Bab 14 Pindahan

Hari sudah pagi, namun kedua sejoli itu masih nyaman meringkuk di bawah selimut tebal. Tubuh mereka saling bersandar, pelukan erat di antara keduanya. Cahaya matahari pagi perlahan masuk melalui celah-celah jendela, memantul indah di wajah mereka.

Aqila mulai terbangun dari tidurnya. Matanya terbuka perlahan, kelopak matanya masih berat oleh sisa kantuk. Namun, ia tersentak ketika menyadari wajah Alvano begitu dekat, masih terlelap pulas sambil memeluknya erat.

Spontan, Aqila menutup mulutnya dengan tangan, hampir saja ia berteriak. Tapi, pikiran rasionalnya segera mengambil alih. Bukankah mereka sudah menikah? Ia menghela napas lega, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat.

Matanya tertuju pada wajah Alvano yang tampak begitu tenang dalam tidur. Wajahnya begitu damai, dengan garis rahang tegas dan senyum tipis yang menghiasi bibirnya meskipun ia masih terpejam. Tanpa sadar, Aqila tersenyum hangat, menikmati pemandangan di depannya.

"Kamu ganteng kk," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.

Alvano yang tampak masih tidur tiba-tiba menyunggingkan senyum kecil, matanya tetap terpejam. "Dan kamu terlalu manis untuk memulai pagi dengan menggoda suamimu," ucapnya dengan nada menggoda namun suaranya terdengar serak khas orang yang baru bangun tidur.

Mendengar itu, Aqila langsung terlonjak kecil. Ia berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi sebelum sempat menjauh, Alvano dengan cepat menariknya kembali ke dalam pelukan. Aqila terperangkap dalam dekapan hangat suaminya, wajahnya seketika memerah.

"K-Kk Vano..." gumam Aqila dengan gugup.

Alvano membuka matanya perlahan, menatap Aqila dengan senyum penuh cinta. "Gimana tidur kamu tadi malam? Nyenyak?" tanyanya lembut, suaranya masih sedikit berat karena baru bangun.

"Nyenyak, Kk," jawab Aqila lirih, matanya menunduk, tak berani bertemu tatap.

Tanpa aba-aba, Alvano mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Aqila dengan lembut. Aqila tersentak, matanya membulat.

"K-Kk?" serunya terkejut.

Namun, Alvano hanya tersenyum santai sambil menatapnya. "Itu namanya morning kiss, Sayang. Suami mencium istrinya sebagai ucapan selamat pagi."

Wajah Aqila memerah seketika, rona malu jelas terlihat di pipinya. Ia mengalihkan pandangan, mencoba mengatasi kegugupannya. "K-Kk, aku mau ke kamar mandi dulu," ucapnya terburu-buru sebelum bangkit dari tempat tidur dan berjalan cepat menuju kamar mandi.

Alvano hanya terkekeh melihat tingkah istrinya yang malu-malu. Senyum jahilnya muncul, menunjukkan betapa ia menikmati reaksi Aqila. "Istriku memang pemalu, tapi aku suka" gumamnya sendiri sambil berbaring kembali, menikmati sisa pagi yang hangat.

Dimeja makan, Ratna dan dimas saling lempar pandang saat melihat anak dan menantunya dengan wajah segar menyantap lahap makanan mereka.

"gimana tidur kalian tadi malam? apakah nyenyak? " ucap Ratna menatap Alvano dan Aqila secara bergantian.

"nyenyak ma.. " seru Alvano dengan menyuap nasi ke mulutnya.

"nyenyak tante.. " ucap Aqila malu-malu. Ratna cemberut mendengar ucapan Aqila barusan.

"Aqila sayang.., apa kamu lupa kalau sekarang aku sudah jadi mama mu juga" ucap Ratna membuat-buat wajah kesal.

Alvano terkekeh melihat ekspresi mamanya, "M-maaf tante.. eh maksud aku mama, aku belum terbiasa" ucap Aqila gugup.

"Maklumin aja Ma, Aqila kan baru sehari jadi menantu di rumah ini, ya pasti dia gugup" timpal Dimas.

Ratna tersenyum kecil, " iya pa, mama maklumin kok, tapi ngomong-ngomong kalian berdua mau Honeymoon kemana nih? mama udah nggak sabar pengen cepat-cepat gendong cucu" ucap Ratna antusias. hal itu membuat Aqila yang sedang mengunyah makanannya tersedak seketika. "Uhuk! uhuk..! "

"Aqila, kamu hati hati dong makannya" tegur Alvano lembut. ia segera menuangkan air dan memberikan minum pada Aqila.

Dengan cepat Aqila meminum Air yang diberikan Alvano. "M-maaf kk, aku nggak hati hati" ucapnya kikuk.

"iya nggak papa" Alvano menatap Aqila sekilas dan tersenyum hangat. "kalau soal honeymoon aku belum kepikiran sih ma, aku pikir mau ngurus pindahan aku dulu sama Aqila" Alvano menatap mamanya dengan tatapan serius.

"Kapan? " tanya Dimas sedikit terkejut dengan Ucapan putranya barusan.

"Rencananya sih hari ini pa, aku mau beres-beres barang aku sama Aqila"

"Ha? secepat itu Van? Kamu nggak mau nyoba tinggal disini dulu bareng Aqila? " raut wajah Ratna seketika terlihat sendu.

"Betul itu Van, kamu nggak mau tinggal dirumah ini dulu sama Aqila? kalian kan baru selesai nikah kemarin, masa pindahannya cepat sekali" ucap Dimas menimpali.

