Belum terbiasa

Seperti apa yang Calista katakan, Evan menunggu di tempat parkir kampus. Bersandar duduk di atas motor klasik bergaya retro warna hitam miliknya. Calista yang melihat Evan dari kejauhan tersenyum lebar, dengan langkah riang gadis itu berjalan cepat menghampiri Evan.

Sejujurnya Calista tidak pernah berpikir bisa menjadi pacar seorang Evan Galenio, salah atu Arjuna yang paling dieluh-eluhkan seantero Nolite.

"Epan!" Seru Calista dengan lompatan kecil yang membuat langkahnya terhenti di samping Evan.

Evan melirik gadis dengan jepitan panda itu dengan sedikit malas, ia turun dari motor lalu mengambil helm yang ia taruh di belakang.

"Nih pake," Evan memberikan milik Rian yang ia pinjam tadi, sedangkan Rian pulang lebih dulu bersama Bobby.

Bukannya menerima helm Calista malah memajukan kepalanya.

"Pakein dong Pacarku," pinta Calista dengan senyum penuh harap.

"Pake sendiri, tangan Lu masih normalkan," ketus Evan. Inilah yang Evan tidak sukai jika bersama wanita, ribet, manja.

"Yah, padahal aku pengen banget dipakein helm sama Epan," lirih Calista dengan bibir manyun, tangannya dilipat di belakang dengan kepala sedikit menunduk menatap kaki kanan yang mememakai flat shoes mengayun pelan.

Evan berdecak lalu memakaikan helm di kepala Calista. Gadis itu tertegun sejenak sebelum akhirnya mendongakkan kepala agar Evan mudah mengaitkan tali pengaman helm. Setelah selesai Evan memakai helm miliknya yang ia taruh di atas spion.

"Udah cepet naik!" Seru Evan yang sudah naik ke motor lebih dulu.

Dengan setengah melompat gadis itu duduk di boncengan motor Evan saking semangatnya. Dengan pelan tapi pasti Calista meremas tepian baju Evan di bagian pinggang, Calista merapat bibirnya menahan senyum yang ia sembunyikan di balik punggung Evan.

Evan mulai menyalakan mesin motor, perlahan motor matic hitam milik Evan mulai meninggalkan parkiran kampus. Dan dimulailah perjalanan yang datar ditemani semburat langit senja, hem sedikit membosankan.

"Eh, Epan, tau nggak sih? Aku tuh kangen si Joni, kucingku yang kamu tabrak itu. Dia tuh lucu banget kalau—"

"Gue udah bilang berapa kali? Itu nggak sengaja. kok kamu bahas lagi sih, mau bikin gue merasa bersalah dengan mojokin gue terus kayak gini?" Sela Evan dengan nada datar

"Lah, ini tuh tragedi, mana bisa dilupain gitu aja? Si Joni itu kucing paling aku sayang dia setia, manja, manis, gemesin. Kalau dia masih hidup, aku pasti—"

"Ca, serius deh, ini gue lagi nyetir. Lu bisa nggak diem sebentar?" ketus Evan setelah menarik nafas panjang.

Dia sudah cukup jengah dengan bawelnya Calista yang sejak tadi tidak berhenti bercerita tentang Joni, kucing yang menjadi korban Evan. Bukankah sudah berlalu, Evan juga sedang menebus dosanya dengan menjadi pacar sementara Calista. Kenapa masih dibahas terus, menjengkelkan.

"Lah, aku kan cuma mau ngobrol biar Epan nggak ngantuk. Kalau gitu aku ganti ngomongin sapi di Fapet aja mau? Tadi siang mereka—"

"Ca, gue nggak mau denger. Sapi, kucing, ayam, atau isi kebun binatang di otak Lu. Gue cuma mau nganter kamu pulang, itu aja. Gue bukan cowok yang bakal ketawa-tawa tiap Lu cerita random, jadi nggak usah sok caper," ujar Evan dengan nada tegas dan datar.

Hening, mulut gadis itu tak lagi mengeluarkan kata-kata untuk menceritakan segala binatang berkali-kali empat. Hah, syukurlah ada pengampunan untuk telinga Evan yang mulai panas mendengar kebawelan Calista.

