15_Pucat

"Bi," panggil lirih Anz "apa yangg terjadi? Lihat."

Abi melihat sekilas yang kemudian memanggku Anz sambil berdiri.

Anz melihat meja bundar itu yang mereka gunakan melempar batu dan melempar uang itu sudah di tiduri beberapa laki-laki tubuh besar itu tanpa ada sehelai kain ataupun benang yang menutupi aset (ke jan ta nan) mereka. Mereka tidur dengan menekuk kakinya di pembatas meja sedangkan sebagian laki-laki yang masih berdiri tadi, kini, sudah mengelilingi laki-laki yang tidur itu.

"Hitungan terdengar keras "SATU, DUA, TIGA."

Dalam hitungan ketiga laki-laki yang berdiri itu mendekat, dan berjongkok, melahap semua aset temannya itu yang berbaring di atas meja bundar itu.

Suara teriakan dan tepuk tangan terdengar keras diiringi dengan suara desahan yang saling bersahutan.

"Waw!" Teriak mereka bersama-sama.

Mereka terus melakukan aksi mereka dengan selanjutnya dengan gaya yang mereka sukai.

Anz menunduk, menepuk-nepuk bahu Abi cepat dan wajahnya kembali terlihat pucat.

Abi menurunkan Anz perlahan yang kemudian dirinya kembali melihat gerombolan laki-laki bertubuh besar itu, Kelopak mata Abi terbuka lebar dan bola matanya seakan-akan terjatuh ke bawah, "a ap apa yang mereka lakukan," lirih gagap Abi.

Untuk sejenak mereka menjeda melakukan aksi mereka dan dengan segera mereka bertukar posisi.

Yang di lihat Abi di awal tadi berbeda yang di lihatnya sekarang, meja yang mereka gunakan untuk melempar batu dan uang itu sudah mereka duduki kembali sebagiannya dan sebagiannya lagi berdiri dan pandangan mereka tersenyum lebar.

Mereka yang duduk itu, tidak ada sehelai kain ataupun benang yang menutupi mereka. Aset (ke jan ta nan) mereka terpampang begitu saja. Aset yang mereka punya memiliki ukuran dan warna yang berbeda. Sekitaran delapan orang di antara mereka yang duduk di atas meja itu, aset mereka berdiri keras bagaikan balok sebagiannya lagi aset mereka masih tidur, bagaikan ulat besar.

Anz melihat wajah Abi yang terlihat syok, menahan tawa setengah mati, tanpa sadar diri bahwa diantara mereka berdua, dirinyalah yang paling syok.

Tidak hanya mata Abi yang menunjukkan reaksi syok namun mulutnya Abi juga terlihat terbuka lebar, menganga tidak percaya apa yang lihatnya.

"Tutup ya! Takut masuk lalat," tersenyum dan menyentuh dagu Abi supaya mulutnya tertutup.

Abi melihat sekilas pada Anz yang kemudian matanya kembali melihat pada gerombolan laki-laki itu, mereka yang duduk di atas meja bundar itu sudah tidur melingkar dan kaki mereka ditengkuk dan berada di bagian ujung pembatas meja.

Laki-laki yang berdiri memberi aba-aba pada temannya yang berdiri "mendekat dan duduklah." Masing-masing laki-laki yang berdiri itu memilih salah satu laki-laki yang tiduran di atas meja itu, yang kemudian langkah mereka mendekat yang kemudian mereka berjongkok bersama.

Hitungan terdengar nyaring, dan berjeda "SATU, DUA, TIGA."

Dalam seketika setelah hitungan ketiga mereka melahap kembali rakus aset (ke jan ta nan) temannya itu yang mereka anggap pasangan mereka. Teriakan dan tepukan tangan mereka lakukan sebagai penonton melihat adegan itu.

Sedangkan Abi yang berdiri tegap itu langsung melorot jatuh terduduk, tangannya memegang dadanya sendiri. "Rusak," lirihnya.

"Bi," panggil Anz.

"Abi," panggil Anz lagi "kamu tidak apa-apakan."

