04 | Kecerdasan Elisabeth

Di sisi para pengawal.

Sudah lebih dari 10 menit setelah mendengar kabar bahwa nona mereka hanya akan buang air kecil saja, mereka tak mendengar apa pun dari luar dan mulai mencurigai sesuatu.

Tok. Tok. Tok. Pintu diketuk sebanyak tiga kali oleh salah satu dari mereka, yang lainnya berusaha untuk menjaga harga diri mereka karna berjaga di depan kamar kecil perempuan dan begitu memalukan.

Tidak ada tanda-tanda dari dalam, mereka semua pun mendobrak pintu kamar kecil dan masuk lalu membuka satu persatu pintu yang ada di dalam.

Hingga pintu terakhir yang ada terkunci di dalam sana, tiga ketukan terulang kembali sampai salah satu dari mereka mengintip dari bawah pintu. Tidak ada sepasang kaki di sana.

Brak!

Pintu terakhir didobrak, mereka panik tidak ada siapa pun di dalam dari sekian banyaknya ruangan kamar kecil yang didobrak. Sebelum mendobrak, mereka sudah meyakini bahwa hanya ada nona mereka yang masuk ke dalam kamar kecil saat itu.

"Cari dia di segala penjuru sekolah, ia pasti baru saja meninggalkan sekolah, belum jauh!" titah salah satu dari antara mereka.

Sulit sekali menemukan jejak nona muda mereka, mengingat bahwa Elisabeth melepas sepatunya yang ia kenakan dan hanya berlari menggunakan kaki telanjangnya. Terlebih, gadis itu tadinya sudah berdoa supaya hari ini hujan turun untuk memudahkan jejaknya menghilang.

Tetap menjaga ketenangan dengan mencari secara biasa, mereka tidak ingin seluruh murid atau orang-orang di sekolah ini tahu bahwa nona dari keluarga terpandang sedang mencoba untuk kabur dari sekolah. Sungguh mencoreng nama baik keluarga Ellgyon.

...♡♡♡...

Elisabeth sudah sampai di dalam ruangan telekomunikasi kecil yang berada sedikit jauh dari sekolahnya, ia masuk ke dalam sana dan mengambil gagang telepon yang ada serta memasukkan beberapa perak uang.

Jaket hoodie yang ada di dalam tasnya ia keluarkan dan kenakan untuk menutupi dirinya seluruh tubuh, tak lupa ia menekan nomor yang ada di sana untuk menghubungi seseorang yang dekat dengannya.

Tut. Tut. Tut.

"Cepat angkat ...." Sembari melihat ke sekelilingnya bahwa dirinya aman, ia menunggu balasan dari seberang hingga panggilan terangkat. "Halo, Nika?!"

"Hai, El! Jarang-jarang sekali kau menghubungiku bahkan sepagi ini," balas seorang gadis dari seberang sana yang kenyataannya adalah sahabat karib dari nona keluarga terpandang yang sedang mencoba untuk kabur ini.

"Nika, aku butuh bantuanmu. Sekarang juga, kau kirim supirmu ke perempatan jalan St. White Street. Jangan tanya mengapa, aku akan menceritakan semuanya nanti," pinta gadis itu seraya tetap waspada.

Nika bingung dan termenung sebentar. "Baiklah, aku akan mengirimkannya. Jangan lupa mengabariku," sahut gadis itu peka. Entah apa yang dihadapi sahabatnya saat itu, ia akan mengetahuinya nanti.

Panggilan pun terputus secara singkat, Elisabeth merungguh dan menutupi tubuhnya dengan jaketnya dengan benar. Orang lalu-lalang dilihatnya, untung saja tidak ada salah seorang dari pengawalnya sama sekali.

Hingga beberapa menit kemudian, mobil berwarna putih datang ke perempatan jalan besar itu. Elisabeth menengadah dan keluar dari ruangan kecil nan sempit itu, berlari menghampiri mobil itu dan mengetuk jendelanya dua kali.

"Permisi, apa benar dari Nona Deranika Janeque?" tanya gadis itu hingga supir mengiyakannya dengan anggukan kepala.

Elisabeth pun masuk ke dalam mobil. "Tolong pergi ke mana saja yang penting jangan melewati St. Ellgyon Street dan jalan ini," pinta gadis itu seraya menyodorkan beberapa keping emas batangan kecil yang ia bawa.

Bukan emas khusus dari perusahaan keluarganya yang ia bawa, hal itu dilakukan agar dirinya tak meninggalkan jejak di mana pun.

"Baiklah, Nona. Terima kasih," ujar supir itu dengan ramah. Ia tak akan pernah menyangka bahwa gadis di dalam rangkapan jaket itu adalah nona muda Keluarga Ellgyon.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***