Bab 16 Cemburu?

Pagi itu, Aqila berdiri di depan cermin kamar sambil menyisir rambut panjangnya yang masih sedikit basah. Ia mematut diri, memastikan penampilannya rapi. Ia mengenakan blus sederhana dengan celana kulot yang nyaman, tampak santai namun tetap manis.

"Kak Vano, kita mau ke mana?" tanyanya sambil menoleh ke arah Alvano yang duduk di kasur, asyik dengan ponselnya.

Alvano menoleh dan tersenyum kecil. "Kita mau belanja, Qila. Cari bahan dapur buat isi kulkas. Biar ada yang bisa dimasak dan dimakan," jawabnya sambil memasukkan ponselnya ke saku.

Tak lama, Aqila sudah selesai berkemas. Ia berdiri di depan Alvano, tersenyum malu-malu. "Ayo, Kak. Kita pergi sekarang," ujarnya dengan nada antusias.

Alvano bangkit, tersenyum sambil mengusap kepala Aqila dengan lembut. "Ayo, cantik."

Aqila yang dipanggil begitu, merasakan pipinya memanas seketika.

Di dalam mobil, suasana terasa nyaman. Alvano mengemudi dengan santai, sesekali melirik ke arah istrinya yang sibuk memandangi jalanan di luar jendela. Tiba-tiba ia berkata, "Oh iya, Qila, kita mampir dulu ke kantor, ya. Aku mau ambil beberapa berkas penting."

"iya kak Vano." Aqila mengangguk.

Sesampainya di kantor, Alvano turun dan membuka pintu untuk Aqila. Ia menggandeng tangan istrinya dengan lembut sambil berkata, "Ayo masuk! " ucapnya pada Aqila.

Begitu masuk ke dalam gedung, mata Aqila membesar. Ia tertegun melihat kantor yang megah dengan desain modern. "Ini kantor Kak Vano?" tanyanya penuh kagum.

"Iya, Qila," jawab Alvano singkat sambil tersenyum melihat ekspresi istrinya.

"Besar banget.." gumam Aqila pelan, matanya masih terpaku pada ruangan luas dengan aktivitas karyawan yang terlihat profesional.

Saat berjalan melewati beberapa karyawan, Aqila merasa gugup. Ia sadar bahwa hampir semua orang memperhatikannya. Ia langsung menundukkan kepala, merasa tidak nyaman.

Alvano yang peka menangkap kegugupan Aqila. Ia berbisik lembut, "Jangan nunduk gitu, Qila," sambil mengangkat dagu istrinya dengan lembut.

"Aku takut, Kak," jawab Aqila pelan, nyaris berbisik.

"Takut kenapa?" tanya Alvano saat mereka masuk ke dalam lift.

"Mereka semua liatin aku.."

Alvano tertawa kecil. "Mereka liatin kamu karena belum pernah lihat kamu ke sini. Kamu nggak usah takut, mereka cuma penasaran aja," ucapnya menenangkan.

Begitu pintu lift terbuka, mereka berjalan ke ruangan kerja Alvano.Dan saat sampai diruangan milik suaminya, Aqila tertegun. Ruangan itu besar, dengan meja kerja elegan dan jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota.

"Ini ruang kerja Kak Vano?" tanya Aqila, masih dengan nada kagum.

"Iya," jawab Alvano sambil berjalan menuju mejanya. Ia mengambil berkas yang dibutuhkan dan memeriksa sebentar sebelum menoleh ke arah Aqila. “Udah, yuk kita pergi lagi,” ajaknya sambil tersenyum.

Saat mereka hendak meninggalkan kantor, seorang pria menghampiri mereka.

"Eh Vano, mau kemana? " tanya pria tersebut, menghampiri Aqila dan Alvano yang hendak beranjak beranjak keluar dari pintu kantor.

Alvano dan Aqila menoleh. " Gue mau pulang Ka, kenapa? " jawab Alvano saat menyadari yang memanggilnya barusan adalah Raka.