"Oh... iya, oke. Yaudah," Calista memelankan suaranya, terdengar kecewa.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Calista mencoba mengalihkan perhatian ke jalanan, melihat jajaran toko dan rumah-rumah yang biasa ia lewati. Sementara Evan tetap fokus nyetir dan menatap lurus ke depan, dia ingin segera sampai ke kos Calista, menurunkan gadis bawel ini dan segera pulang ke apartemennya. Namun, heningnya mereka membuat suasana jadi canggung. Evan melirik spion motor, di mana wajah Calista terlihat walau tertutup sebagian bahunya, gadis itu terlihat bosan dan ah, Eva sepertinya sudah salah bicara, dia sudah sedikit membentak Calista.

"Ca, gue nggak bermaksud bentak Lu. Gue cuma belum terbiasa, sorry kalau bikin Lu nggak nyaman," ucap Evan dengan tulus.

Calista menarik napas, nada sedikit sedih tapi berusaha santai. Evan tidak salah, belum ada dua puluh empat jam mereka bersama. Wajar jika Evan belum terbiasa dengan berisikan Calista, seharusnya dia tahu itu.

"Iya, aku ngerti kok, Pan. Kamu nggak usah jelasin lagi. Aku cuma... ya, aku emang begini, suka cerita, aku nggak gitu suka kalau hening kayak gini, sepi. Kalau itu ganggu kamu, maaf ya."

"Hem."

Diam lagi, hanya deheman kecil yang Evan lontarkan karena dia tidak tahu mau jawab apa, akhirnya cuma fokus ke jalan lagi. Calista tertawa canggung. Semua memang butuh waktu, tapi ia pastikan Evan akan nyaman berada di dekatnya, setidaknya sampai semua ini selesai.

"Tapi tenang. Aku nggak bakal cerita soal sapi rewel lagi. Next time, mungkin soal kambing."

Evan tetap diam, dan tidak menanggapi ocehan. Calista. Sore itu, perjalanan mereka lanjutkan dalam keheningan yang agak berat. Tak ada pembicaraan berarti antara keduanya sepanjang perjalanan, hanya sesekali Evan menanyakan kemana arah jalan yang harus ia ambil. Tidak terasa tiga puluh menit perjalanan mereka lewati, perjalanan yang cukup menegangkan bagi Calista, karena dia tidak lagi bicara untuk memecahkan kecanggung diantara mereka, menegangkan sekaligus menyenangkan karena dia juga menikmati wangi parfum Evan yang wangi banget, bikin klepek-klepek please.

"Ini terus kemana Ca?"

Pertanyaan Evan membuat Calista sedikit tersentak, dia sedikit melamun karena terlalu nyaman menikmati aroma parfum Evan. Calista mengedarkan pandangannya memastikan dimana mereka berada sekarang.

"Nanti berhenti POM bensin depan sana," jawab Calista yang diangguki tipis oleh Evan.

Motor Evan pun berhenti di POM bensin yanh di maksud Calista. Gadis itu pun turun dari motor Evan sembari melepaskan helm yang ia pakai. Evan melemparkan pandangannya di sekitar POM bensin itu, seperti dejavu. Dia seperti pernah berada di tempat ini diwaktu yang berbeda.

"Kenapa?" Tanya Calista yang melihat Evan raut wajah sedikit bingung.

"Nggak apa-apa," sahut Evan cepat.

"Epan nggak lupa tempat ini kan? Tempat kejadian perkara tragedi berdarah itu."

"Disana." Telunjuk Calista menunjuk kearas kanan jalan dari tempat mereka berdiri.

Telunjuk Calista mengarah sedikit lebih ke kanan dan pandangan Evan pun mengarahkan ke tempat yang sama, tepat ke arah pohon trembesi yang dililit lampu LED yang akan menyala di malam hari.

"Epan nabrak Joni di sana kan, terus Epan putar balik setelah nabrak, lalu angkat jenazah Joni dan menaruhnya di bawah pohon trembesi gede itu kan? Malam itu Epan nggak pake motor ini, Epan pake motor cowok yang nungging gitu, Epan ninggalin Joni begitu saja di sana, dingin sendirian, " tutur Calista dengan pasti, guratan kesedihan telihat jelas di wajah wanita yang tengah memeluk helm yang baru di lepaskannya.

Evan menelan salivanya, apa yang gadis itu katakan seratus persen benar. Apa dia melihat kejadian malam itu? Kenapa bisa ingat sampi sedetail itu? Malam itu Evan sangat terburu-buru sampai harus memacu motornya denga kecepatan cukup tinggi, hujan gerimis malam itu membuat jalan licin dan mengakibatkan Evan sedikit hilang kendali sampai terjadi kecelakaan itu.

"Lu liat semuanya, Lu tau kejadian itu sedetail ini. Aps Lu juga di sini malam itu?" Cerca Evan yang diangguki cepat oleh Calista.

Malam itu memang dia ada di sini tempat yang sama dia mana Evan tanpa sengaja menabrak kucingnya. Tapi kala kejadian itu terjadi Calista tidak bisa berteriak atau melakukan apapun karena dia sedang bekerja dan bosnya sangat tidak suka jika ada yang menganggu pekerjaan karyawannya apapun itu, apalagi hal sesepele kucing.

"Maaf, gue-"

"Nggak apa-apa, aku udah kubur joni dengan layak. Epan nggak usah khawatir, sekarang Epan hanya perlu tepatin janji Epan sama aku. Oke," sela Calista dengan cepat.

"Mendingan Epan pulang, udah sore Mendung juga nanti Epan malah kehujanan. Besok jangan lupa jemput aku di sini, aku ada kelas pagi. Jemput jam tujuh ya, jangan telat."

"Gue pacar sementara Lo, bukan ojek online," ketus Epan sembari mendelik tajam pada Calista, rasa bersalahnya menguap berganti dengan rasa sebalnya pada gadis itu. Padahal dia tahu juga ikut sedikit melow saat melihat Calista bersedih.

"Ciie mau banget ya jadi pacar aku," celetuk Calista dengan senyum menggoda membuat mata Evan memutar jengah.

"Terserah."

"Iya dong terserah aku, kan aku korban di sini. Epan dalam masa penebusan dosa jadi harus banyak stok sabar."

Sudahlah terserah saja gadis aneh ini mau bicara apa. Evan sudah jengah dengan perkataan absurd dari gadis ini. Evan mengambil helm milik Rian dari tangan Calista lalu menggantungnya di pengait yang ia pasang di bawah kemudi motor.

"Gue balik," pamit Evan.

"Iya. Makasih ya Epan udah nganterin pulang, jangan lupa besok jam tujuh pagi ya pacar!" Teriak Calista saat motor Evan sudah mulai menjauh dari tempat ia berdiri.

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

Terimakasih ya pacar wkwk sebahagia itu ya Caca udh jadi pacar kontraknya Evan 🤣🤣
salut sih sama evan, Meski dia anti bgt sama cewek tapi demi Nebus kesalahannya dia mau jadi pacar nya Caca , dan nilai plusnya dia mau disuruh antar jemput sama Caca

2025-01-01

1

SusiVikers

SusiVikers

Calista ini kayaknya tipe mulut kayak emak² yg lagi nawar sayuran ya🤣nyerocos terus gitu gak ada rem nya, sampe² kuping nya Evan gak kuat dengerin ocehan nya Calista 🤣🤣🤣 sabar ya Evan sabar, karena kamu harus terus stok extra kesabaran kalo sama Calista /Facepalm//Facepalm/ ehh Calista kerja ya? kerja apa?

2025-01-06

2

Novi Manggala Qirani

Novi Manggala Qirani

Kerja ? Apa Calista kerja di pom bensin itu yaa ? nyambi kuliah, ini cewek menarik loh, rame juga bisa buat ngisi kehidupan evan yang lebih suka ketenangan tapi malah terkesan sepi, sunyi, suram tanpa senyuman 🤣🤣

