Kamu memang anak yang gak berguna!
.
.
.
Tok tok tok!
Luna berjalan untuk membuka pintu kamarnya, Luna tersenyum lembut melihat sosok yang mengetuk pintu kamarnya pagi ini dan mengajaknya masuk
"Udah jam 8 kok belum ke kempus sih yan, bukannya kamu ada kelas pagi?" tanya Luna pada Yana yang tak lain adalah adiknya.
"Aku bawain sarapan buat kakak" jawab Yana sambil menyerahkan semangkuk bubur dan segelas susu yang masih hangat, terbukti dari sedikit asap yang masih terlihat. Mulut Luna sudah hampir terbuka untuk menjawab namun dipotong oleh Yana sebelum kakaknya bersuara.
"Ayah sama Bunda udah berangkat pagi-pagi banget karna ada urusan mendadak, kakak gak perlu khawatir" ucap Yana sambil mengusap telapak tangan Luna.
"Kamu yang harusnya gak usah khawatir, kakak kan bisa makan diluar gak perlu sampai kamu bawain gini" Luna berkata dengan sambil membalas menggenggam tangan Yana
"Aku tau kakak itu gak pernah sarapan, karna kakak ngehemat uang kakak kan. Aku juga tau kakak selama ini pergi jalan kaki, aku ngerasa bersalah setiap lihat kakak harus menderita gini sedangkan aku sebagai adik gak bisa berbuat apa-apa" Yana menatap dengan pandangan iba pada sang Kakak
"Gak ada yang salah sampai kamu harus minta maaf, makasih ya sarapannya, pasti kakak habisin tapi ini yang terakhir, kakak gak mau kamu jadi dimarahin ayah karna ini, kakak baik-baik aja kamu gak perlu khawatir, sekarang kamu berangkat ya nanti kamu telat" tutur Luna dengan tatapan yang amat penuh kasih sayang pada Yana yang hanya dijawab anggukan oleh Yana.
Setelah salam pada kakaknya, Yana pun berangkat kuliah meninggalkan kakaknya sendiri di kamar itu.
Luna meneteskan air matanya begitu Yana menutup pintu kamarnya, ia bersyukur dengan perhatian kecil dari adiknya sudah cukup membuatnya untuk lebih kuat untuk menghadapi semuanya.
Setidaknya masih ada Yana yang peduli dengan aku disini. Begitu pikirnya
Setelah menghabiskan sarapannya, Luna juga berangkat karena ada kuliah jam 10 pagi hingga pukul 3 sore dan lanjut menjadi pelayan di restoran yang tidak jauh dari kampusnya.
Pukul 9 malam Luna selesai dan berniat untuk pulang.
Dipertengahan jalan ada sebuah motor besar berwarna hitam yang tampak menepi dan melambat ke arah Luna.
"Jalan tuh kepala ngadep depan bukan bawah ,emang mata kamu pindah ke ubun-ubun apa"
Teriak seorang laki-laki dari atas motor tersebut yang berhasil membuyarkan lamunan Luna. Luna yang tak asing dengan suara tersebut langsung mengedarkan pandangannya pada sang pemilik suara
"Juan"
Luna tersenyum melihat sosok yang dia rindukan beberapa minggu ini di hadapannya yang tak lain adalah sahabat sekaligus kekasihnya bernama Juan.
Mereka sudah 3 minggu tidak bertemu karena Juan pulang ke kota asalnya untuk menjenguk ayahnya.
"Kok kamu disini sih"
Tanya Luna heran yang membuat senyum Juan luntur
"Bukannya bilang kangen, malah ditanya ngapain, keseringan kelaperan jadi kurang asupan tuh otak kamu jadi lupa kali ya aku itu pacar kamu"
Gerutu Juan pada Luna yang hanya tertawa kecil tanpa ada niat menjawab pernyataan Juan, sambil memperhatikan kondisi Luna yang sepertinya semakin kurus, mengubah raut wajah yang mulanya cemberut menjadi lesu dan memandang dalam mata Luna yang masih bisa selalu tersenyum di depannya.
Melihat perubahan air muka Juan sudah cukup membuat Luna mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh orang yang sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya itu.