"Loh cepat banget Van? Lo nggak ada kerjaan? Dan ada Aqila juga, Hai Qila! masih ingat aku kan? " tanya Raka tersenyum Ramah pada Aqila.

"Hai juga Kak Raka, Aku masih ingat Kakak kok" Balas Aqila yang juga ikut tersenyum.

"Tumben lo bawa Bu Bos kesini Van? Mau pamer ya..? " goda Raka menaik turunkan alisnya.

"Bu Bos? " tanya Aqila dengan kening berkerut.

"Iya.. Bu Bos, "

"Bu Bos, Siapa kak Raka? " tanya Aqila bingung.

"Kamu Aqila, Kamu kan istrinya Vano, jadi kamu Bu Bos disini, " jelas Raka geleng-geleng kepala karna tingkah lugu Aqila yang kebingungan.

"A-aku? " tanya Aqila gugup.

"Iya.. Qila. "

Alvano yang melihat raut gugup di wajah istrinya terkekeh pelan. Aqila benar-benar polos. "Udah lah Ka, jangan bilang begitu. istri gue jadi bingung " Ucap Alvano mengusap lembut puncak kepala Aqila.

Aqila yang mendengar itu hanya menunduk malu-malu, sampai ia kembali merasa risih dengan tatapan orang orang kantor yang berlalu lalang menatapnya. mereka sangat penasaran siapa gadis yang sedang bersama Bos mereka. kenapa ia bisa dekat dengan Alvano dan Raka, yang merupakan pemimpin perusahaan.

Alvano yang menyadari raut wajah tidak nyaman dari Aqila segera mengenggam erat tangan gadis itu, berikutnya ia menoleh kembali pada Raka. "Ka," ucap Alvano terus menatap karyawan disekitarnya. Raka pun mengikuti Arah pandang Alvano.

Detik berikutnya, Raka tersenyum. "Gue ngerti van," ucapnya pelan.

"Lo tau kan harus gimana? Gue buru-buru jadi nggak sempat urus mereka," ucap Alvano lagi.

"Iya Van, Gue tau. Biar gue yang urus," ucap Raka santai.

Aqila yang tak mengerti percakapan mereka hanya diam mendengarkan. " Yaudah, Gue sama Aqila pergi dulu. Lo jaga kantor dengan baik! pastiin semuanya bekerja dengan benar" Ucap Alvano sebelum beranjak pergi dari kantor. ia menarik Aqila dan membawa berjalan menuju pintu keluar.

🌸🌸🌸🌸

Setelah tiba di supermarket, Aqila dan Alvano berjalan beriringan dengan troli belanja yang didorong oleh Alvano. Suasana supermarket cukup ramai, dengan berbagai orang sibuk memilih kebutuhan mereka.

"Kita perlu beli apa aja, Qila?" tanya Alvano sambil melirik semua bahan-bahan yang ada di supermarket.

“Sayur, bumbu dapur, telur, daging, dan susu, Kak,” jawab Aqila sambil tersenyum kecil.

Mereka mulai berjalan ke bagian sayur. Aqila memilih beberapa tomat, cabai, dan bawang, sementara Alvano mengawasi sambil memasukkannya ke troli. Kemudian mereka menuju ke bagian daging dan produk susu, membeli keperluan dapur lainnya.

Saat melewati bagian makanan ringan, langkah Aqila terhenti di depan lemari pendingin berisi es krim. Matanya berbinar melihat berbagai pilihan es krim warna-warni di dalamnya. Namun, ia menghela napas pelan dan segera mengalihkan pandangan, tidak berani mengambil satu pun.

Alvano yang memperhatikan itu tersenyum kecil. Ia mendekati Aqila dan bertanya, "Kamu mau es krim, Qila?”

Aqila langsung menggeleng dengan cepat. "Nggak, Kak. Semua barang belanjaannya udah cukup kan Kak? Sekarang ayo kita pulang," ujarnya, berusaha mengalihkan perhatian.

Namun, Alvano menahan lengannya. "Kalau kamu mau es krim, ambil aja, Qila. Aku nggak akan ngelarang."

Aqila menunduk malu. "Tapi, Kak, aku nggak punya uang.." jawabnya pelan.

Alvano terkekeh, lalu menatap Aqila dengan tatapan lembut. "Terus aku ini siapa, Qila? Aku ini suami kamu. Kalau Kamu belanja ya aku yang bayarin."

Aqila tersenyum kecil. “Iya, tapi kan kita ke sini buat belanja bahan dapur, bukan buat beli es krim.”

Alvano kembali tertawa, lalu menyentuh ujung hidung Aqila dengan jari telunjuknya. "Hei, kalau kamu mau, ambil aja. Aku nggak akan marah." Ia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Aqila.

Aqila menggeleng cepat."Nggak, Kak. Aku nggak mau bikin Kakak boros."

Alvano menghela napas sambil tersenyum. Ia mendekat lebih dekat, hingga suara bicaranya hanya terdengar oleh Aqila.

"Qila, Kamu nggak usah khawatir soal uang. Masa cuma untuk beli eskrim aja aku bakalan boros. Lagi pula siapa lagi yang bakalan habisin uang aku kalau bukan kamu? Aku kan kerja buat kamu, " ucap Alvano pelan. Ia mencubit pelan pipi Aqila karna merasa sangat gemas.

Aqila tertawa kecil, namun rona merah di pipinya semakin terlihat. "Mmm.. Kak Vano ini.."

"Udah, pilih es krim yang kamu suka," ujar Alvano sambil membuka pintu lemari pendingin.

Setelah ragu beberapa detik, Aqila akhirnya memilih satu cup es krim cokelat. Alvano mengambil lima lagi, lalu memasukkannya ke kedalam troli belanjaan, " untuk stok dirumah. Biar kamu puas," katanya sambil tersenyum menggoda.

Aqila yang melihat itu, menunduk dan tersenyum malu-malu.

Mereka berjalan menuju kasir. Saat giliran mereka tiba, Alvano menyerahkan barang-barang belanjaan ke pelayan kasir, yang kebetulan seorang pria muda. Pelayan Kasir itu bekerja dengan cepat, namun pandangannya sempat tertahan pada Aqila.

Pelayan kasir menghitung barang belanjaan Aqila dan Alvano dengan cepat. Alvano mengambil dompetnya dan membayar sesuai angka yang tertera di layar kasir. Setelah transaksi selesai, ia meraih dua kantong belanjaan mereka dengan tangan cekatan.

Sambil menunggu uang kembalian, Alvano mengeluarkan satu cup es krim dari salah satu kantong belanjaan dan menyerahkannya kepada Aqila. "Ini buat kamu. Makan aja sekarang, takutnya kamu udah ngiler dari tadi," ucapnya dengan nada bercanda, disertai senyuman menggoda.

Aqila tertawa kecil, menerima es krim itu dengan senang hati. "Makasih, Kak, es krimnya," katanya sambil mulai membuka cup es krim tersebut. Ia segera mencicipinya, menikmati setiap gigitan dengan ekspresi puas yang terpancar dari wajahnya.

Pelayan kasir, yang diam-diam memperhatikan, tak bisa menahan senyum. Ia menyerahkan uang kembalian kepada Aqila dengan ramah. "Ini kembaliannya, Mbak," ucapnya sambil terus menatap Aqila yang sedang asyik menikmati es krim.

"Terima kasih, Mas," balas Aqila sopan.

Si pelayan kasir tersenyum lebar. "Sama-sama, Mbak cantik. Pasti Mbak ini adiknya Mas, ya? Cocok banget. Kakaknya tampan, adeknya cantik," tambahnya, nada suaranya terdengar tulus.

Seketika wajah Alvano berubah masam. la seketika menarik tangan Aqila dan menggenggamnya erat.

"Dia bukan adik saya," ucapnya dengan nada tegas. "Dia istri saya."

