11_Apa yang Mereka Lakukan

Irwin berajak dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju pintu dan tangannya terulur untuk menutup pintu barak yang terbuka. Sebelum pintu barak tertutup sempurna, pandangan mata Irwin sempat melihat dua orang laki-laki yang berdiri bergempetan dengan tembok dan tangan mereka saling merangkul ke atas.

Satu alis Irwin sedikit terangkat ke atas, mereka ngapain ya. Ah bukan urusan gue juga! Monolog Irwin, menutup pintu barak rapat.

Anto dan Felix setelah membereskan urusan mereka, lantas mereka menyerahkan air sebaskom pada Albert serta handuk kecil “ini. Kau kompres jidat Anz, sampai demamnya reda. Ia hanya kelelahan saja.”

Waktu tertus berputar, kedinginan terus menusuk tulang mereka. Mereka semua terlelap dalam ketidak sadaran, menarik selimut, menutupi seluruh tubuh mereka dari kedinginan yang menyerang, kecuali Albert yang tidak bisa memejamkan matanya dan jiwanya yang terus di hantui rasa kegelisahan.

Albert sibuk, bolak balik meletakkan handuk basah tersebut di dagu Anz berulang kali. Terkadang Albert duduk, memandangi wajah teduh Anz dan kadang Albert berbaring memeluk tubuh Anz.

Entah berapa jam yang terlewati, Albert sudah bisa memejamkan matanya, perlahan terlelap dalam ketidaksadarannya, badannya yang tidur menyamping memeluk Anz hangat.

Sedangkan Anz secara perlahan, mata yang terpejam perlahan terbuka “pusing,” lirihnya, memegang kepalanya sendiri “apa ini?” mengambil handuk kecil yang terlibat rapi di atas dahinya itu. Anz  melihat samping kirinya terdapat Albert yang terlelap dalam tidurnya. Sedikit senyuman terpancar dari bibir indah Anz “terimaksih. Terimakasih telah memberikan aku segalanya yang tidak kudapatkan dari orang yang seharusnya memberikannya.”

Tangan Anz terulur, membelai lembut wajah berkulit sawo matang itu yang brewokan dan kumis tipis itu. Satu kecupan hangat Anz berikan pada pipi Albert “beristirahatlah sejenak sayang.”

Anz bangun dan duduk, membetulkan posisi jilbab kurungnya itu dan mengancingi kembali kancing bajunya yang terkancing asal. Perlahan Anz, hendak melepaskan jarum infus yang terpasang pada tangan kirinya.

“Jangan tinggalkan aku,” ucap Albert, matanya masih tertutup dan peluk nya semakin erat.

“Aku tidak akan meninggalkanmu,” mengelus wajah Albert “tolong lepas dulu, aku mau ke kamar mandi. Udah kebelet ini.”

Albert tersenyum lebar, melepaskan pelukannya namun matanya masih tetap terpejam.

Anz bangun perlahan dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi sendirian dengan serta membawa peralatan mandi dan baju gantinya.

Langkah Anz terus berjalan, dan matanya mengelilingi melihat sekelilingnya. Pandangan mata Anz menelisik tajam pada dua orang perempuan dewasa yang berjalan melewati Anz sambil bergandeng tangan. Awalnya Anz senyum ramah menyapa namun dua perempuan itu, menatap tajam Anz dari bawah sampai atas dan dai atas sampai bawah dengan pandangan mata mereka menatap sinis Anz.

Hembusan napas panjang Anz lakukan, tanpa ambil pusing Anz mengarahkan langkahnya masuk ke kamar mandi sedangkan dua perempuan itu, mendekati pohonan besar yang tersedia ayunan kayu di bawahnya, tampat yang di duduki Luth kemarin.

Setengah jam setelahnya, Anz keluar dari kamar mandi, melihat langit yang mulai menunjukan berubahan warnanya. Warna merah, jingga bertaburan di langit pagi ini, burung-burung bertebangan, bergerombolan. Suara-suara kicauan yang begitu menenangkan. Langkah Anz berhenti dan fokus memandangi dan bibirnya yang tersenyum lebar indah sekali, batinnya berkata.

Anz terus berdiri sampai  beberapa menit lamanya di sana namun  telinga Anz tanpa sengaja mendengar suara aneh yang merusak ketenangannya. Senyuman yang terpancar kian hilang, kerutan kening mulai terlihat dan alis yang terangkat sebelah. Mata Anz terus menelisik dan menyusuri sumber suara “ahhh sayang enak sekali. Lebih dalam lagii ahhh.”

“Setelah ini gantian ya. Aku juga mau, lobangku juga mulai basaaaah,” memanjang kata akhir kalimat.

“Iyaaaah ahhhh Ummmmmmm …..!”

Pandangan mata Anz mengarah pada pohon besar besar yang sedikit tertutup bangunan pepohonan kecil, dari kejauhan Anz melihat tali yang tergantung dan sedikit terhayun-hayun. Anz memundurkan langkah sampai beberapa langkah. Kaki Anz langsung terpaku, matanya melotot, dan mulutnya terbuka ternga-nga lebar melihat adegan yang sedang terjadi di depan sana.

“A a apaa yang sedang meraka lakukan,” lirih Anz, menelan ludahnya kasar.

Dua perempuan dewasa yang ia lihat tadi berjalan melewatinya dengan sorot mata sinis yang di berikannya sekarang salah satu dari mereka duduk di atas hayunan kayu itu tanpa ada kain yang menutupi tubuhnya, tangan memegang erat pada tali, kepala yang mendongak ke atas dan kedua kaki yang letakkan atas bahu perempuan satu lagi yang sedang berjongkok dan menghadap ke inti ke wa ni taan temannnya. Itu.

“Ji lattt lebih daa lamm lagi ahh h h hh,” suara terputus-putus dan napas terengah-engah.

Melepaskan salah satu tangannya dari tali dan memegang kepala temannya, menekan lebih dalam ke in ti ke wan i taan nya itu. Naas suara erangan dan suara desahan kenikmatan yang di keluarkannya itu harus terputus kala keseimbangan tidak menyertai mereka. Tubuh perempuan yang duduk di atas hayun, terjungkal dan terjatuh ke belakang dengan posisi telentang.

Sedangkan perempuan yang satunya lagi, berdiri, membuka seluruh pakaiannya sendiri dengan cepat dan berkata “sekarang giliranku.”

Kelopak mata Anz terbuka dan tertutup beberapa kali yang kemudian melihat mereka melanjutkan aksi mereka dengan posisi yang lain lagi membuat Anz hanya bisa menarik dan membuang napasnya kasar dan menggeleng-gelengkan kepalanya heran “dasar manusia berkaki empat. Yang berkaki empat saja tidak sampai kayak mereka kelakuannya,” melangkahkan kaki kembali, menuju barak.

Langkah Anz baru sampai di ambang pintu barak namun suara alarm bagaikan suara sirene kebarakan terdengar keras. Rekan-rekan Anz yang masih terlelap tidur pada terbangun dan berlarian dalam barak tidak tahu arah, mereka berlari dan berputar-putar di tempat sedangkan di lain sisi, di luar barak para napi-napi, baik itu napi laki-laki ataupun napi perempuan pada berhamburan keluar dari bangunan-bangunan itu.

“Apa yang terjadi.”

“Apa yang terjadi.”

“Kenapa.”

“Ada apa,” beberapa pertanyaan itu terus terulang bertanya pada Anz dari rekan-rekannya.

“Gak tahu,” mengangkat bahu.

Suara sirene itu perlahan mengecil dan kemudian menghilang perlahan. Rekan-rekan Anz yang sibuk berlarian pada berhenti, berdiri menatap satu sama lain dalam keadaan kebingungan.

Sembilan pasang mata itu terarah menatap Anz bersamaan.

“Sayang dari mana? Apa yang terjadi di luar?”

“Kamu dari mana?”

“Kau dari mana?”

“Lu dari mana?”

Pertanyaan yang bermakna sama dari orang berbeda tertuju bersamaan kepada Anz.

“Dari kamar mandi,” jawab Anz seadanya yang kemudian melangkah masuk ke dalam dan menyimpan baju kotor dan peralatan mandi pada tempatnya. “Kalian  bersiap-siaplah, hari ini kita akan berkeliling, lihat suasana luar.”

Episodes
1 1_Perkenalan
2 2_Pulau Albrataz
3 3_Maaf
4 4_Perahu
5 5_Bekerjasamalah Kalian
6 6_Perkenalan
7 7_Dua Perempuan
8 8_Salting
9 9_Temani
10 10_Periksa
11 11_Apa yang Mereka Lakukan
12 12_Penjelasan
13 13_Sepi
14 14_Pusat Kota
15 15_Pucat
16 16_Ciuman Pertamaku
17 17_Alarm
18 18_Napi
19 19_Love You Sayang
20 20_Sudah Pada Pulang
21 21_Konslet
22 22_Pesisir Pantai
23 23_Jalanan Buntu
24 24_Arahan Abi
25 25_Luar Nalar
26 26_Bukan Urusanmu
27 27_Kau Betina
28 28_Muntah
29 29_Saya Miskin
30 30_Tidak Sadarkan Diri
31 31_Hutan Belantara
32 32_Parfum
33 33_Nona Betina
34 34_Mohon Ampun
35 35_Jilat
36 36_Celurit
37 37_Memanjakanmu
38 38_Kunci Rantai
39 39_Ini Milikku
40 40_jangan Cari Masalah
41 41_Laki Suka Laki
42 42_Kepala Tanpa Badan
43 43_Gayungku
44 44_Bangunan Bawah Tanah
45 45_Selembar Foto
46 46_Tuanmu Mengambil Wanitaku
47 47_Kembali
48 48_Pendisiplinan
49 49_Ricuh
50 50_Api
51 51_Maafkan Aku Sayang
52 52_Ke Surga
53 53_Kecewa
54 54_Tulisan Stenografi
55 55_Memulangkan Kau
56 56_Jangan Mengotori Tanganmu, Bi
57 57_Isi Peti
58 58_Dibohongi Realita
59 59_Jangan Tinggalkan Kami
60 60_Pemakaman
61 61_Camping
62 62_Pandangan Gelap
63 63_Hutan Lumut
64 64_Penjara
65 65_Memulangkan
66 66_Gramofon
67 AMN_Bab 67
68 AMN_Bab 68
69 AMN_Bab 69
70 AMN_Bab 70
71 AMN_Bab 71
72 AMN_Bab 72
73 AMN_Bab 73
74 AMN_Bab 74
75 AMN_Bab 75
Episodes

Updated 75 Episodes

1
1_Perkenalan
2
2_Pulau Albrataz
3
3_Maaf
4
4_Perahu
5
5_Bekerjasamalah Kalian
6
6_Perkenalan
7
7_Dua Perempuan
8
8_Salting
9
9_Temani
10
10_Periksa
11
11_Apa yang Mereka Lakukan
12
12_Penjelasan
13
13_Sepi
14
14_Pusat Kota
15
15_Pucat
16
16_Ciuman Pertamaku
17
17_Alarm
18
18_Napi
19
19_Love You Sayang
20
20_Sudah Pada Pulang
21
21_Konslet
22
22_Pesisir Pantai
23
23_Jalanan Buntu
24
24_Arahan Abi
25
25_Luar Nalar
26
26_Bukan Urusanmu
27
27_Kau Betina
28
28_Muntah
29
29_Saya Miskin
30
30_Tidak Sadarkan Diri
31
31_Hutan Belantara
32
32_Parfum
33
33_Nona Betina
34
34_Mohon Ampun
35
35_Jilat
36
36_Celurit
37
37_Memanjakanmu
38
38_Kunci Rantai
39
39_Ini Milikku
40
40_jangan Cari Masalah
41
41_Laki Suka Laki
42
42_Kepala Tanpa Badan
43
43_Gayungku
44
44_Bangunan Bawah Tanah
45
45_Selembar Foto
46
46_Tuanmu Mengambil Wanitaku
47
47_Kembali
48
48_Pendisiplinan
49
49_Ricuh
50
50_Api
51
51_Maafkan Aku Sayang
52
52_Ke Surga
53
53_Kecewa
54
54_Tulisan Stenografi
55
55_Memulangkan Kau
56
56_Jangan Mengotori Tanganmu, Bi
57
57_Isi Peti
58
58_Dibohongi Realita
59
59_Jangan Tinggalkan Kami
60
60_Pemakaman
61
61_Camping
62
62_Pandangan Gelap
63
63_Hutan Lumut
64
64_Penjara
65
65_Memulangkan
66
66_Gramofon
67
AMN_Bab 67
68
AMN_Bab 68
69
AMN_Bab 69
70
AMN_Bab 70
71
AMN_Bab 71
72
AMN_Bab 72
73
AMN_Bab 73
74
AMN_Bab 74
75
AMN_Bab 75

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!