10. Dikunci

“Mi, kamu ada masalah apa dengan para wanita?” Tanya Romi.

“Masalah apa? Tidak ada, Mas.”

“Kenapa mereka melihatmu seperti tidak suka?” Romi memberikan isyarat dengan lirikannya.

Mereka saat ini sedang berada di kantin mess karyawan karena acara makan malam yang diadakan oleh HR departement yang membeli hasil buruan dari orang kampung. Dan Azmi terlihat mencolok karena duduk di kursi yang penuh dengan laki-laki. Tempat duduk yang diatur sesuai dengan departement masing-masing membuatnya harus berada di tengah-tengah laki-laki termasuk 2 bosnya.

Dari semua departement, hanya Azmi yang merupakan satu-satunya wanita sedangkan barisan yang dimaksud Romi adalah kursi departemen Plan. Ada 5 wanita disana.

“Mungkin ada yang baksir Mas Romi atau Kak Dino, makanya menatap tidak suka karena aku ada diantara kalian.” Dino yang sedari tadi mengabaikan sekitarnya menatap Azmi.

“Aku tidak suka.” Katanya singkat.

Azmi dan Romi melihat kearah Dino yang kembali fokus dengan ponselnya.

“Mereka tidak akan berani menyukai Dino. Dia itu terkenal sebagai kulkas berjalan.” Kata Budi yang ada diseberang meja.

“Lalu, kenapa mereka tidak suka denganku?” Tanya Azmi.

“Anggap saja mereka iri denganmu, Non!”

“Apa yang di iri dariku? Bukankah mereka sudah bekerja lebih lama dariku?”

“Hati wanita itu rumit! Siapa yang tahu alasannya?” Kata Romi cuek.

“Pantas saja pacarmu selalu kabur!” Ejek Budi.

“Apa hubungannya?”

“Sikapmu yang terlalu cuek itu membuat wanita tidak diperhatikan.”

“Aku tidak bisa sepertimu yang takut dengan istri!” Romi balas mengejek.

“Bukan takut istri! Aku menjaga perasaannya, aku menurut dengannya karena ingin membahagiakannya.”

“Tetap saja takut istri namanya!”

Romi dan Budi berakhir saling ejek, membuat Azmi hanya diam mendengarkan. Saat makanan disajikan, Dino mengatakan kepada Azmi untuk tidak makan terlalu banyak. Hal ini dikarenakan hewan buruan yang dibeli adalah kijang. Daging kijang bersifat panas seperti daging kuda jadi dianjurkan makan secukupnya. Azmi mengangguk sambil tersenyum.

Semua orang makan dengan lahap karena jarang-jarang mereka bisa menikmati daging kijang hasil buruan. Selain daging kijang yang dimasak bistik, pihak kantin juga memasak sup, dan sayuran lain sebagai pendamping. Azmi mengambil daging rusa satu sendok dan mengambil urap sebagai teman makan.

Selesai makan, semua orang satu persatu berpamitan. Sebagian kembali ke mess dan sebagian pulang ke rumah, termasuk Azmi. Hari yang sudah malam, membuat Azmi melajukan motornya dengan perlahan. Tidak ada yang searah dengannya karena rata-rata kearah yang berlawanan dengannya. Begitu sampai dirumah, Ayah Azmi sudah menunggunya di teras.

“Bagaimana acaranya?”

“Hanya makan-makan saja, Yah. Ada yang membeli kijang dari orang Legai, makanya semua orang diundang untuk makan-makan.”

“Kamu makan?”

“Iya, Yah. Tapi sedikit saja, rasanya seperti daging sapi tapi tidak berlemak.”

“Daging kijang memeng rendah lemak. Bagus untuk jantung dan mencegah anemia. Sana bersihkan diri lalu istirahat, besok kamu masih bekerja.”

“Iya, Yah.”

...****************...

Beberapa minggu kemudian, Azmi yang selalu mengambil jalan memutar bertemu dengan gerombolan wanita departemen Plan di dekat toilet. Entah kenapa mereka bisa kebetulan mengantre di toilet. Azmi ingin berbalik, tetapi dirinya sudah ingin buang air kecil. Tidak ada toilet lain, selain disini. Terpaksa Azmi menunggu disana.

“Enak ya, dikerubungi laki-laki? Sudah seperti lebah mengerubungi bunga. Sayangnya bunga bangkai.” Celetuk salah satu dari mereka.

“Kalau bunga bangkai, bukan lebah tapi lalat.”

Azmi hanya diam tidak menghiraukan mereka. Ia memilih masuk ke toilet untuk segera menuntaskan keinginannya dan pergi dari sana. Tetapi harapan Azmi tak berjalan mulus karena ia justru tidak bisa keluar dari toilet. Ada yang menguncinya dari luar. Ia tak membawa ponselnya sehingga ia hanya bisa berteriak, berharap ada yang menolongnya. Nahas, tak ada orang yang ke toilet setelah Azmi masuk, jadi ia menunggu lama dengan tetap mengetuk pintu. Sampai beberapa saat kemudian ada yang membukakan pintu.

“Azmi?” Seru Serli.

“Terima kasih, Mbak!”

“Kamu ada masalah dengan wanita-wanita itu?”

“Aku juga tidak tahu, Mbak. Mereka tahu-tahu memusuhiku.”

“Kamu harus melawan! Mereka sudah keterlaluan dengan mengunci kamu disini! Sudah berapa lama kamu disini?”

“Ada setengah jam, Mbak.”

“Segera kembali sana!”

“Sekali lagi terima kasih ya, Mbak!” Azmi menyalami Serli dan segera berlari kembali ke Warehouse.

“Kemana saja kamu!” Bentak Pak Suwito.

“Maaf, Pak. Saya dari toilet.”

“Apa yang kamu lakukan ditoilet sampai selama ini?”

“Sakit perut, Pak.” Azmi terpaksa berbohong.

Kalaupun Azmi jujur, yang ada ia akan dikira mengada-ada karena tidak adanya bukti.

“Sakit perut? Kenapa tidak bilang? Ke klinik sana untuk mendapatkan obat!”

“Ini sudah mendingan, Pak. Nanti kalau tidak tahan, saya akan ke klinik.”

“Baiklah!” Pak Suwito tidak bertanya lebih lanjut.

Azmi masuk kedalam ruangannya dengan nafas lega. Benar apa yang dikatakan Serli, ia harus melawan. Selama ini ia hanya diam karena malas berurusan dengan mereka. Tetapi tindakan mereka keterlaluan, maka ia akan melawan balik.

Sampai jam pulang, Azmi tidak ada keluar dari Warehouse karena banyaknya pekerjaan. Baik itu dari Warehouse maupun dari oil and fuel. Ia sudah seperti asisten dari dua admin. Budi dan Pur sampai membantu pekerjaan Azmi agar cepat selesai.

Begitu sampai rumah, Azmi sampai tidak membersihkan diri tetapi langsung tertidur. Ayah dan Ibunya hanya diam, karena mereka tahu beban kerja Azmi seperti apa. Saat adzan maghrib, Egi membangunkannya.

“Kakak sakit?”

“Tidak. Hanya lelah saja. Aku mandi dulu.”

Selesai mandi, Azmi melaksanakan sholat maghrib. Ia menyempatkan membaca Al-Qur’an sebentar karena selama bekerja, dirinya sudah jarang membukanya.

“Kak, ayo makan diluar!”

“Makan apa?”

“Mia ayam dan bakso bagaimana?”

“Boleh. Ayah dan Ibu bagaimana?”

“Tidak ikut. Katanya ada arisan paguyuban di Tanjung Raya.”

“Bentar, aku siap-siap dulu.” Egi mengangguk dan menunggu Azmi di luar.

Mereka berangkat ke warung mie ayam dan bakso langganan mereka. Mereka memesan 2 porsi mie ayam dan satu porsi bakso tanpa mie. Saat makan, Egi tidak sengaja mendengar percakapan orang yang ada dibelakangnya. Mereka membicarakan temannya yang mengunci seseorang bernama Azmi dikamar mandi. Egi terkejut saat mereka menyebut nama Azmi. Kebetulan atau tidak, Egi akan tahu kalau bertanya kepada Azmi.

Setelah rombongan yang ada di belakang bubar, Egi berbicara dengan lirih. Azmi terkejut sang adik tahu apa yang dialami siang tadi.

“Tidak perlu terkejut seperti itu, aku mendengar dari orang-orang yang baru saja keluar tadi.” Azmi tidak memperhatikannya.

“Iya. Itu aku. Tidak tahu kenapa mereka memusuhiku. Tapi aku baik-baik saja, tenang saja.”

“Kenapa tidak dilaporkan?”

