4. Telat

Satu bulan sudah Azmi bekerja sebagai resepsionis. Tetapi hari ini ia harus izin karena ia merasa tak enak badan. Tubuhnya terasa berat, kepala pusing dan perut yang kram. Kedua orang tuanya sampai membawanya ke klinik untuk periksa.

“Dari tanda-tanda yang dialami seperti ada indikasi hamil, Pak, Bu.”

“Dokter jangan bercanda! Anak saya masih single!” Ayah Azmi tidak terima.

“Maaf, Pak. Saya hanya membahayakan diagnosis saya. Saya akan meresepkan obat anti nyeri dan beberapa vitamin. Jika masih tidak kunjung sembuh, Bapak dan Ibu bisa melakukan tes kehamilan.”

Ayah Azmi keluar dari ruangan dokter dengan wajah berang. Sementara Ibu Azmi membantu Azmi berjalan kembali ke mobil, menunggu Ayah Azmi menebus obat.

“Kamu tidak..”

“Tidak, Bu. Aku tidak pernah melakukannya!” Potong Azmi sebelum sang Ibu berpikiran macam-macam.

“Alhamdulillah..”

“Tetapi memang aku telat haid, Bu. Di aplikasi aku telat satu minggu, apa mungkin karena pekerjaanku?”

“Mungkin saja. Tunggu saja sampai haidnya datang.” Azmi mengangguk.

Tak lama kemudian, Ayah Azmi masuk kedalam mobil dan segera melajukan mobil kembali ke rumah. Tak ada pembicaraan sampai mobil memasuki pelataran rumah. Saat Azmi baru saja turun dari mobil, ia merasakan sesuatu yang hangat keluar dibawah sana. Segera Azmi berlari ke kamar mandi.

Benar saja, darah haidnya keluar tetapi tidak seperti darah haid yang bisanya ia dapat. Darah yang keluar saat ini berwarna merah pekat cenderung kecoklatan dengan gumpalan-gumpalan merah tua.

“Kamu tidak apa-apa, Mi?” Tanya Ibu Azmi didepan kamar mandi.

“Tidak apa, Bu. Aku haid.”

“Baguslah.” Ibu Azmi menghembuskan nafas lega.

Segera beliau menjelaskan apa yang Azmi alami kepada sang suami agar Ayah Azmi tidak marah. Ayah Azmi hanya mengangguk. Beliau yang sempat merasa kecewa, mencoba untuk berbaik sangka kepada anaknya.

Keesokan harinya, Azmi masih izin karena masih merasa lemas karena darah haidnya sangat banyak dua hari ini. Di hari ketiga, haidnya berhenti begitu saja. Saat berkonsultasi dengan bidan yang ada didekat rumah, katanya hal itu wajar karena stres dan kelelahan bisa mempengaruhi hormonnya. Baru dihari keempat, Azmi kembali masuk bekerja.

“Kenapa haid saja bisa sampai tidak masuk 3 hari?” Tanya Serli yang memberikan pekerjaan kepada Azmi karena beberapa hari ini ia yang menggantikannya.

“Kram perut, Mbak. Kalau saya paksakan masuk, yang ada saya hanya akan duduk saja tidak bisa kemana-mana.”

“Oke, aku maklumi. Sebaiknya kamu mulai minum vitamin untuk daya tahan tubuh agar tidak terulang lagi seperti ini.”

“Iya, Mbak. Tapi kenapa pekerjaannya banyak sekali, Mbak?” Tanya Azmi yang melihat tumpukan odner di mejanya.

“3 hari ini aku menggantikan pekerjaanmu dan pekerjaanku jadi terbengkalai. Jadi kamu bantu aku mengerjakan pekerjaanku.”

“Hah?”

“Tidak perlu kaget begitu! Kamu hanya perlu merapikan dokumen ini mengikuti tanggalnya. Mulai dari yang terbaru hingga yang tertua. Jadikan satu yang tanggalnya sama. Setiap tanggal kamu berikan penanda agar mudah untuk mencarinya.”

“Aku mengerjakan saat luang saja ya, Mbak?”

“Ya, tapi jangan lebih dari seminggu!”

“Aku usahakan.”

Serli meninggalkan meja Azmi dengan langkah terburu-buru. Banyak claim dan approval yang belum ia kerjakan. Azmi memilah odner yang akan ia kerjakan lebih dulu. Masing-masing odner merupakan berkas claim, claim medical, claim perjalanan, dan beberapa claim campuran. Azmi mengambil post-it di lacinya dan mulai menyusun sesuai tanggal yang diminta.

