Syemir dan istrinya telah sampai di rumah sakit. Lelaki itu menarik tangan sang istri agar mereka cepat-cepat masuk ke dalam sana.
"Aku nggak habis pikir sama kelakuan, Ana. Bisa-bisanya dia senekat itu sama Syafiq."
"Mas tenang dulu, jangan marah-marah. Ini rumah sakit tau." Ucap Luna mencoba menenangkan sang suami.
"Aku mau kasih pelajaran dia."
Keduanya melihat seorang lelaki remaja tengah berdiri di depan pintu ruangan. Dia adalah Agung adik kandung dari Deviana.
"Agung."
"Bang, Emir. "
"Di mana Ana? Aku akan kasih pelajaran dia karena udah mencoba menantang aku."
"Mas tenang. Ini rumah sakit. Jangan buat keributan."
"Kakak nggak mau ikut, Bang."
"Sialan! Sekarang gimana keadaan Syafiq?"
"Bang Syafiq masih tidur."
Pintu pun terbuka, dua orang paruh baya menatap tajam kearah Syemir dan wanita itu.
"Emir! Baru sekarang kamu menunjukkan muka mu?"
Kamal hendak menyerang lelaki itu tetapi tubuhnya langsung ditahan oleh sang istri. "Mas, udah. Kita lagi di rumah sakit. Lagian Syafiq masih tidur, jangan bikin keributan."
"Om, Tante ... Saya minta maaf untuk semuanya. Tapi kalian nggak bisa seperti ini. Dia adik saya, jangan hukum Syafiq atas sikap saya."
"Sekarang kamu sadar apa yang kamu lakukan?" tanya Kamal. "Syafiq seperti ini karena ulah kamu. Sekarang Ana dendam kepada Syafiq karena kamu."
"Aku nggak tau apalagi yang akan dilakukan Ana kepada suaminya yang enggak bersalah ini."
"Kalau Ana melakukan kesalahan lagi. Saya nggak bisa tinggal diam."
"Terus kamu apa? Kamu mau memukul anakku?"
"Om-"
Plak!
Kamal mulai lepas kendali, ia memberikan tamparan kepada lelaki itu. "Itu balasan karena kamu hampir saja mempermalukan keluarga kami."
"Mas, udah jangan di bahas lagi."
"Kamu!" Kamal menunjuk lelaki itu tepat di wajah Syemir. "Jangan kamu pikir kami akan melupakan hari pernikahan itu. Hari di mana kamu hampir mempermalukan keluarga saya."
"Om ... Aku ke sini mau lihat Syafiq. Aku nggak mau buat keributan dengan keluarga Om. Aku benar-benar minta maaf."
"Jangan di perpanjang lagi, Mas. Kita di sini untuk Syafiq." Ujar Ambar.
Keadaan mulai sedikit tenang, Kamal mencoba meredam amarahnya. Walaupun begitu rasanya belum puas hanya memberikan pukulan kepada Syemir.
"Keluarga pasien." Ucap seseorang yang baru saja keluar dari dalam ruangan.
"Gimana keadaan adik saya Dokter?"
"Saudara Bapak sudah siuman. Dia nggak apa-apa."
"Alhamdulillah," lirih semua orang.
"Boleh kami melihatnya?" tanya Luna.
"Tentu, Bu. Silakan masuk. Kalau begitu saya permisi dulu ya. Nanti kalau perlu sesuatu boleh panggil saya."
"Baik Dokter."
Keempat orang itu memasuki ruangan, terlihat tubuh Syafiq ditutupi dengan selimut hanya menyisakan kepalanya saja guna menghilangkan rasa dingin.
"Emir."
"Syafiq ... Kamu nggak apa-apa 'kan? Selimutnya mau di tambah?"
"Kamu tau dari mana aku di sini?"
Syemir menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Kamu dengerin aku ... Kalau Ana melakukan ini lagi, kamu harus bilang ke aku. Aku akan berikan dia pelajaran."
"Emir ... Ana istriku, kamu nggak berhak ngomong gitu di depan ku."