Pelayan kasir itu tersenyum canggung. "Oh, maaf, Mas. Saya kira ini adiknya, Soalnya panggilannya pakai Kak, jadi saya kira.. "

"Cukup," potong Alvano dingin. Ia beralih menatap Aqila lembut. "Ayo, sayang. Kita pulang. Aku udah lapar," lanjutnya sambil menarik Aqila keluar dari supermarket, meninggalkan pelayan kasir laki-laki itu yang masih kikuk.

Episodes
1 Bab 1 Kehidupan Yang Memilukan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Diusir dari Rumah
4 Bab 4 Takdir Di Tengah Hujan
5 Bab 5 Perhatian Alvano
6 Bab 6 Kehidupan Baru
7 Bab 7 Calon mantu?
8 Bab 8 kesepakatan mama dan papa
9 Bab 9 Hujan yang membasuh luka
10 Bab 10 Perjodohan
11 Bab 11 Persetujuan Alvano
12 Bab 12 Fitting Baju Pernikahan
13 Bab 13 Pernikahan
14 Bab 14 Pindahan
15 Bab 15 Rumah Baru
16 Bab 16 Cemburu?
17 Bab 17 Sakit Perut
18 Bab 18 Khawatir
19 Bab 19 Perhatian
20 Bab 20 Mewujudkan mimpi Aqila
21 Bab 21 Membeli Perlengkapan Kuliah
22 Bab 22 Hari Pertama Kuliah
23 Bab 23 Hati Aqila yang terluka
24 Bab 24 Alvano yang selalu ada
25 Bab 25 Tuduhan Areta
26 Bab 26 Mengungkit Masa Lalu Aqila
27 Bab 27 Kehadiran Bianka
28 Bab 28 Jebakan Bianka
29 Bab 29 Alvano yang tak ada kabar
30 Bab 30 Hasrat yang Tak Terkendali
31 Bab 31 Penjelasan
32 Bab 32 Rahasia yang terbongkar
33 Bab 33 Cemburu
34 Bab 34 Ngambek
35 Bab 35 Mual
36 Bab 36 Peristiwa yang Menggemparkan Kampus
37 Bab 37 Sepupu Amel
38 Bab 38 Rencana Balas Dendam
39 Bab 39 Ketakutan Itu Masih Ada
40 Bab 40 Kesehatan Aqila Membaik
41 Bab 41 Posesifnya Alvano
42 Bab 42 Masa Lalu Rania
43 Bab 43 Ngidam
44 Bab 44 Kecemburuan Alvano
45 Bab 45 Aqila Hilang
46 Bab 46 Kemarahan Alvano
47 Bab 47 Hancur
48 Bab 48 Jebakan Daniel
49 Bab 49 Aqila Dalam Bahaya
50 Bab 50 Kesedihan
51 Bab 51 Keajaiban
52 Bab 52 Membaik
53 Bab 53 Membeli Perlengkapan Bayi
54 Bab 54 Lahiran
55 Bab 55 Buah Hati Tampan Keluarga Mahendra"
56 Bab 56 Alvano Si Suami Manja dan Cemburuan
57 Bab 57 Sosok Laura
58 Bab 58 Zayyan yang Rewel
59 Bab 59 Sakit
60 Bab 60 Mengantar Bekal Alvano
61 Bab 61 Salah Paham
62 Bab 62 Sedikit Rahasia Mengenai Laura Terbongkar
63 Bab 63 Gerak Gerik Laura yang Mencurigakan
64 Bab 64 Cemas
65 Bab 65 Aqila Sakit
66 Bab 66 Kepercayaan Yang Retak
67 Bab 67 Rencana Arga
68 Bab 68 Antara Cinta dan Kecewa
69 Bab 69 Sama-Sama Tersakiti
70 Bab 70 Pergi Dari Rumah
71 Bab 71 Identitas Asli Laura terbongkar
72 Bab 72 Hancur Dan tertatih dalam Kesakitan
73 Bab 73 Kerapuhan Seorang Alvano
74 Bab 74 Penculikan Aqila
75 Bab 75 Pembalasan Dendam Areta