Azmi mengerjakan saat dirinya luang dari pekerjaan fotokopi dan kerjaan kesana-kemarinya. Sehingga sampai sore ia belum menyelesaikan satupun. Azmi menyimpannya kedalam loker dan berkemas.

Saat berhenti di lampu merah, pengendara yang ada di sampingnya memanggil namanya. Azmi menengok kearah sumber suara dan menemukan Kenzie. Laki-laki yang pernah singgah di hatinya tetapi putus hubungan karena Kenzie menempuh pendidikan di Jogja, sementara Azmi di Banjarmasin.

“Apa kabar?” Tanya Kenzie.

“Baik.”

“Singgah dulu di tempat biasa. Banyak yang ingin aku tanyakan.” Azmi mengangguk.

Ia menyetujui ajakan Kenzie hanya karena penasaran apakah yang diucapkannya nanti adalah kejujuran atau kebohongan.

Sampai di kafe, Kenzie memesankan minuman untuk mereka berdua dan camilan kesukaan Azmi.

“Mi, kamu sekarang kerja dimana?” Tanya Kenzie membuka obrolan.

“Resepsionis KRN. Kamu?”

“Aku operator di ASR. Setelah Ayah meninggal, aku berhenti kuliah dan bekerja karena menanggung cicilan Bank yang Ayah tinggalkan. Kontrakan yang dibangun juga terbengkalai karena Ibu tidak mau lagi tinggal disini.” Azmi tahu itu, tetapi ia hanya diam.

“Mi, maafkan aku.”

“Untuk apa?”

“Maaf aku telah memutuskan hubungan kita secara sepihak. Saat itu, aku hanya ingin fokus dengan kuliah.”

Bohong! Hubungan mereka bukanlah hubungan toxic yang membuat saling terpengaruh. Hubungan mereka adalah hubungan yang mendukung satu sama lain. Azmi mengeratkan tangannya. Sampai sekarang, Kenzie masih tidak jujur dengannya.

“Apakah..”

“Tidak!” Azmi menyela kalimat Kenzie.

“Hubungan kita masih bisa kembali seperti semula, tetapi untuk lebih jauh aku tidak bisa. Berteman saja cukup.” Imbuh Azmi.

“Tapi, Mi. Aku masih menyukai dan menyayangimu.” Azmi menarik nafas dalam.

“Maaf, aku harus segera pulang.” Azmi pergi meninggalkan Kenzie yang menatapnya sayu.

Azmi tahu alasan Kenzie memutuskannya karena perempuan lain karena saat itu Azmi dan Raika sedang berlibur di Jogja, tidak sengaja melihat Kenzie bergandengan mesra dengan perempuan lain. Yang membuat penasaran Azmi, kenapa Kenzie tidak jujur dan sekarang memintanya kembali. Azmi tidak sebaik itu untuk menerimanya kembali.

Sampai dirumah, Azmi segera membersihkan diri dan membantu sang adik yang sedang memasak. Ia hanya membantu memotong sayur dan mencucinya. Selesai memasak, mereka melaksanakan sholat maghrib di kamar masing-masing.

“Bagaimana pekerjaan hari ini?” Tanya Ayah Azmi saat makan malam bersama.

“Sama seperti kemarin, Yah.”

“Tidak ingin pindah?”

“Sementara ini dulu, Yah. Ada untungnya juga Azmi jadi tukang fotokopi, karena semua informasi ada di kertas itu.”

“Kamu benar. Tapi apakah membantu?”

“Tidak tahu, Yah. Doakan saja Azmi bisa naik nanti.”

“Aamiin..” semuanya mengaminkan perkataan Azmi.

Bukan Ayah Azmi merasa tidak puas dengan pekerjaan Azmi saat ini. Beliau hanya khawatir Azmi tidak ada peningkatan dan akan bertahan di posisi itu. Ayah Azmi juga memulai karir dari bawah, tetapi beliau beruntung karena pada masa itu tak banyak orang yang melamar seperti sekarang. Sehingga beliau bisa naik jabatan dari satpam menjadi karyawan Enviro dan akhirnya menjadi atasan disana sampai beliau pensiun.