"Kalau ketemu cuma mau liat muka kamu lesu gini mending aku langsung pulang aja deh"
Goda Luna sambil tersenyum dan bersiap akan melangkah namun tangannya ditahan oleh Juan
"Keluar dari neraka yang kamu sebut rumah itu Lun"
Dengan sorot mata yang serius bercampur marah dan sedih Juan mengatakan kalimat yang berhasil melunturkan senyum Luna dan balik menatap Juan.
"Kita udah pernah bahas ini Juan"
Tegas Luna sambil melepaskan tangannya dari Juan
"Kamu yang bilang kehadiran kamu gak dianggap, kamu kerja keras sendirian gak pernah mau nerima bantuan aku dan teman-teman kamu, apa sih yang buat kamu bertahan disana, kamu... "
Perkataan Juan dipotong oleh Luna
"Terlalu banyak yang buat aku bertahan, apalagi kalau bukan karena mereka adalah keluarga aku, 7 tahun seperti ini gak akan bisa buat aku melupakan 15 tahun yang indah dari Ayah Bunda, lagi pula masih ada Yana yang peduli sama aku, apapun yang terjadi aku harus tau penyebab berubahnya Ayah dan Bunda wan"
Jelas Luna mencoba meyakinkan Juan
"Setidaknya biarkan aku bantu kamu sedikit, kenapa kamu gak pernah mau terima uang dari aku, aku merasa gak berguna untuk kamu"
"Percaya sama aku, kehadiran kamu itu udah jadi vitamin gak langsung untuk aku dan kalau aku memang perlu bantuan aku pasti bilang, tapi untuk saat ini aku bisa mengatasinya sendiri"
Juan hanya menghela nafas kasar mendengar jawaban Luna yang selalu sama setiap kali mereka membahas masalah ini.
Tak jarang Juan membujuk Luna untuk meninggalkan rumahnya, berbagai cara yang Juan lakukan untuk membantupun selalu di tolak secara halus oleh Luna dengan alasan tidak ingin merepotkan siapapun termasuk Juan dan adiknya.
Luna berjalan menuju motor Juan dan menaikinya
"Daripada kamu diam, muka kusut begitu mending anterin aku pulang deh"
Kata Luna dengan senyum khasnya ke arah Juan, Juan pun melangkah lesu menuruti perkataan Luna.
- - - - -
Dengan lelah yang menyelimuti tubuh kecilnya, Luna masuk kerumah yang terlihat sudah gelap sekelilingnya karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Pranggg!!
Dengan suasana lampu yang remang tanpa sengaja Luna menabrak seseorang dan menyebabkan gelas yang dibawa orang tersebut jatuh.
Luna mendongak dengan perasaan takut mencoba melihat orang yang tak lain adalah Edi, ayahnya
"Ma..Maaf ayah Luna gak sengaja biar Luna yang beresin"
Ucap Luna dengan bibir yang bergetar dan tangan yang memungut pecahan beling di lantai itu
"Kamu memang anak yang gak berguna!"
Begitu kata Edi dan langsung berlalu meninggalkan Luna yang hanya bisa memejamkan matanya mendengar kalimat yang bukan pertama kalinya ia dengar dari mulut sang ayah, namun selalu berhasil menyayat hatinya lebih dalam lagi.
7 tahun yang lalu
"Keluar dari kamar ini dan kamu tidur di gudang!"
Dengan sorot mata yang seperti menyimpan banyak dendam Edi menyeret Luna dan melempar barang-barang Luna ke gudang belakang tanpa peduli suara tangis gadis malang yang tangannya sedang ia cengkram.
"Saya izinkan kamu tinggal disini tapi jangan harap semuanya akan sama seperti dulu, kamu urus hidup kamu sendiri termasuk makan kamu"
brakk!!
Dengan kencang Edi keluar menutup pintu gudang tersebut setelah mengucapkan kata-kata yang meninggalkan banyak ketakutan dan pertanyaan dalam benak Luna.
Kenapa ayah jadi berubah begini, apa salah Luna ya Allah
Begitu tangis Luna dalam hatinya, dengan memeluk kedua lututnya dan sesekali menarik nafas dalam mencuri oksigen yang lebih banyak lagi berharap sedikit memberinya kekuatan untuk saat ini.
Luna menangis hingga ia tertidur di gudang tersebut dengan harapan bahwa semua hanyalah mimpi buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like like
2021-03-08
0
via tingting
masih menikmati rahasia
2020-10-31
1