76 Bab 76 Diantara Hidup dan Mati
77 Bab 77 Kritis
78 Bab 78 Secercah Harapan
79 Bab 79 Alvano Sadar
80 Bab 80 Kebahagiaan Telah Kembali
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 Kehidupan Yang Memilukan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Diusir dari Rumah
4
Bab 4 Takdir Di Tengah Hujan
5
Bab 5 Perhatian Alvano
6
Bab 6 Kehidupan Baru
7
Bab 7 Calon mantu?
8
Bab 8 kesepakatan mama dan papa
9
Bab 9 Hujan yang membasuh luka
10
Bab 10 Perjodohan
11
Bab 11 Persetujuan Alvano
12
Bab 12 Fitting Baju Pernikahan
13
Bab 13 Pernikahan
14
Bab 14 Pindahan
15
Bab 15 Rumah Baru
16
Bab 16 Cemburu?
17
Bab 17 Sakit Perut
18
Bab 18 Khawatir
19
Bab 19 Perhatian
20
Bab 20 Mewujudkan mimpi Aqila
21
Bab 21 Membeli Perlengkapan Kuliah
22
Bab 22 Hari Pertama Kuliah
23
Bab 23 Hati Aqila yang terluka
24
Bab 24 Alvano yang selalu ada
25
Bab 25 Tuduhan Areta
26
Bab 26 Mengungkit Masa Lalu Aqila
27
Bab 27 Kehadiran Bianka
28
Bab 28 Jebakan Bianka
29
Bab 29 Alvano yang tak ada kabar
30
Bab 30 Hasrat yang Tak Terkendali
31
Bab 31 Penjelasan
32
Bab 32 Rahasia yang terbongkar
33
Bab 33 Cemburu
34
Bab 34 Ngambek
35
Bab 35 Mual
36
Bab 36 Peristiwa yang Menggemparkan Kampus
37
Bab 37 Sepupu Amel
38
Bab 38 Rencana Balas Dendam
39
Bab 39 Ketakutan Itu Masih Ada
40
Bab 40 Kesehatan Aqila Membaik
41
Bab 41 Posesifnya Alvano
42
Bab 42 Masa Lalu Rania
43
Bab 43 Ngidam
44
Bab 44 Kecemburuan Alvano
45
Bab 45 Aqila Hilang
46
Bab 46 Kemarahan Alvano
47
Bab 47 Hancur
48
Bab 48 Jebakan Daniel
49
Bab 49 Aqila Dalam Bahaya
50
Bab 50 Kesedihan
51
Bab 51 Keajaiban
52
Bab 52 Membaik
53
Bab 53 Membeli Perlengkapan Bayi
54
Bab 54 Lahiran
55
Bab 55 Buah Hati Tampan Keluarga Mahendra"
56
Bab 56 Alvano Si Suami Manja dan Cemburuan
57
Bab 57 Sosok Laura
58
Bab 58 Zayyan yang Rewel
59
Bab 59 Sakit
60
Bab 60 Mengantar Bekal Alvano
61
Bab 61 Salah Paham
62
Bab 62 Sedikit Rahasia Mengenai Laura Terbongkar
63
Bab 63 Gerak Gerik Laura yang Mencurigakan
64
Bab 64 Cemas
65
Bab 65 Aqila Sakit
66
Bab 66 Kepercayaan Yang Retak
67
Bab 67 Rencana Arga
68
Bab 68 Antara Cinta dan Kecewa
69
Bab 69 Sama-Sama Tersakiti
70
Bab 70 Pergi Dari Rumah
71
Bab 71 Identitas Asli Laura terbongkar
72
Bab 72 Hancur Dan tertatih dalam Kesakitan
73
Bab 73 Kerapuhan Seorang Alvano
74
Bab 74 Penculikan Aqila
75
Bab 75 Pembalasan Dendam Areta
76
Bab 76 Diantara Hidup dan Mati
77
Bab 77 Kritis
78
Bab 78 Secercah Harapan
79
Bab 79 Alvano Sadar
80
Bab 80 Kebahagiaan Telah Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!