2025-01-02

1

lihat semua
Episodes
1 Hari super sial
2 Tanggung jawab
3 Belum terbiasa
4 Viral
5 Terhianati
6 kantin dan 3 arjuna
7 Ceramah brokoli
8 Hujan pertama bersama Evan
9 Khawatir
10 Curiga
11 Maling burung
12 Mini date
13 Kegaduhan
14 Ada gue
15 Fapet berkarya
16 Menikmati peran
17 Calista
18 Fapet VS Hukum
19 Sidang
20 Gaby di Fapet
21 Kelalaian Gaby
22 After Elisabeth
23 Perpustakaan manis
24 Suapan Manis
25 Hujan ke-2 bersamanya
26 Demam
27 Najis
28 Dirawat
29 Rumah sakit
30 Gue emang baik
31 Trauma ketoprak
32 Tinggal bersama
33 Cemburu
34 Invasi dapur
35 Para punggawa
36 Pencurian
37 Paman
38 Gosip
39 Shopping
40 Jiwa yang rapuh
41 Pelukan pertama
42 Skorsing
43 Deep talk
44 Adrian Candra Wijaya
45 Evan Galenio Wijaya
46 Tempat yang tenang
47 Bibit
48 Kegigihan Bella
49 Sebentar lagi
50 Ego
51 Larut
52 Bodoh
53 Sesal
54 Usaha Evan
55 Dinginnya Calista
56 Masih dingin
57 Meminta saran
58 Martabak
59 Perjuangan martabak
60 Partner
61 Salah paham
62 Sweetheart Cake
63 Terluka
64 Luluh
65 Menetapkan hati
66 Gone
67 Hari kedua
68 RS. Nusa Medika
69 Sakitnya Calista
70 Kehilangan
71 Rahasia Bapak
72 Penyesalan
73 73 titik terang
74 Tunggu gue
75 75 gudang tua
76 Alaska
77 Bara
78 Pulang
79 Semua akan baik-baik saja
80 Minimal
81 Sarapan spesial
82 Sederhana
83 Muak
84 Manja
85 Bucin
86 Hasil kolaborasi
87 Bertemu
88 Takdir yang mempertemukan
89 POV Adrian
90 Sayang
91 Tiba-tiba
92 Khusus
93 Pasar malam
94 Ngidam
95 pink Squad
96 Tamat?
97 Kenalan yuk
98 Bonus bab
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Hari super sial
2
Tanggung jawab
3
Belum terbiasa
4
Viral
5
Terhianati
6
kantin dan 3 arjuna
7
Ceramah brokoli
8
Hujan pertama bersama Evan
9
Khawatir
10
Curiga
11
Maling burung
12
Mini date
13
Kegaduhan
14
Ada gue
15
Fapet berkarya
16
Menikmati peran
17
Calista
18
Fapet VS Hukum
19
Sidang
20
Gaby di Fapet
21
Kelalaian Gaby
22
After Elisabeth
23
Perpustakaan manis
24
Suapan Manis
25
Hujan ke-2 bersamanya
26
Demam
27
Najis
28
Dirawat
29
Rumah sakit
30
Gue emang baik
31
Trauma ketoprak
32
Tinggal bersama
33
Cemburu
34
Invasi dapur
35
Para punggawa
36
Pencurian
37
Paman
38
Gosip
39
Shopping
40
Jiwa yang rapuh
41
Pelukan pertama
42
Skorsing
43
Deep talk
44
Adrian Candra Wijaya
45
Evan Galenio Wijaya
46
Tempat yang tenang
47
Bibit
48
Kegigihan Bella
49
Sebentar lagi
50
Ego
51
Larut
52
Bodoh
53
Sesal
54
Usaha Evan
55
Dinginnya Calista
56
Masih dingin
57
Meminta saran
58
Martabak
59
Perjuangan martabak
60
Partner
61
Salah paham
62
Sweetheart Cake
63
Terluka
64
Luluh
65
Menetapkan hati
66
Gone
67
Hari kedua
68
RS. Nusa Medika
69
Sakitnya Calista
70
Kehilangan
71
Rahasia Bapak
72
Penyesalan
73
73 titik terang
74
Tunggu gue
75
75 gudang tua
76
Alaska
77
Bara
78
Pulang
79
Semua akan baik-baik saja
80
Minimal
81
Sarapan spesial
82
Sederhana
83
Muak
84
Manja
85
Bucin
86
Hasil kolaborasi
87
Bertemu
88
Takdir yang mempertemukan
89
POV Adrian
90
Sayang
91
Tiba-tiba
92
Khusus
93
Pasar malam
94
Ngidam
95
pink Squad
96
Tamat?
97
Kenalan yuk
98
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!