Up 6

Pagi itu, Amora melihat Arhan masih berada di apartemen.

“Kakak nggak ke kantor?” tanyanya sambil mendekat.

“Enggak, hari ini akhir pekan,” jawab Arhan santai.

“Oh, iya, aku lupa,” ujar Amora, sedikit tersenyum.

Arhan menatapnya lembut. “Amora.”

“Ya?”

“Masih sakit?”

“Sudah agak mendingan.”

Arhan menarik napas dalam. “Sekali lagi, aku minta maaf. Aku nggak bermaksud.”

“Sudah. Jangan minta maaf terus. Semuanya sudah terjadi, dan mungkin memang takdirku harus seperti ini,” balas Amora sambil menunduk.

Arhan mendekat, menggenggam tangannya erat. “Aku janji, Amora. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu sendirian.”

Amora tersenyum kecil, meski matanya masih menyiratkan rasa ragu. “Kak, kenapa bisa cinta sama aku?”

“Entahlah,” ujar Arhan jujur. “Aku sendiri nggak tahu kapan perasaan itu hadir. Tapi sejak pertama kali kita bertemu, aku merasa ada yang berbeda.”

Amora tertawa kecil. “Awalnya aku takut, Kak, kalau cintaku bertepuk sebelah tangan. Apalagi, aku cuma gadis biasa yang nggak pantas bersanding sama Kakak, CEO muda terkaya di negara ini.”

“Siapa bilang kamu nggak pantas untukku?” potong arhan tegas.

“Status kita, Kak,” jawab Amora pelan.

Arhan menatapnya dalam-dalam. “Sudah, jangan berpikir macam-macam. Yang pasti, aku akan selalu bersamamu dan menjagamu.”

“Terima kasih,” bisik Amora, hatinya mulai luluh.

***

Suara ponsel Arhan tiba-tiba memecah suasana.

📲 Bibi Asih

“Katakan, Bi. Ada apa?”

“Tuan muda, di mana sekarang? Nyonya sakit, Tuan,” suara di seberang terdengar panik.

“Mama sakit? Bagaimana bisa? Bukannya kemarin Mama baik-baik saja?”

“Bibi juga nggak tahu, Tuan. Tapi, Tuan muda harus segera pulang. Nyonya membutuhkan Anda.”

“Baik, saya akan pulang sekarang.”

Arhan menutup telepon dengan ekspresi cemas.

Di rumah utama, Rara bersandar di tempat tidur, wajahnya dihiasi riasan pucat. Bi Asih berdiri di sisinya.

“Bagaimana, Bi? Apa Arhan percaya?” tanya Rara dengan nada puas.

“Berhasil, Nyonya. Tuan muda akan segera pulang.”

Rara tersenyum tipis. “Bagus. Bagaimana riasan saya? Sudah terlihat seperti orang sakit, kan?”

“Sudah, Nyonya. Sangat meyakinkan.”

“Baiklah, sekarang keluar dan pura-pura lah cemas saat Arhan datang.”

“Baik, Nyonya.”

Di apartemen, Arhan meraih tangan Amora.

“Ada apa,?” tanya Amora bingung.

“Amora, ikutlah denganku.”

“Kita mau ke mana?”

“Mama sakit. Aku nggak tenang kalau meninggalkanmu sendirian.”

“Tapi, Kak…”

“Jangan takut. Percayalah sama aku,” ujar Arhan meyakinkan.

Sesampainya di rumah utama, Bi Asih menyambut mereka dengan wajah cemas.

“Tuan muda, akhirnya Anda datang juga!” serunya.

“Di mana Mama?” tanya Arhan, buru-buru masuk.

“Nyonya ada di kamarnya, Tuan.”

Tanpa pikir panjang, Arhan menggandeng Amora menuju kamar ibunya.

“Mama! Kenapa Mama bisa sakit? Bukannya kemarin Mama baik-baik saja?” tanya Arhan dengan nada khawatir.

Rara menatap putranya dengan lemah. “Mama memikirkanmu, Nak. Mama sudah tua, tapi belum juga punya menantu atau cucu. Rasanya umur Mama sudah tidak lama lagi…”

“Mama, jangan bicara seperti itu! Umur Mama masih panjang,” potong Arhan, mencoba menenangkan.

Rara menggeleng pelan. “Mama serius, Arhan. Mama kena kanker stadium 4. Sebelum Mama pergi, Mama ingin melihat kamu menikah…”

“Mama bohong!” Arhan memandang ibunya dengan ekspresi tidak percaya.

“Mama tidak bohong, Nak.”

Arhan terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan Amora. “Mama, Arhan pasti akan segera menikah. Ini Amora, calon istri Arhan.”

Amora tersenyum kikuk. “Amora, Tante.”

Rara berpura-pura tersenyum lembut. Namun, dalam hatinya ia berkata, "Bagaimana mungkin putraku bersanding dengan wanita seperti ini? Tapi aku harus berpura-pura menyukainya. Lihat saja nanti, aku akan membuatnya pergi jauh dari Gibran."

“Mama, nggak apa-apa?” tanya Arhan, menyadari ibunya tampak termenung.

Rara mengangguk pelan. “Mama nggak apa-apa. Hanya kepala Mama sedikit pusing.”

“Kalau begitu, Mama istirahat ya.”

“Iya, tapi kamu malam ini tidur di rumah ya, Han.”

“Iya, Ma. Tapi, aku harus antar Amora pulang dulu.”

Amora berpamitan dengan sopan sebelum mereka meninggalkan rumah utama.

Di dalam mobil, Amora hanya diam, memandang keluar jendela.

“Amora, hey…” Arhann memanggilnya lembut.

“Iya, Kak,” jawab Amora tanpa menoleh.

“Kenapa diam terus? Apa yang kamu pikirkan?”

“Tidak ada.”

“Jangan berbohong. Aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu.”

Amora menoleh pelan. “Ibu Kak Arhan sepertinya tidak suka denganku.”

“Mama sedang sakit, Ara. Aku yakin Mama menyukaimu.”

“Benarkah?” tanyanya ragu.

“Hem. Sudah, jangan banyak pikiran.”

Amora menghela napas. “Kak, boleh nggak malam ini aku tidak tidur di apartemen?”

“Kamu mau tidur di mana?”

“Di rumah Zeline.”

“Baiklah, aku antar ke sana.”

.

Episodes
1 Up 1
2 Up 2
3 Up 3
4 Up 4
5 Up 5
6 Up 6
7 Up 7
8 Up 8
9 Up 9
10 Up 10
11 Up 11
12 Up 12
13 Up 13
14 Up 14
15 Up 15
16 Up 16
17 Up 17
18 Up 18
19 Up 19
20 Up 20
21 Up 21
22 Up 22
23 Up 23
24 Up 24
25 Up 25
26 Up 26
27 Up 27
28 Up 28
29 Up 29
30 Up 30
31 Up 31
32 Up 32
33 Up 33
34 Up 34
35 Up 35
36 Up 36
37 Up 37
38 Up 38
39 Up 39
40 Up 40
41 Up 41
42 Up 42
43 Up 43
44 Up 44
45 Up 45
46 Up 46
47 Up 47
48 Up 48
49 Up 49
50 Up 50
51 Up 51
52 Up 52
53 Up 53
54 Up 54
55 Up 55
56 Up 56
57 Up 57
58 Up 58
59 Up 59
60 Up 60
61 Up 61 Generation
62 Up 62
63 Up 63
64 Up 64
65 Up 65 Afan di jodohkan?
66 Up 66
67 Up 67
68 Up 68 Afan meninggalkan Mansion
69 Up 69
70 Up 70
71 Up 71 Afan dan Sera di Restui
72 Up 72 Pernikahan Afan dan Sera
73 Up 73
74 Up 74
75 Up 75
76 Up 76
77 Up 77
78 Up 78
79 Up 79
80 Up 80
81 Up 81
82 Up 82
83 Up 83
84 Up 84
85 Up 85
86 Up 86
87 Up 87
88 Up 88 Kejutan Utk Afan
89 Up 89 Ultah Afan
90 Up 90
91 Up 91 Sera Keguguran
92 Up 92
93 Up 93
94 Up 94
95 Up 95
96 Up 96
97 Up 97
98 Up 98
99 Up 99
100 Up 100
101 Up 101
102 Up 102
103 Up 103
104 Up 104
105 Up 105
106 Up 106
107 Up 107
108 Up 108
109 Up 109
110 Up 110
111 Up 111
112 Up 112
113 Up 113
114 Up 114
115 Up 115 Next Generation
116 Up 116
117 Up 117
118 Up 118
119 Up 119
120 Up 120
121 Up 121
122 Up 122
123 Up 123
124 Up 124
125 Up 125
126 Up 126
127 Up 127
128 Up 128
129 Up 129
130 Up 130
131 Up 131...End...
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Up 1
2
Up 2
3
Up 3
4
Up 4
5
Up 5
6
Up 6
7
Up 7
8
Up 8
9
Up 9
10
Up 10
11
Up 11
12
Up 12
13
Up 13
14
Up 14
15
Up 15
16
Up 16
17
Up 17
18
Up 18
19
Up 19
20
Up 20
21
Up 21
22
Up 22
23
Up 23
24
Up 24
25
Up 25
26
Up 26
27
Up 27
28
Up 28
29
Up 29
30
Up 30
31
Up 31
32
Up 32
33
Up 33
34
Up 34
35
Up 35
36
Up 36
37
Up 37
38
Up 38
39
Up 39
40
Up 40
41
Up 41
42
Up 42
43
Up 43
44
Up 44
45
Up 45
46
Up 46
47
Up 47
48
Up 48
49
Up 49
50
Up 50
51
Up 51
52
Up 52
53
Up 53
54
Up 54
55
Up 55
56
Up 56
57
Up 57
58
Up 58
59
Up 59
60
Up 60
61
Up 61 Generation
62
Up 62
63
Up 63
64
Up 64
65
Up 65 Afan di jodohkan?
66
Up 66
67
Up 67
68
Up 68 Afan meninggalkan Mansion
69
Up 69
70
Up 70
71
Up 71 Afan dan Sera di Restui
72
Up 72 Pernikahan Afan dan Sera
73
Up 73
74
Up 74
75
Up 75
76
Up 76
77
Up 77
78
Up 78
79
Up 79
80
Up 80
81
Up 81
82
Up 82
83
Up 83
84
Up 84
85
Up 85
86
Up 86
87
Up 87
88
Up 88 Kejutan Utk Afan
89
Up 89 Ultah Afan
90
Up 90
91
Up 91 Sera Keguguran
92
Up 92
93
Up 93
94
Up 94
95
Up 95
96
Up 96
97
Up 97
98
Up 98
99
Up 99
100
Up 100
101
Up 101
102
Up 102
103
Up 103
104
Up 104
105
Up 105
106
Up 106
107
Up 107
108
Up 108
109
Up 109
110
Up 110
111
Up 111
112
Up 112
113
Up 113
114
Up 114
115
Up 115 Next Generation
116
Up 116
117
Up 117
118
Up 118
119
Up 119
120
Up 120
121
Up 121
122
Up 122
123
Up 123
124
Up 124
125
Up 125
126
Up 126
127
Up 127
128
Up 128
129
Up 129
130
Up 130
131
Up 131...End...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!