Up 5

Setelah sampai di rumah, Arhan langsung disambut oleh ibunya, Rara, yang sedang menerima tamu.

"Mama," sapanya, suaranya datar.

“Eh, Arhan ! Kamu datang, Nak. Kebetulan sekali,” ujar Rara sambil tersenyum. “Kenalkan, ini teman Mama, Pak Johan dan istrinya, Tante Emely.”

Arhan mengangguk sopan. “Arhan, Om, Tante.”

“Oh ya, Han, ini anak mereka, Kinanti,” tambah Rara, memperkenalkan seorang perempuan muda yang duduk anggun di sebelah Emely.

“Kinanti,” ujar gadis itu sambil tersenyum malu.

“Mama, Arhan capek. Mau ke kamar dulu,” potong Arhan, mencoba menghindar.

Namun, Rara menghentikannya. “Arhan, bisa nggak kamu bersikap lebih sopan sama calon istrimu?”

Arhan berhenti sejenak, menoleh dengan alis terangkat. “Calon istri? Sejak kapan Arhan punya calon istri?”

Rara tersenyum tipis, tetapi nadanya tegas. “Kamu sudah 25 tahun, Arhan. Selama ini kamu hanya sibuk bekerja tanpa memikirkan masa depanmu. Mama sudah memutuskan untuk menjodohkan kalian.”

“Mama, jangan bercanda. Arhan sudah dewasa. Arhan bisa cari sendiri,” jawabnya dengan suara yang mulai meninggi.

“Mau sampai kapan, hah? Sampai Mama mati, iya?” balas Rara, suaranya bergetar emosi.

“Mama…” Arhan memejamkan mata, berusaha menenangkan diri.

Melihat situasi memanas, Kinanti mencoba tersenyum menenangkan. “Tidak apa-apa, Tante. Kinan mengerti kok.”

Namun, Arhan memilih pergi tanpa menghiraukan panggilan ibunya yang terus terdengar di belakangnya.

Malam itu, Arhan melampiaskan emosinya dengan memesan minuman di sebuah klub. Tanpa sadar, malam semakin larut, dan dia meninggalkan tempat itu dalam keadaan setengah mabuk. Meski sempoyongan, Arhan berhasil pulang ke apartemennya.

Saat masuk, dia melihat Amora tertidur di sofa dengan piyamanya. Tanpa kata, Arhan mendekatinya, dan tanpa sadar mencium bibirnya.

“Kak… Kakak mabuk?” Amora terbangun, suaranya terdengar panik.

Namun, Arhan tidak menjawab. Dengan mata yang masih diliputi kabut alkohol, dia mendekati Amora lebih jauh, hingga semua batasan yang ada hancur malam itu. Amora hanya bisa menahan tangis, tak mampu melawan.

Pagi harinya, Arhan terbangun dengan kepala berat dan kenangan samar tentang apa yang terjadi semalam. Saat matanya melihat bercak darah di seprai, tubuhnya membeku. Dari kamar mandi, terdengar suara tangisan.

“Amora…” Arhan memanggil pelan sambil mengetuk pintu.

Tangisan di dalam semakin keras.

Arhan membuka pintu dengan hati-hati dan melihat Amora terduduk di lantai, menangis tersedu-sedu.

“Kenapa? Kenapa Kakak lakukan ini ke aku?” isaknya.

Arhan berlutut di depannya. “Maafkan aku, Amora. Aku mabuk, aku tidak sadar apa yang kulakukan…” Dengan hati-hati, dia memeluk Amora yang masih terisak.

“Hiks… hiks… Aku takut, Kak. Bagaimana kalau aku hamil?” suaranya gemetar.

Arhan menggenggam tangannya erat. “Jangan takut. Aku janji, aku akan bertanggung jawab. Tapi kumohon, jangan menangis. Hatiku sakit melihatmu begini.”

Amora mendongak, menatapnya dengan mata basah. “Apa Kakak serius?”

“Iya, aku serius. Aku mencintaimu, Amora,” jawab Arhan mantap.

Mata Amora membesar. “Kakak bilang apa?”

“Aku mencintaimu, Amora,” ulang Arhan sambil tersenyum kecil.

Tangis Amora kembali pecah, tapi kali ini bercampur haru. “Aku tidak menyangka… cinta aku tidak bertepuk sebelah tangan…”

“Sudah, sekarang kita kembali ke kamar. Kalau terus di sini, kamu bisa kedinginan,” ujar Arhan sambil membantu Amora berdiri.

Namun, Amora meringis kesakitan. “Akh…, ini sakit…”

Arhan langsung menggendongnya dan membawanya ke tempat tidur.

“Aku janji, aku akan menikahimu segera,” kata Arhan tegas.

Amora terdiam. “Bagaimana dengan orang tua Kakak?”

“Besok aku akan membawa kamu menemui Mama,” jawabnya tanpa ragu.

“Tapi, Kak—”

“Sudah, jangan pikirkan apa-apa dulu. Sekarang makan. Aku sudah memesannya tadi,” potong Arhan, mengusap kepala Amora lembut.

“Terima kasih,” bisik Amora pelan.

Di sebuah supermarket, Zeline tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.

“Eh, maaf,” ujar pria itu.

“Iya, gue juga minta maaf,” balas Zeline, lalu keduanya saling memandang.

“Kamu…”

“Lo…”

“Saya Galang,” pria itu memperkenalkan diri.

“Gue Zeline,” jawab Zeline. “Lo tangan kanannya Tuan Muda, kan?”

Galang mengangguk. “Iya. Dan kamu, gadis yang kerja di restoran milik Tuan Muda, kan?”

Zeline terkejut. “Restoran itu milik Tuan Muda?”

“Iya. Bagaimana kalau kita ngopi dulu?” tawar Galang sambil tersenyum.

“Emm… boleh, kalau nggak ngerepotin,” jawab Zeline sedikit ragu.

“Tidak sama sekali. Mari,” ajak Galang, berjalan lebih dulu.

“Terima kasih,” kata Zeline sambil mengikutinya.

Episodes
1 Up 1
2 Up 2
3 Up 3
4 Up 4
5 Up 5
6 Up 6
7 Up 7
8 Up 8
9 Up 9
10 Up 10
11 Up 11
12 Up 12
13 Up 13
14 Up 14
15 Up 15
16 Up 16
17 Up 17
18 Up 18
19 Up 19
20 Up 20
21 Up 21
22 Up 22
23 Up 23
24 Up 24
25 Up 25
26 Up 26
27 Up 27
28 Up 28
29 Up 29
30 Up 30
31 Up 31
32 Up 32
33 Up 33
34 Up 34
35 Up 35
36 Up 36
37 Up 37
38 Up 38
39 Up 39
40 Up 40
41 Up 41
42 Up 42
43 Up 43
44 Up 44
45 Up 45
46 Up 46
47 Up 47
48 Up 48
49 Up 49
50 Up 50
51 Up 51
52 Up 52
53 Up 53
54 Up 54
55 Up 55
56 Up 56
57 Up 57
58 Up 58
59 Up 59
60 Up 60
61 Up 61 Generation
62 Up 62
63 Up 63
64 Up 64
65 Up 65 Afan di jodohkan?
66 Up 66
67 Up 67
68 Up 68 Afan meninggalkan Mansion
69 Up 69
70 Up 70
71 Up 71 Afan dan Sera di Restui
72 Up 72 Pernikahan Afan dan Sera
73 Up 73
74 Up 74
75 Up 75
76 Up 76
77 Up 77
78 Up 78
79 Up 79
80 Up 80
81 Up 81
82 Up 82
83 Up 83
84 Up 84
85 Up 85
86 Up 86
87 Up 87
88 Up 88 Kejutan Utk Afan
89 Up 89 Ultah Afan
90 Up 90
91 Up 91 Sera Keguguran
92 Up 92
93 Up 93
94 Up 94
95 Up 95
96 Up 96
97 Up 97
98 Up 98
99 Up 99
100 Up 100
101 Up 101
102 Up 102
103 Up 103
104 Up 104
105 Up 105
106 Up 106
107 Up 107
108 Up 108
109 Up 109
110 Up 110
111 Up 111
112 Up 112
113 Up 113
114 Up 114
115 Up 115 Next Generation
116 Up 116
117 Up 117
118 Up 118
119 Up 119
120 Up 120
121 Up 121
122 Up 122
123 Up 123
124 Up 124
125 Up 125
126 Up 126
127 Up 127
128 Up 128
129 Up 129
130 Up 130
131 Up 131...End...
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Up 1
2
Up 2
3
Up 3
4
Up 4
5
Up 5
6
Up 6
7
Up 7
8
Up 8
9
Up 9
10
Up 10
11
Up 11
12
Up 12
13
Up 13
14
Up 14
15
Up 15
16
Up 16
17
Up 17
18
Up 18
19
Up 19
20
Up 20
21
Up 21
22
Up 22
23
Up 23
24
Up 24
25
Up 25
26
Up 26
27
Up 27
28
Up 28
29
Up 29
30
Up 30
31
Up 31
32
Up 32
33
Up 33
34
Up 34
35
Up 35
36
Up 36
37
Up 37
38
Up 38
39
Up 39
40
Up 40
41
Up 41
42
Up 42
43
Up 43
44
Up 44
45
Up 45
46
Up 46
47
Up 47
48
Up 48
49
Up 49
50
Up 50
51
Up 51
52
Up 52
53
Up 53
54
Up 54
55
Up 55
56
Up 56
57
Up 57
58
Up 58
59
Up 59
60
Up 60
61
Up 61 Generation
62
Up 62
63
Up 63
64
Up 64
65
Up 65 Afan di jodohkan?
66
Up 66
67
Up 67
68
Up 68 Afan meninggalkan Mansion
69
Up 69
70
Up 70
71
Up 71 Afan dan Sera di Restui
72
Up 72 Pernikahan Afan dan Sera
73
Up 73
74
Up 74
75
Up 75
76
Up 76
77
Up 77
78
Up 78
79
Up 79
80
Up 80
81
Up 81
82
Up 82
83
Up 83
84
Up 84
85
Up 85
86
Up 86
87
Up 87
88
Up 88 Kejutan Utk Afan
89
Up 89 Ultah Afan
90
Up 90
91
Up 91 Sera Keguguran
92
Up 92
93
Up 93
94
Up 94
95
Up 95
96
Up 96
97
Up 97
98
Up 98
99
Up 99
100
Up 100
101
Up 101
102
Up 102
103
Up 103
104
Up 104
105
Up 105
106
Up 106
107
Up 107
108
Up 108
109
Up 109
110
Up 110
111
Up 111
112
Up 112
113
Up 113
114
Up 114
115
Up 115 Next Generation
116
Up 116
117
Up 117
118
Up 118
119
Up 119
120
Up 120
121
Up 121
122
Up 122
123
Up 123
124
Up 124
125
Up 125
126
Up 126
127
Up 127
128
Up 128
129
Up 129
130
Up 130
131
Up 131...End...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!