"Emir, hari ini Syafiq ada menghubungi kamu?"
"Enggak, Ayah. Kenapa?"
"Dia nggak bisa dihubungi."
"Nggak bisa dihubungi gimana?" tanya Emir.
Putri memposisikan layar ponselnya tepat di depan Syemir. "Lihat, sebanyak ini Umi telpon dia nggak angkat. Bahkan dia nggak ada niat untuk menghubungi Umi."
"Mungkin dia sibuk, Mi."
"Sesibuk apapun kalian. Apa pernah kalian mengabaikan telpon kami?" tanya Andro.
Syemir berpikir sejenak mendengar ucapan dari orangtuanya. Tidak ada sejarahnya mereka mengabaikan telpon dari kedua orang tua mereka. Baru pertama kali Syemir melakukannya pada waktu lari dari pernikahan.
"Dia juga nggak datang ke sini. Umi khawatir sama dia."
"Minum Mi, Yah." Ucap Luna yang membawakan minuman untuk mertuanya.
Wanita itu duduk di samping suaminya. "Kenapa Mas?"
"Syafiq susah di hubungi."
"Kenapa nggak telpon Ana aja."
"Emir, coba kamu telpon."
"Kok Emir sih, Yah."
"Nggak apa-apa, sekalian menjalin silaturahmi."
"Iya-iya."
Syemir beranjak dari sofa untuk mengambil ponselnya yang berada di dalam kamarnya. Luna yang masih merasa canggung langsung menyusul suaminya.
"Lihat perempuan itu. Ditinggal ke kamar aja ketakutan."
"Ketakutan lah, cara kamu lihat dia aja mau makan orang."
"Aku masih kesel, Mas." Ungkap Putri.
[] [] []
Tanpa menunggu lama lagi Syemir segera menghubungi mantan calon istrinya. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan itu, takut istrinya akan cemburu.
"Halo, mana Syafiq?" tanya Syemir.
"Syafiq. Kenapa?" terdengar suara perempuan dari seberang sana yang malah balik bertanya.
"Dari tadi Umi sama Ayah menghubungi Syafiq. Tapi dia nggak jawab."
"Sebentar."
Syemir sedang menunggu apa yang dilakukan oleh gadis itu di sana.
"Gimana Mas?" tanya Luna.
"Nggak tau, dia nggak ngomong." Jawab Syemir.
"Dua puluh panggilan tak terjawab dari surgaku, dan tiga belas panggilan tak terjawab dari pahlawanku. Banyak ya." Ucap Deviana di seberang sana.
"Apa yang udah kamu lakuin ke Syafiq?"
"Kenapa? Kok khawatir sih. Bukannya kamu udah sering membuat dia dalam masalah."
"Jawab aku. Mana Syafiq?"
"Hmmm ... Dia lagi betah tidur di kamar mandi, nggak tau sampai kapan. Ngambek kali!"
"Maksud kamu apa, Ana? Kamu jangan macam-macam sama Syafiq."
"Aku udah bilang Emir, objek pelampiasan ku adalah adik mu. Syafiq harus menerima semua balas dendam ku."
"Ana aku mohon jangan libatkan adikku."
"Nggak ada yang melibatkan dia kok. Dia sendiri yang pengen tidur di kamar mandi."
"Kamu kunciin dia di dalam kamar mandi?" tanya Syemir.
"Wow ... Selamat, tebakan mu benar."
"Kurang ajar." Syemir mengusap wajahnya dengan kasar.
"Ana, aku-"
Tuuut! Tuuut! Tuuut!
Sambungan telepon terputus, Syemir melemparkan ponselnya ke atas kasur.
"Kenapa sama Syafiq, Mas?" tanya Luna.
"Ana menguncinya di dalam kamar mandi."
Luna menutup mulutnya tidak percaya.
"Kita nggak perlu bilang sama Umi, Ayah. Aku mau hubungi Agung dulu."
Syemir tengah menantikan telponan di jawab oleh mantan calon adik iparnya. Beberapa kali ia menghubungi Agung akhirnya terjawab juga.
"Halo, Bang. Kenapa?" tanya seorang pria.
"Kakak kamu itu udah gila ya. Bisa-bisanya dia mengunci Syafiq di dalam kamar mandi." Ucap Syemir membentak Agung. "Apa kalian mau membunuh Syafiq?"
"Abang kok marah-marah. Emangnya Kakak ngapain?"
"Syafiq sekarang dalam bahaya. Abang nggak tau dari kapan dia di dalam kamar mandi. Tapi Kakak mu udah keterlaluan. Suami sendiri di kunci."
"Abang serius?"
"Abang udah melupakan semuanya tentang hubungan dengan Ana. Tapi kalau terjadi sesuatu sama Syafiq. Kalian semuanya berurusan dengan Abang."
Napas pria itu memburu, rasanya dia ingin menghampiri Deviana dan membuat gadis itu sakit hati lagi.
"Gimana, Mas?"
"Mereka akan menyesal karena udah main-main dengan ku." Ucap Syemir menatap kearah depan.
[] [] []
Agung yang tadinya sedang belajar mendadak keluar dari dalam kamarnya. Dia menuju ruang tamu untuk menemui kedua orangtuanya. Karena tidak ada di sana Agung pun melangkah mendekati kamar Kamal dan istrinya.
Tok! Tok! Tok!
"Pa, Ma."
"Papa, Mama. Buka dulu."
Hanya beberapa detik saja pintu kamar terbuka. "Kenapa, Gung?"
"Kakak, Ma. Kakak udah keterlaluan."
"Keterlaluan gimana?" tanya Ambar mengernyitkan keningnya.
"Ada apa ini?" tanya Kamal yang juga keluar dari dalam kamar.
"Kita harus ke kamar Kakak sekarang. Bang Emir nelpon Agung, katanya Bang Syafiq susah di hubungi ... Setelah dia cari tau ternyata Kakak mengurung Bang Syafiq di kamar mandi."
"Ha!"
Dengan langkah cepat ketiganya sudah sampai di depan kamar Deviana. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Kamal sebagai kepala rumah tangga langsung membuka pintu.
Orang yang ada di dalam kamar seketika kaget. "Kenapa Ma, Pa?"
Bukannya menjawab Kamal mendekat kearah kamar mandi.
"Papa mau ngapain?" tanya Deviana.
Tatapan mata dari Kamal begitu tajam kearah anak perempuannya. Segera mungkin dia membuka pintu kamar mandi.
Betapa kagetnya mereka melihat seorang pria meringkuk kedinginan di dalam sana.
"Ana ... Jadi bener kamu melakukan ini?"
"Iya ..m Ini karena ulah Abangnya, Ana benci mereka. Ana mau hidup mereka hancur!!!"
Ambar mendekati putrinya itu, detik berikutnya sebuah tamparan melayang di wajah Devina.
Plak!
"Kamu udah keterlaluan Ana, bisa-bisanya kamu melakukan ini sama suami kamu sendirian."
"Dia bukan suami Ana, Ma!"
Di dalam sana Kamal dan Agung mencoba untuk mengeluarkan Syafiq. Wajah pria itu sangat pucat sekali. Maklum saja sudah tidak makan ditambah dengan kondisi ruangan dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Happy Kids
playinv victim banget si. sumber masalan disini kan ente
2025-02-13
1