Tanggung jawab

"Oia sampai lupa, kita belum kenalan ya pacar." Gadis itu merapihkan kaos yang ia kenakan lalu sedikit menyisipkan rambut dengan jarinya.

"Halo aku Calista Almaira, bisa di panggil Caca, tata atau sayang kalau Epan mau, aku anak Fapet (Fakultas peternakan) semester3 menjelang semester 4, pacar Epan Galenio. Salam kenal," ucapnya dengan nada riang.

Evan mengeryit menatap lalu memijit pangkal hidupnya. Banyak gadis yang mengejar Evan, tapi gadis bernama Calista ini yang paling aneh menurut Evan, segala pake acara menyatakan diri jika dia adalah pacar Evan. Padahal Evan baru pertama kali bertemu gadis ini.

"Gue nggak kenal Lo, dan Lo bukan pacar gue!" Tegas Evan, ia pun melangkah hendak pergi dri tempat itu.

Namun langkah kaki Evan terhenti saat tangan kecil Calista menahan tangannya. Evan menoleh, tatapannya sinis mengarah ke tangan Calista yag dengan lancang menyentuhnya.

"Lepaskan!" Calista menggeleng cepat.

"Lepaskan kataku!"

"Kataku enggak," sahut Calista santai.

Mata Evan melotot tapi sama sekali tidak membuat takut Calista. Laki-laki jangkung itu berdecak, merapatkan rahang berusaha menahan emosi, jika saja makhluk ini bergender laki-laki mungkin sudah sejak tadi Evan menghadiahi dia dengan bogem mentah, tapi sayangnya dia seorang perempuan.

"Apa mau Lo sebenernya heh!" Teriak Evan sembari menghentakkan tangan, tangan kecil Calista pun seketika terlepas dari Evan.

"Jadi pacar Epan," jawab Calista enteng.

Evan mengusap wajahnya kasar, dia sungguh tidak mengerti dengan manusia tidak tahu mau satu ini. Calista berjalan pelan dengan sedikit mengoyangkan badannya.

"Kamis malam tanggal dua puluh enam oktober, jam delapan malam Epan ada dimana?" Tanya Calista tiba-tiba, Evan mengerutkan kening mendengar pertanyaan Calista yag terdengar serius.

Tanggal dua puluh enam, itu berarti seminggu yang lalu.

"Kenapa Lo tanya-tanya?" Ketus Evan, langkah kecil Calista seketika berhenti. Gadis berwarna manis itu menatap Evan dengan tajam.

"Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.

"Nggak usah ngomong macem-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.

"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu," tukas Calista nyalang.

Mata bening wanita itu mulai berkaca-kaca, menujukan kesedihan yang mulai merambah semakin memuncah mengingat malam dimana dia harus kehilangan salah satu mahluk yang sangat ia sayangi.

"Kamu!"

Telunjuk Calista menegang kearah wajah Evan yang masih bingung dengan tuduhan Calista.

"Kamu pembunuh! Kamu tega, jahat!" Pekiknya dengan air mata yang mulai berjatuhan.

Dengan kasar Calista mengusap pipinya yang basah. Evan melangkah mendekat tapi Calista juga turut memundurkan langkah, hingga hari mereka masih tetap sama.

Evan tersenyum miring sambil melempar tatapan sinis. Sepertinya ini modus baru untuk mendekatinya, menuduhnya pembunuh dan meminta pertanggung jawaban. Hah, lelah sekali menghadapi wanita-wanita obses seperti ini, menjual air mata demi keinginan yang tidak akan mungkin menjadi nyata. Karena Evan sama sekali tidak berniat menjalin hubungan dengan siapapun, bagi Evan wanita adalah makhluk yang ribet dan dia belum siap untuk keribetan itu.

"Udah jual sedihnya? Ingusmu udah meler sepanjang itu, apa nggak takut gue jijik liatnya," tutur Evan, Calista langsung mengusap ujung lubang hidung dimana sumber ingus bening itu mengalir dengan ujung lengan bajunya.

"Aku nggak sembarangan jual sedih ya Epan Galenio!" Tegas Calista yang sibuk dengan ingus dan air mata.