Abi menggelengkan kepalanya lemah yang kemudian berdiri "kita pulang sekarang." Sebelum benar-benar Abi melangkah pergi, pandangan Abi kembali teralih pada segerombolan laki-laki itu, yang di lihat Abi yang melakukan perbuatan tidak senonoh itu malah bertambah. Mereka mengambil posisi dan lokasi mereka sendiri, tidak peduli jika itu di atas tanah langsung, baik itu ia yang mabuk-mabukkan tadi dan yang tidak mabuk alias masih sadar tetap melakukan hal yang sama.

Salah satu dari mereka hanya duduk di posisi paling sudut, ia hanya duduk diam dan mengawasi. Mata tajam, pandangan elangnya melihat dari kejauhan hanya ada satu pohon yang daunnya bergerak-gerak. Ia bangun dari posisi duduknya dan berjalan mendekat, tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya itu.

Laki-laki itu bernama Farez Rauf Fatiha Enzo. Laki-laki itu terus berjalan perlahan tanpa mempedulikan apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.

Keberadaan laki-laki dan teman-temannya itu sedikit tinggi karena di atas bukit yang pinggirannya terdapat semen coran tinggi yang disamping bagian bawahnya terdapat pohon.

Laki-laki itu, loncat ke bawah.

Beberapa tapakan langkah Abi dan Anz tapaki. Mereka jalan dengan langkah santai dan jantung mereka berdegup kencang, karena masih ada sisa syok syok. Mereka berdua berjalan beriringan dan sedikit berjarak.

Laki-laki yang sering di panggil Enzo itu sudah melihat punggung Abi dan Anz.

Abi yang menyadari ada yang mengikutinya berpura-pura berjalan sempoyongan yang kemudian menarik Anz untuk berjalan tepat di hadapannya "sayang," lirih Abi dan mendekap Anz di dadanya.

Anz hendak berteriak dan memberontak dengan segera Abi membekap mulut Anz kuat "Syuutttt, malam ini kita akan ke surga bersama."

"Bi," lirih Anz, bola matanya terlihat berkaca-kaca hendak menangis.

Kesunyian dan kegelapan malam menyelimuti, sinar bulan tidak tembus menerangi di karenakan dedaunan dari pohon-pohon besar menutupi. Di bawah langit malam itu, Anz mendongak kepalanya melihat wajah Abi namun matanya jika sedang berada di kegelapan malam tidak bisa melihat dengan jelas bola mata Abi yang mengisyaratkan sesuatu.

Abi merebahkan paksa tubuh Anz di tanah yang kemudian mencium paksa leher Anz yang masih terlapisi kain yang menutupi kepala dan lehernya itu. Abi terus melakukan aksinya, tanpa mempedulikan Anz sibuk memberontak dan matanya yang terus mengaliri linangan air mata.

Abi terus melakukan aksi namun pendengarannya terus mengawasi.

Enzo yang terus melagkah perlahan, berhenti kala melihat dua punggung yang ia lihatnya sudah merebahkan badannya di tanah. Enzo memutar matanya malas dan berdecak kesal yang kemudian melangkahkan kakinya kembali pada titik kumpulnya tadi.

Abi merasakan tidak ada lagi keberadaan orang di dekatnya, dan terdengar suara tapakan langkah halus itu perlahan menjauh dari keberadaannya ini.

"Maaf," ucap lirih Abi bangun dan hendak membantu Anz bangun.

Anz menyilang tangannya sendiri di depan dadanya "kurang ajar kau ya. Aku capek jaga ini semua untuk suamiku malah kau serobot duluan." Satu tamparan keras mendarat di pipi Abi "ini belum cukup puas untukku membalasnya."

Abi merasakan ada aura mata yang menatap dirinya begitu mengintimidasi, langsung kembali mendekati wajahnya pada wajah Anz, ia mencium wajah Anz perlahan dari selingan itu ia  berucap lirih "diamlah sebentar, ada yang mencurigai keberadaan kita. Ada yang mengikuti kita."

