap di sana."

"Ana nggak mau, Ma."

Deviana kaget dengan pengakuan suaminya. "Lho ... Aku nggak bilang gitu tau. Kamu 'kan nggak ngajak."

"Memangnya kamu mau aku ajak?" tanya Syafiq sambil senyum-senyum menatap istrinya.

"Kurang ajar si Syafiq. Sepertinya dia ngerjain aku." batin Deviana. "A-aku mau kok."

"Yakin mau?" tanya Syafiq memastikan. "Siapa tau di depan Papa Mama kamu bilang iya."

"Ya udah, setelah makan siang kita pergi."

"Oke!" Ucap Syafiq.

"Akhirnya kamu masuk dalam perangkap ku, Ana. Kamu itu gadis lugu, cuma sok tegas aja." Ucap Syafiq dalam hatinya.

[] [] []

"Emir ... Umi mau tanya sesuatu sama kamu."

Syemir pun menatap Putri dan menghentikan aktifitasnya menggenggam ponsel.

"Apa benar kamu sama Luna memang nggak melakukan apapun sampai kalian harus nikah mendadak gini?"

Lelaki itu menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Berapa kali Emir bilang sama, Umi. Pernikahan kami nggak ada kaitannya dengan hal buruk."

"Sekarang jelaskan sama kami alasan kamu membatalkan pernikahan dengan Ana."

"Udahlah ... Jangan kita bahas lagi." Ucap Andro. "Semuanya udah berlalu."

"Selagi kamu nggak bilang apa masalah kamu sama Ana. Jangan harap pernikahan kalian ini bisa Umi terima gitu aja."

"Emir membatalkan pernikahan karena Ana udah nggak suci lagi!"

Deg!

"Emir." Lirih seorang pria.

Semua orang berdiri saat mereka mendapati dua tamu yang ada di ambang pintu. Perlahan keduanya pun mendekat.

Bugh!

Satu pukulan mendarat di wajah Syemir membuat hidungnya mengeluarkan noda darah.

"Ja-jadi kamu membatalkan pernikahan kita karena itu?" tanya Deviana mulai berkaca-kaca.

"Iya! Kamu harus tau, aku nggak sudi punya istri yang udah nggak suci lagi. Mungkin aku nggak tau apa sebenarnya pekerjaan mu di luaran sana. Jangan-jangan kamu suka melayani lelaki hidung belang!"

"Emir!!!" Teriak Syafiq.

Tangan lelaki itu sudah berada di kerah baju Syemir. "Jangan pernah kamu bilang seperti itu sama istriku. Kalau nggak persaudaraan kita akan putus."

"Syafiq jangan gitu, Nak. Jangan emosi dulu." Ucap Putri mencoba menenangkan putra keduanya.

"Bicarakan dengan baik."

Plak!

Deviana sudah habis kesabaran hingga ia menampar wajah Syemir. "Kamu nggak tau apa-apa yang sebenarnya terjadi sama aku. Jangan kamu bilang seperti itu!"

"Kenapa? Kenyataannya begitu. Kelakuan mu kepada Syafiq udah membuktikan bahwa kamu bukan perempuan baik-baik."

Syafiq pun menggenggam tangan Deviana. Tatapan mereka bertemu ketika keduanya saling memandang.

"Ayah, Umi. Syafiq izin pulang dulu ... Siapapun yang menghina Ana, itu artinya dia menghina Syafiq."

"Syafiq sadar, Anak udah nggak gadis lagi. Kamu nggak cocok sama dia."

"Kamu!!!"

"Syafiq."

Syafiq terdiam untuk pertama kalinya Deviana menggenggam lengan. Deviana menggeleng pelan menatap suaminya.

"Jangan bertengkar. Kalau Emir beranggapan aku nggak suci, biarin. Jangan di perpanjang lagi."

Syafiq pun segera berlalu pergi menarik lengan istrinya. Kekesalan menjadi-jadi sampai dia tidak sadar pergi dari rumah itu tanpa berpamitan dengan kedua orangtuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!