Evan berdecih melipat tangan di dada dan menatap remeh wanita yang ada di hadapannya. Ia sedikit membungkuk agar bisa menatap waja sembab yang masih menatapnya dengan marah dan kesal.

"Lo pikir gue nggak tau apa rencana busuk yang ada di otak kecil Lo itu, Lu mau jual sedih, bicara omong kosong dengan tuduhan nggak berdasar dan meminta pertanggung jawaban gue. Lo mau gue tanggung jawab apa? Jadi pacar Lo, nikahin Lo, sebutin apa mau Lo, munafik."

Calista sedikit memiringkan kepala, manik bening wanita itu menyiratkan kebingungan mendengar ucapan Evan. Evan tertawa mengejek, sepertinya apa yang ia pikiran benar. Gadis ini dengan sengaja merusak pagi yang indah saat dia memulainya dengan memakan bubur ayam bang haji mahmud.

"Munafik ya, oke kalau begitu coba sebutin tanggung jawab macam apa yang bisa kamu kasih ke aku setelah kamu nabrak Joni. Kompensasi macam apa yang bakal kamu kasih buat ganti rasa kehilangan aku, apa kamu bisa lagi hidupin Joni? Kamu bisa bikin dia ngomong lagi? Kamu bisa ngomong sama Jono kalau teman makan tulang ayamnya udah kamu bunuh dan nggak bakal bisa pulang. Kamu tau bagaimana si Jono terus ngeong cariin si Joni."

Evan tertegun, lebih tepatnya dia diam dan mencoba mencerna semua kata-kata yag Calista ucapkan dengan cepat tanpa jeda itu.

"Kenapa diem? Kamu pikir dengan diem kayak gini aku bisa maafin kamu? Oh, lupa. Kamu bahkan nggak minta maaf sama sekali sama aku, setelah kamu menghilangkan nyawa kucing aku. Jahat tau nggak!"

Calista jatuh berjongkok, dia menangis dengan wajah yang ia tenggelamkan di atas lutut yang tertekuk. Tangannya juga melipat menutupi wajahnya. Tangisan Calista kali ini sangat nyaring berbeda dengan di awal tadi.

Rahang pria itu mengeras mengumpat lantang dirinya sendiri. Jadi korban yang tanpa sengaja ia tabrak di malam gerimis kala itu adalah si Joni alias kucing milik wanita ini.

Evan turut berjongkok di depan Calista, ia menatap wanita yang tertunduk degan rambut panjang terurai yang ternyata memiliki warna pink di sela hitam warna asli rambutnya itu dengan penuh rasa bersalah.

"Jadi itu kucing Lo? Tapi dia nggak pake kalung pengenal?"

"Joni nggak suka pake kalung!"

"Tapi kucing item itu bukan kucing Ras?"

"Kucing peliharaan nggak harus Ras!"

Evan menghela nafas dalam.

"Maaf, gue nggak tau kalo kucing itu milik Lu," ucap Evan dengan suara rendah dan penuh rasa bersalah.

"Basi!" Teriak Calista dengan mendongak cepat lalu kembali menunduk.

Evan meringis mengusap tengkuknya, dia tidak biasa dengan perempuan. Dia tidak tahu bagaimana menenangkan perempuan yag sedang sedih dan itu juga karena kesalahannya.

"Gue minta maaf, gue bakal tanggung jawab. Gue bakal gantiin rasa kehilangan lo, gue bakal ngomong sama kucing Lo yang satunya kalau gue nggak sengaja nabrak temennya. Lo mau apa? Gue bakal usahain apapun biar lu nggak sedih dan maafin gue," tutur Evan dengan serius.

Mungkin menabrak kucing hal sepele bagi orang lain, tapi bagi Evan itu tetap sebuah kesalahan karena keteledorannya. Apalagi kucing itu punya pemilik yang pasti sedih saat kehilangan dia, dan Evan sebagai calon penegak hukum harus bertanggung jawab atas kesalahannya.

Perlahan isak tangis Calista mereda, gadis itu mulai mengangkat wajahnya, menatap Evan dengan wajah sembab penuh air mata dan ingus.

"Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.

Evan mengangguk pasti.

"Hidupin joni lagi bisa?"

"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.

"Kalau gitu jadiin aku pacar Epan selama tiga bulan," ucap Calista, mata basahnya berkedip kedip penuh pengharapan.