Episodes
1 1_Perkenalan
2 2_Pulau Albrataz
3 3_Maaf
4 4_Perahu
5 5_Bekerjasamalah Kalian
6 6_Perkenalan
7 7_Dua Perempuan
8 8_Salting
9 9_Temani
10 10_Periksa
11 11_Apa yang Mereka Lakukan
12 12_Penjelasan
13 13_Sepi
14 14_Pusat Kota
15 15_Pucat
16 16_Ciuman Pertamaku
17 17_Alarm
18 18_Napi
19 19_Love You Sayang
20 20_Sudah Pada Pulang
21 21_Konslet
22 22_Pesisir Pantai
23 23_Jalanan Buntu
24 24_Arahan Abi
25 25_Luar Nalar
26 26_Bukan Urusanmu
27 27_Kau Betina
28 28_Muntah
29 29_Saya Miskin
30 30_Tidak Sadarkan Diri
31 31_Hutan Belantara
32 32_Parfum
33 33_Nona Betina
34 34_Mohon Ampun
35 35_Jilat
36 36_Celurit
37 37_Memanjakanmu
38 38_Kunci Rantai
39 39_Ini Milikku
40 40_jangan Cari Masalah
41 41_Laki Suka Laki
42 42_Kepala Tanpa Badan
43 43_Gayungku
44 44_Bangunan Bawah Tanah
45 45_Selembar Foto
46 46_Tuanmu Mengambil Wanitaku
47 47_Kembali
48 48_Pendisiplinan
49 49_Ricuh
50 50_Api
51 51_Maafkan Aku Sayang
52 52_Ke Surga
53 53_Kecewa
54 54_Tulisan Stenografi
55 55_Memulangkan Kau
56 56_Jangan Mengotori Tanganmu, Bi
57 57_Isi Peti
58 58_Dibohongi Realita
59 59_Jangan Tinggalkan Kami
60 60_Pemakaman
61 61_Camping
62 62_Pandangan Gelap
63 63_Hutan Lumut
64 64_Penjara
65 65_Memulangkan
66 66_Gramofon
67 AMN_Bab 67
68 AMN_Bab 68
69 AMN_Bab 69
70 AMN_Bab 70
71 AMN_Bab 71
72 AMN_Bab 72
73 AMN_Bab 73
74 AMN_Bab 74
75 AMN_Bab 75
Episodes

Updated 75 Episodes

1
1_Perkenalan
2
2_Pulau Albrataz
3
3_Maaf
4
4_Perahu
5
5_Bekerjasamalah Kalian
6
6_Perkenalan
7
7_Dua Perempuan
8
8_Salting
9
9_Temani
10
10_Periksa
11
11_Apa yang Mereka Lakukan
12
12_Penjelasan
13
13_Sepi
14
14_Pusat Kota
15
15_Pucat
16
16_Ciuman Pertamaku
17
17_Alarm
18
18_Napi
19
19_Love You Sayang
20
20_Sudah Pada Pulang
21
21_Konslet
22
22_Pesisir Pantai
23
23_Jalanan Buntu
24
24_Arahan Abi
25
25_Luar Nalar
26
26_Bukan Urusanmu
27
27_Kau Betina
28
28_Muntah
29
29_Saya Miskin
30
30_Tidak Sadarkan Diri
31
31_Hutan Belantara
32
32_Parfum
33
33_Nona Betina
34
34_Mohon Ampun
35
35_Jilat
36
36_Celurit
37
37_Memanjakanmu
38
38_Kunci Rantai
39
39_Ini Milikku
40
40_jangan Cari Masalah
41
41_Laki Suka Laki
42
42_Kepala Tanpa Badan
43
43_Gayungku
44
44_Bangunan Bawah Tanah
45
45_Selembar Foto
46
46_Tuanmu Mengambil Wanitaku
47
47_Kembali
48
48_Pendisiplinan
49
49_Ricuh
50
50_Api
51
51_Maafkan Aku Sayang
52
52_Ke Surga
53
53_Kecewa
54
54_Tulisan Stenografi
55
55_Memulangkan Kau
56
56_Jangan Mengotori Tanganmu, Bi
57
57_Isi Peti
58
58_Dibohongi Realita
59
59_Jangan Tinggalkan Kami
60
60_Pemakaman
61
61_Camping
62
62_Pandangan Gelap
63
63_Hutan Lumut
64
64_Penjara
65
65_Memulangkan
66
66_Gramofon
67
AMN_Bab 67
68
AMN_Bab 68
69
AMN_Bab 69
70
AMN_Bab 70
71
AMN_Bab 71
72
AMN_Bab 72
73
AMN_Bab 73
74
AMN_Bab 74
75
AMN_Bab 75

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!