“Untuk apa? Ini dunia kerja, bukan lingkungan sekolah. Kecuali ada bukti yang memperlihatkan perbuatan mereka, maka akan ditindaklanjuti.”

Egi terdiam. Ia tidak tahu dunia kerja seperti apa. Ia hanya bisa berdoa semoga kakaknya baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

Ida Naurah

Ida Naurah

azmi jngn melehoy dong ayo babat HBS orang yg so kaya bgtu mah

2025-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 1. Melamar Kerja
2 2. Tukang Fotokopi
3 3. Dasar Sampah!
4 4. Telat
5 5. Asisten Admin
6 6. Kesalahan Jadi Pengalaman
7 7. Hari Minggu
8 8. Bully
9 9. Membuat Laporan
10 10. Dikunci
11 11. Keputusan
12 12. Menikah
13 13. Hambar
14 14. Wedang Jahe
15 15. Mempertanyakan
16 16. Selingkuh?
17 17. Tidak Bisa Mendaki
18 18. Memasrahkan Diri
19 19. Aku Resmi Janda
20 20. Promosi
21 21. Acara
22 22. Sampai Bersih
23 23. Tidak Baik-baik Saja
24 24. Induksi
25 25. Bakso
26 26. Siapa yang Janda?
27 27. Permanen
28 28. Kosong?
29 29. Jangan Memendamnya
30 30. Training
31 31. Penilaian
32 32. Bukan Azmi
33 33. Sakit
34 34. Obrolan
35 35. Aku Sudah Tahu
36 36. Fuel and Oil
37 37. Sounding
38 38. Seperti Berkencan
39 39. Tuntas Malam Ini
40 40. Mencoba
41 41. Mengantar
42 42. Serius
43 43. Pulang Sekarang!
44 44. Tidak.
45 45. Calon Mantu
46 46. Yoga!
47 47. Bisakah Kita Bicara?
48 48. Ponsel Tertinggal
49 49. Makan-makan
50 50. Yes!
51 51. Menyamakan Cuti
52 52. Simpan atau Jual
53 53. Doni
54 54. Mentraktir
55 55. Kamar yang Sama
56 56. Pakaian Couple
57 57. CCTV
58 58. Percayalah
59 59. Persiapan
60 60. Mempercepat
61 61. Kesal
62 62. Kedua Kalinya Menikah
63 63. Ayah Azmi
64 64. Rumah
65 65. ACC
66 66. Pindah Rumah
67 67. Buka Puasa
Episodes

Updated 67 Episodes

1
1. Melamar Kerja
2
2. Tukang Fotokopi
3
3. Dasar Sampah!
4
4. Telat
5
5. Asisten Admin
6
6. Kesalahan Jadi Pengalaman
7
7. Hari Minggu
8
8. Bully
9
9. Membuat Laporan
10
10. Dikunci
11
11. Keputusan
12
12. Menikah
13
13. Hambar
14
14. Wedang Jahe
15
15. Mempertanyakan
16
16. Selingkuh?
17
17. Tidak Bisa Mendaki
18
18. Memasrahkan Diri
19
19. Aku Resmi Janda
20
20. Promosi
21
21. Acara
22
22. Sampai Bersih
23
23. Tidak Baik-baik Saja
24
24. Induksi
25
25. Bakso
26
26. Siapa yang Janda?
27
27. Permanen
28
28. Kosong?
29
29. Jangan Memendamnya
30
30. Training
31
31. Penilaian
32
32. Bukan Azmi
33
33. Sakit
34
34. Obrolan
35
35. Aku Sudah Tahu
36
36. Fuel and Oil
37
37. Sounding
38
38. Seperti Berkencan
39
39. Tuntas Malam Ini
40
40. Mencoba
41
41. Mengantar
42
42. Serius
43
43. Pulang Sekarang!
44
44. Tidak.
45
45. Calon Mantu
46
46. Yoga!
47
47. Bisakah Kita Bicara?
48
48. Ponsel Tertinggal
49
49. Makan-makan
50
50. Yes!
51
51. Menyamakan Cuti
52
52. Simpan atau Jual
53
53. Doni
54
54. Mentraktir
55
55. Kamar yang Sama
56
56. Pakaian Couple
57
57. CCTV
58
58. Percayalah
59
59. Persiapan
60
60. Mempercepat
61
61. Kesal
62
62. Kedua Kalinya Menikah
63
63. Ayah Azmi
64
64. Rumah
65
65. ACC
66
66. Pindah Rumah
67
67. Buka Puasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!