Laki-laki itu terdiam sejenak. Pacar, hal yang paling anti ia lakukan untuk saat ini. Tapi dia juga harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan walaupun itu tidak sengaja.

"Nggak bisa juga ya?" Lirih gadis itu dengan kepala yang perlahan menuduk kecewa.

"Ok, kita pacaran. Sejak hari ini Lu jadi pacar Evan Galenio, ok," Evan berkata dengan tegas, dia adalah laki-laki berprinsip dan selalu berusaha bertanggung jawab dengan perbuatannya.

Lagi pula ini hanya dua bulan dan setelah itu mereka akan putus. daripada dia harus jadi tukang sulap dan membangunkan kucing yang sudah mati.

"Beneran?!" Teriak Calista tidak percaya.

"Iya, lap dulu tuh ingus Lu." Evan menyodorkan tisu yang ia keluarkan dari kantong celana

Calista menyengir menerima tisu pemberian Evan. Dengan cepat ia membersihkan ingus dan air mata yang membasahi pipinya. Raut ceria sudah kembali di wajah manis Calista. Evan mengulurkan tangan mengajak Calista untuk bangkit bersama.

"Karena Epan udah jadi pacar aku, Epan panggil aku Caca aja."

Evan mengangguk kecil. Calista mengambil nafas dalam lalu tersenyum.

"Aku harus pergi, ada kelas soalnya. Bye-bye pacar, aku pulang jam 3 sore, jangan lupa tunggu aku di parkiran ya," ucap Calista kemudian melangkah pergi melewati Evan begitu saja.

Evan menggeleng kecil melihat tingkah Calista alias Caca ini, moodnya bisa berubah dalam sekejap saja. Yang tadinya nangis bombay langsung sumringah berjalan sambil melompat kecil seperti kelinci.

Rian dan Bobby rubuh seketika saat Calista menarik pintu besi yang tadi Evan tutup menarik paksa Calista ke rooftop. Calista tersenyum lebar pada dua manusia yang kikuk karena kepergok menguping.

"Halo teman pacar, aku pergi dulu. Bye-bye!" Seru Calista riang dengan mengerakkan kelima jarinya sembari menuruni tangga.

"Bye-bye Calista," sahut Bobby dan Rian berjamaah.

Kini keduanya menelan ludah menatap Evan yang berjalan kearah mereka dengan wajah kesal.

Terpopuler

Comments

Lilis Ika Supriatna

Lilis Ika Supriatna

Ternyata Calista minta Evan tanggung jawab itu karna Evan udah nabrak kucing milik Calista hingga m4ti,,,, dn skrg sbgai gantinya Evan harus mau pacaran selama 3 bulan sama Caca... tp aku gk yakin hubungan mreka akan berjalan slma 3 bulan aja bisa jadi lbih dri 3 buln dn evan cinta bgt sama Caca

2025-01-01

1

Rysa

Rysa

ya ampun caca kamu tuh bikin evan bingung kenapa mood mu cepat berubah , barusan nangis eh tiba " evan setuju langsung happy dong.
oh evan gak sengaja nabrak kucingnya caca, jadi evan diminta jadi pacar sementaranya sungguh pertanggung jawaban yang unik

2025-01-02

1

SusiVikers

SusiVikers

wah parah nih Evan nabrak Joni kan kasian si Jono jadi sendirian gara² Joni nya meninggoy🤣
awalnya ku kira Calista minta pertanggung jawaban anu, ehh ternyata tanggung jawab sama kucing nya yg ketabrak Evan toh, tapi sebagai gantinya Evan harus jadi pacar nya Calista selama 3 bulan nih, kira2 benih² cinta di hati Evan bakal tumbuh gak ya?

2025-01-05

1

lihat semua
Episodes
1 Hari super sial
2 Tanggung jawab
3 Belum terbiasa
4 Viral
5 Terhianati
6 kantin dan 3 arjuna
7 Ceramah brokoli
8 Hujan pertama bersama Evan
9 Khawatir
10 Curiga
11 Maling burung
12 Mini date
13 Kegaduhan
14 Ada gue
15 Fapet berkarya
16 Menikmati peran
17 Calista
18 Fapet VS Hukum
19 Sidang
20 Gaby di Fapet
21 Kelalaian Gaby
22 After Elisabeth
23 Perpustakaan manis
24 Suapan Manis
25 Hujan ke-2 bersamanya
26 Demam
27 Najis
28 Dirawat
29 Rumah sakit
30 Gue emang baik
31 Trauma ketoprak
32 Tinggal bersama
33 Cemburu
34 Invasi dapur
35 Para punggawa
36 Pencurian
37 Paman
38 Gosip
39 Shopping
40 Jiwa yang rapuh
41 Pelukan pertama
42 Skorsing
43 Deep talk
44 Adrian Candra Wijaya
45 Evan Galenio Wijaya
46 Tempat yang tenang
47 Bibit
48 Kegigihan Bella
49 Sebentar lagi
50 Ego
51 Larut
52 Bodoh
53 Sesal
54 Usaha Evan
55 Dinginnya Calista
56 Masih dingin
57 Meminta saran
58 Martabak
59 Perjuangan martabak
60 Partner
61 Salah paham
62 Sweetheart Cake
63 Terluka
64 Luluh
65 Menetapkan hati
66 Gone
67 Hari kedua
68 RS. Nusa Medika
69 Sakitnya Calista
70 Kehilangan
71 Rahasia Bapak
72 Penyesalan
73 73 titik terang
74 Tunggu gue
75 75 gudang tua
76 Alaska
77 Bara
78 Pulang
79 Semua akan baik-baik saja
80 Minimal
81 Sarapan spesial
82 Sederhana
83 Muak
84 Manja
85 Bucin
86 Hasil kolaborasi
87 Bertemu
88 Takdir yang mempertemukan
89 POV Adrian
90 Sayang
91 Tiba-tiba
92 Khusus
93 Pasar malam
94 Ngidam
95 pink Squad
96 Tamat?
97 Kenalan yuk
98 Bonus bab
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Hari super sial
2
Tanggung jawab
3
Belum terbiasa
4
Viral
5
Terhianati
6
kantin dan 3 arjuna
7
Ceramah brokoli
8
Hujan pertama bersama Evan
9
Khawatir
10
Curiga
11
Maling burung
12
Mini date
13
Kegaduhan
14
Ada gue
15
Fapet berkarya
16
Menikmati peran
17
Calista
18
Fapet VS Hukum
19
Sidang
20
Gaby di Fapet
21
Kelalaian Gaby
22
After Elisabeth
23
Perpustakaan manis
24
Suapan Manis
25
Hujan ke-2 bersamanya
26
Demam
27
Najis
28
Dirawat
29
Rumah sakit
30
Gue emang baik
31
Trauma ketoprak
32
Tinggal bersama
33
Cemburu
34
Invasi dapur
35
Para punggawa
36
Pencurian
37
Paman
38
Gosip
39
Shopping
40
Jiwa yang rapuh
41
Pelukan pertama
42
Skorsing
43
Deep talk
44
Adrian Candra Wijaya
45
Evan Galenio Wijaya
46
Tempat yang tenang
47
Bibit
48
Kegigihan Bella
49
Sebentar lagi
50
Ego
51
Larut
52
Bodoh
53
Sesal
54
Usaha Evan
55
Dinginnya Calista
56
Masih dingin
57
Meminta saran
58
Martabak
59
Perjuangan martabak
60
Partner
61
Salah paham
62
Sweetheart Cake
63
Terluka
64
Luluh
65
Menetapkan hati
66
Gone
67
Hari kedua
68
RS. Nusa Medika
69
Sakitnya Calista
70
Kehilangan
71
Rahasia Bapak
72
Penyesalan
73
73 titik terang
74
Tunggu gue
75
75 gudang tua
76
Alaska
77
Bara
78
Pulang
79
Semua akan baik-baik saja
80
Minimal
81
Sarapan spesial
82
Sederhana
83
Muak
84
Manja
85
Bucin
86
Hasil kolaborasi
87
Bertemu
88
Takdir yang mempertemukan
89
POV Adrian
90
Sayang
91
Tiba-tiba
92
Khusus
93
Pasar malam
94
Ngidam
95
pink Squad
96
Tamat?
97
Kenalan yuk
98
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!