“Jika kamu ingin pindah, katakan pada Ayah. Ayah akan meminta bantuan teman agar kamu bisa masuk di KDC.”

“Iya, Yah.”

Azmi mengiyakan sang ayah agar beliau tidak mengkhawatirkannya. Dalam hati Azmi masih ingin berusaha sendiri agar tidak merepotkan ayah dan ibunya.

Episodes
1 1. Melamar Kerja
2 2. Tukang Fotokopi
3 3. Dasar Sampah!
4 4. Telat
5 5. Asisten Admin
6 6. Kesalahan Jadi Pengalaman
7 7. Hari Minggu
8 8. Bully
9 9. Membuat Laporan
10 10. Dikunci
11 11. Keputusan
12 12. Menikah
13 13. Hambar
14 14. Wedang Jahe
15 15. Mempertanyakan
16 16. Selingkuh?
17 17. Tidak Bisa Mendaki
18 18. Memasrahkan Diri
19 19. Aku Resmi Janda
20 20. Promosi
21 21. Acara
22 22. Sampai Bersih
23 23. Tidak Baik-baik Saja
24 24. Induksi
25 25. Bakso
26 26. Siapa yang Janda?
27 27. Permanen
28 28. Kosong?
29 29. Jangan Memendamnya
30 30. Training
31 31. Penilaian
32 32. Bukan Azmi
33 33. Sakit
34 34. Obrolan
35 35. Aku Sudah Tahu
36 36. Fuel and Oil
37 37. Sounding
38 38. Seperti Berkencan
39 39. Tuntas Malam Ini
40 40. Mencoba
41 41. Mengantar
42 42. Serius
43 43. Pulang Sekarang!
44 44. Tidak.
45 45. Calon Mantu
46 46. Yoga!
47 47. Bisakah Kita Bicara?
48 48. Ponsel Tertinggal
49 49. Makan-makan
50 50. Yes!
51 51. Menyamakan Cuti
52 52. Simpan atau Jual
53 53. Doni
54 54. Mentraktir
55 55. Kamar yang Sama
56 56. Pakaian Couple
57 57. CCTV
58 58. Percayalah
59 59. Persiapan
60 60. Mempercepat
61 61. Kesal
62 62. Kedua Kalinya Menikah
63 63. Ayah Azmi
64 64. Rumah
65 65. ACC
66 66. Pindah Rumah
67 67. Buka Puasa
Episodes

Updated 67 Episodes

1
1. Melamar Kerja
2
2. Tukang Fotokopi
3
3. Dasar Sampah!
4
4. Telat
5
5. Asisten Admin
6
6. Kesalahan Jadi Pengalaman
7
7. Hari Minggu
8
8. Bully
9
9. Membuat Laporan
10
10. Dikunci
11
11. Keputusan
12
12. Menikah
13
13. Hambar
14
14. Wedang Jahe
15
15. Mempertanyakan
16
16. Selingkuh?
17
17. Tidak Bisa Mendaki
18
18. Memasrahkan Diri
19
19. Aku Resmi Janda
20
20. Promosi
21
21. Acara
22
22. Sampai Bersih
23
23. Tidak Baik-baik Saja
24
24. Induksi
25
25. Bakso
26
26. Siapa yang Janda?
27
27. Permanen
28
28. Kosong?
29
29. Jangan Memendamnya
30
30. Training
31
31. Penilaian
32
32. Bukan Azmi
33
33. Sakit
34
34. Obrolan
35
35. Aku Sudah Tahu
36
36. Fuel and Oil
37
37. Sounding
38
38. Seperti Berkencan
39
39. Tuntas Malam Ini
40
40. Mencoba
41
41. Mengantar
42
42. Serius
43
43. Pulang Sekarang!
44
44. Tidak.
45
45. Calon Mantu
46
46. Yoga!
47
47. Bisakah Kita Bicara?
48
48. Ponsel Tertinggal
49
49. Makan-makan
50
50. Yes!
51
51. Menyamakan Cuti
52
52. Simpan atau Jual
53
53. Doni
54
54. Mentraktir
55
55. Kamar yang Sama
56
56. Pakaian Couple
57
57. CCTV
58
58. Percayalah
59
59. Persiapan
60
60. Mempercepat
61
61. Kesal
62
62. Kedua Kalinya Menikah
63
63. Ayah Azmi
64
64. Rumah
65
65. ACC
66
66. Pindah Rumah
67
67. Buka Puasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!