"Tapi dia udah mencelakakan kamu. Lihat sekarang, kamu terbaring di sini karena perempuan nggak berguna itu."
"Syemir!"
"Pa ... Biar ini menjadi urusan Syafiq." Ucap lelaki itu menoleh kearah mertuanya.
"Agung ... Apapun yang terjadi ke depannya antara Abang dan Kakak kamu. Kamu nggak boleh ikut campur ya. Biarin Abang menyelesaikan semuanya."
Lelaki remaja itu hanya diam saja.
"Abang tau maksud kamu baik. Tapi Abang nggak mau nanti kamu dapat imbasnya dari Ana."
"Tapi Kakak memang udah keterlaluan, Bang."
"Enggak apa-apa ... Masalah rumah tangga itu hal biasa."
"Aku nggak nyangka ... Ternyata pikiran Syafiq lebih dewasa dibandingkan kamu." Ucap Kamal menatap Syemir. "Aku beruntung banget nggak punya menantu seperti itu. Pecundang!"
"Emir ... Jangan kasih tau Umi dan Ayah ya. Jangan membuat pikiran mereka terbebani."
"Janji sama aku, kamu akan cerita tentang masalah kamu." Ucap Syemir menatap adik lelakinya.
"Tidak dengan rumah tangga ku." Ucap lelaki itu dengan tegas.
[] [] []
Pagi telah tiba, Deviana terbangun dari tidurnya. Rumah begitu sepi sekali tanpa ada suara apapun. Saat ini wanita itu tengah berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan sekeliling ruangan rumah.
"Mereka ngapain sih nggak pulang cuma karena lelaki itu."
Deviana menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Menyusahkan banget. Abang sama adek sama aja!" Wanita itu kembali masuk ke dalam kamar untuk segera bersiap-siap.
Setelah beberapa menit berlangsung, Deviana pun telah selesai memasakkan sarapan pagi. Bukan untuk Syafiq melainkan untuk keluarga kecilnya.
Saat sedang makan sendirian, Deviana tidak sadar bahwa keluarganya sudah tiba di rumah. Dia tidak melihat kedatangan yang lainnya karena sedang membelakangi mereka.
"Ana!"
Wanita itu pun menoleh, pandangannya bertemu dengan Syafiq. Dia pun berdiri dan menghentikan aktifitas makannya.
"Masih hidup kamu? Aku kira kamu udah mati."
Ambar pun emosi mendengar perkataan anaknya seperti itu. Kemudian ia mendekat kepada Deviana dan langsung menampar wajah wanita itu.
"Sopan kamu ngomong gitu sama suami?"
"Ma-Mama tampar aku cuma karena lelaki ini."
Syafiq pun mendekati istrinya kemudian ia menangkup wajah Deviana. "Sakit hm? Kamu nggak apa-apa 'kan?"
"Lepasin!" Deviana pun menepis tangan pria itu. "Jangan pernah kamu sentuh aku!"
"Ana!"
"Jangan, Ma." Larang Syafiq saat Ambar sudah menaikkan telapak tangannya. "Syafiq nggak mau istri Syafiq ini terluka."
"Lihat ... Apa kamu nggak bisa melihat kebaikan Syafiq?"
"Aku benci kamu! Kamu nggak perlu sok baik di depan aku!" Deviana berlalu pergi dari hadapan semua orang.
Syafiq menatap satu persatu orang yang menyaksikan pertengkaran tersebut. Ia pun menghembuskan napasnya dengan perlahan.
"Syafiq ... Kamu harus keras sama Ana, kalau enggak, dia akan menginjak-injak kamu."
"Enggak apa-apa kok, Pa. Syafiq yakin Ana pasti akan berubah."
"Jangan dibiarin, Bang. Nanti Kakak malah melakukan hal lebih dari pada yang kemarin."
"Agung ... Kamu belum tau apa-apa dengan situasi ini. Doain Abang ya supaya bisa meluluhkan hati Ana."
Ketiganya memandangi Syafiq dengan penuh kebanggaan. Mereka tidak menyangka bahwa lelaki itu bisa sesabar itu dengan kelakuan Deviana.
"Syafiq masuk ke kamar dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments