Satu tahun kemudian...
Sudah beberapa hari ini Rani tak datang pada Rana, sepertinya Rani marah pada Rana, karena Rana tak menuruti kata kata Rani agar tak mengambil pekerjaan sampingan sebagai pencuci piring disalah satu restauran dibilangan Surabaya Selatan.
"Aku kan butuh uang buat sekolah Rani masak ga boleh kerja sih." ucap Rana.
Rani yang kala itu tak menampakan wujudnya hanya memanyunkan bibirnya.
Rana sudah selesai dengan kerja sip paginya. saatnya dia meluncur ke tempat kerjanya yang baru, dia mulai masuk sekitar jam 4 sore dan pulang jam 9 malam, honornya sekali datang bersih bersih pak bos disana memberikan dia gaji 80 sampai 100 rb tergantung banyak dan tidak nya piring yang dia cuci, maksudnya tergantung banyak dan tidaknya omset malam itu.
Seperti biasa Rana sudah siap dengan apron ditubuhnya, memasang sarung tangan karet ditanganya dan dia mulai bersiap berdiri didepan wastafel yanga da direstauran itu.
Entah mengapa Rana sedikit merinding, bulu kuduknya berdiri karena dia mencium aroma yang tidak sedap seperti bau darah yang sudah membusuk, otak Rana seketika bekerja pasti disekeliling nya ada yang tidak beres.
Rana masih positif thinking, dia berharap yang dia cium adalah bangkai tikus, tapi kalau hanya bangkai kenapa dia merinding.
Dibelakang Rana ada salah satu Waiterss yang sedang membawa nampan berisi gelas piring dan beberapa sendok kotor, Rana yang jarang berinteraksi dengan para pekerja disana pun memberanikan diri bertanya pada pelayan itu.
"Mbak." panggil Rana.
"Apa Ran." jawab nya.
"Mbak cium sesuatu ga?" tanya Rana.
"Enggak Ran, emang kamu cium apaan?" tanya waiterss itu.
"Seperti bangkai tikus mbak." jawab Rana.
"Enggak tu Ran, mbak malah cium mau chef lagi manggang daging hihihi." jawab nya.
"Oo." jawab Rana, waiterss itu pun pergi meninggalkan Rana, Wah bener ini pasti ada yang ga beres soalnya hanya dia yang mencium aroma tak sedap itu.
Tak lama berselang terdengar ribut ribut di ruangan depan restauran, ternyata ada seorang anak perempuan sedang menangis histeris tanpa sebab, Rana yang mendengar tangisan itu langsung keluar.
Benar saja Rana sedang melihat sesosok poci (pocong) berwarna hitam pekat bermata merah menyala dan hidung mengeluarkan belatung sedang menggoda anak perempuan itu.
Orang orang yang ada disekitar anak itu hanya menatap heran, kenapa anak itu menangis histeris tanpa sebab.
Poci itu terlihat sangat kegirangan melihat yang digoda makin menangis sampai tak keluar suara, orang tua gadis itu sampai membentak gadis itu karena malu dengan ulah anak nya yang dinilainya keterlaluan ini.
"Diam kamu atau opa lempar kamu kejalan." bentak pria itu, Rana yang melihat kejadian itu pun tak mau tinggal diam, dia langsung melepas apron dan sarung tangan nya dan mendekati gadis itu.
Rana langsung menggendongnya "Cup sayang, tante tau kamu takut." Gadis itu seketika diam meski masih sesegukan.
Rana mengambil segelas air dan membacakan beberapa surat surat pendek yang dalam Al quran yang dia yakin bisa meredam sihir yang diciptakan mahlul jail ini dan meniupkanya dikening gadis ini serta memberikan air yang sudah dia kasih doa tadi dan memberikan nya pada gadis cilik itu.
"Minum sayang, ini bukan darah lihat deh." ucap Rana sambil menyuapkan air itu pada gadis cilik digendongan nya.
Gadis itu pun menurut pada Rana, " Enak?" tanya Rana gadis itu mengangguk, orang tua gadis itu hanya tertegun melihat apa yang Rana lakukan pada putri mereka.
"Adek namanya siapa?" tanya Rana.
Gadis itu kembali melihat poci yang masih berniat mengganggunya, Rana pun memberikan gadis itu pada orang tuanya.
"Adek takut sama dia?" tanya Rana, gadis cilik itu mengangguk.
"Adek sama papa sama mama dulu ya biar tante yang ngomong ama mahluk jelek itu." ucap Rana, gadis itu mengangguk.
"Pak ini putrinya." ucap Rana sambil memberikan gadis cilik itu pada orang tuanya.
Rana mengepalkan tangan nya pada sosok yang mengganggu gadis itu.
"Keluar kamu." tantang Rana bicara dengan mata batin nya, sosok Itu malah meledek, seisi ruangan itu kembali menatap heran kearah Rana.
"Mbak ngliatin siapa?" tanya seseorang pada Rana, "Dia pak." jawab Rana sambil menunjuk ke arah plavon, Rana sudah keluar dari ruangan itu tapi pandangan aneh orang terhadapnya tak berkurang.
Tak gampang memang berhadapan dengan mahluk aneh tak kasat mata, Kali ini Rana memang berhasil mengusir mahluk itu tapi tak menutup kemungkinan bahwa mahluk itu akan datang untuk mengganggu gadis cilik itu lagi.
Rana sangat kasihan pada gadis cilik itu dia pun menghampiri nya lagi.
"Maaf pak boleh saya bicara pada putri bapak?" tanya Rana pada orang tua gadis itu.
"Bicara saja mbak, dia sudah lama ga mau ngomong." ucap pria itu.
"Kalau boleh tau sejak kapan dia ga mau ngomong pak?" tanya Rana.
"Sejak maminya meninggal mbak kira kira udah setahun lebih ini." jawab pria itu.
"Ooo," Sebenernya Rana ingin bicara apa yang dia lihat barusan tapu takut orang tua gadis ini tak percaya, ahirnya Rana hanya memilih diam tapi dia tetap memberikan sesuatu untuk gadis cilik yang dikasihani nya ini.
"Adek masih takut?" tanya Rana.
"Takut." jawab gadis cilik itu.
"Apakah dia sering datang?" tanya Rana, gadis cilik itu mengangguk.
"Oke, kalau dia datang lagi dedek bisa bilang Lailahailallah waashaduana muhamadarasulallah, adek bisa baca itu?" tanya Rana, gadis itu menggeleng.
Ahirnya Rana pun mengajari gadis itu sampai dia bisa, Rana tersenyum dan mengelus rambut gadis itu, setelah anak itu tenang barulah Rana berpamitan dan kembali mengerjakan pekerjaanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Arni Ariani
takut
2022-04-10
0
Juliezaskia
iih..merinding😱😱😱
2021-06-17
0
oh yanti
jadi inget waktu kecil sering lihat beginian..apalagi si poci,sampe trauma gara" tuh poci
2021-03-17
1