"Iya pa, ma. aku tau ini mendadak, tapi kan kalau aku tinggal dirumah aku yang di jalan blok 45 itu kan jadi dekat aku kerja ke kantornya pa, lagian kampus juga dekat dari sana. aku sebentar lagi juga masuk kerja dan ngajar juga pa, ma. Nggak mungkin aku cuti lama-lama" Alvano menghela nafas berat.

"Tapi mama sedih tau, kamu sama Aqila pindahannya cepat sekali. rumah ini jadi sepi kalau nggak ada kalian berdua" Ratna terlihat sedih.

"Mama tenang aja, aku sama Aqila bakalan sering-sering main kesini kok. kan kita cuman beda Gang, nggak beda kota ma" Alvano tersenyum hangat pada mama dan papanya. mencoba menenangkan mereka.

Dengan wajah lesu Ratna mengangguk, Dimas hanya bisa diam dengan keputusan putranya itu, bagaimana pun Alvano sudah memutuskan, mau tidak mau, mereka harus menyetujuinya.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Kk Vano, emang harus ya kita pindahan kerumah barunya sekarang? " tanya Aqila sibuk mengemas barang-barangnya dan memasukannya kedalam koper.

Alvano yang dari tadi juga sibuk mengemas barang-barangnya menoleh seketika, ia tersenyum menatap Aqila. Alvano berjalan dari lemari pakaiannya dan duduk di dekat Aqila yang tengah memasukkan bajunya ke dalam koper.

"Kenapa hmm? kamu masih capek ya? " ucap Alvano penuh perhatian.

"Bukan kk, tapi aku kasian juga lihat tante.. eh maksud aku Mama sama Papa, kasian mereka kk, dirumah sebesar ini mereka harus tinggal berdua lagi" Raut wajah Aqila terlihat sedih, bagaimanapun ia juga merasa sudah nyaman tinggal dirumah ini.

Alvano tersenyum hangat, ia menatap Aqila lembut. "Aqila, aku sebenarnya juga sedih ninggalin rumah ini. Tapi kan kita juga sudah punya rumah sendiri yang aku siapkan untuk tempat kita tinggal. Kalau kita tinggal di sini, nanti rumah itu nggak ada yang ngurus. Lagi pula, rumahnya juga dekat sama kantor dan kampus. Aku nggak perlu jauh-jauh lagi untuk kerja. Kita kan juga bisa sering-sering main ke sini nengokin mama sama papa.”

Aqila mengangguk pelan, meski rasa sedih masih tersisa di hatinya. "Iya, Kk. Oh iya, barang-barang kakak sudah siap dipacking, belum? Kalau belum, biar aku bantu. Lagi pula barangku sedikit, jadi aku cepat selesai berkemas."

Alvano tersenyum kecil sambil mengangguk. "Sudah hampir selesai, kok. Tapi kalau kamu mau bantu, aku nggak akan nolak," ujarnya sambil mencubit gemas pipi Aqila.

Aqila tersenyum tipis, lalu beranjak membantu Alvano.

Aqila berdiri di ruang tamu dengan koper kecil di tangannya. Wajahnya menunduk, matanya berkaca-kaca. Di sampingnya, Alvano berdiri tegak sambil menggenggam tangan istrinya, mencoba memberikan kekuatan. Di hadapan mereka, Ratna dan Dimas berdiri, menatap anak dan menantu mereka dengan senyum yang berat.

"Vano, kamu harus jaga Aqila baik-baik. Dia itu istrimu sekarang, tanggung jawab kamu penuh. Jangan sampai dia merasa sendiri," ucap Ratna dengan suara lembut namun tegas. Ia melangkah mendekat, lalu memeluk Alvano erat.

"Iya, Ma. Aku janji akan jaga Aqila dengan baik," jawab Alvano sambil membalas pelukan ibunya.

Ratna kemudian beralih ke Aqila. Tangannya menggenggam lengan menantunya dengan lembut. "Aqila, kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk cerita ke Mama. Kamu sekarang anak Mama juga."

Aqila mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Iya, Ma. Terima kasih untuk semuanya."

Dimas maju, menepuk bahu Alvano dengan tegas. "Van, ingat, jadi suami itu nggak mudah. Kamu harus sabar, bijaksana, dan selalu utamakan kebahagiaan istrimu. Papa percaya kamu bisa."

"Iya, Pa. Terima kasih atas semua nasihatnya," jawab Alvano mantap.

Kemudian Dimas menoleh ke Aqila, senyumnya menghangat. "Dan kamu, Aqila, kalau Vano ini terlalu keras kepala, kasih tahu Papa. Biar Papa yang urus dia."

Aqila tersenyum kecil, meski masih malu-malu. "Iya, Pa. Aqila akan ingat itu."

Setelah momen penuh haru itu, Ratna menghela napas panjang, lalu tiba-tiba tersenyum jahil. "Eh, Vano, Aqila, jangan lama-lama, ya. Mama sama Papa kan pengin cepat gendong cucu. Rumah ini sepi kalau cuma kami berdua!"

Aqila langsung menunduk, wajahnya merah padam. "Ma, jangan ngomong gitu..." gumamnya pelan.

Alvano, sebaliknya, tersenyum lebar. "Papa sama mama tenang aja, tinggal tunggu aja kabar baik dari kita berdua," ucapnya sambil melirik Aqila dengan tatapan penuh arti. Sedangkan Aqila semakin menunduk, pipinya semakin memerah.

Dimas dan Ratna tertawa melihat tingkah keduanya. "Kalian berdua janji ya, sering-sering main kesini, jangan lupain mama sama papa" ujar Ratna.

"Iya ma, pasti itu. aku janji kalau libur kerja, bakalan sering-sering main kesini"

"Yaudah kalau gitu, kami berdua pamit dulu ya Ma, Pa" ucap Alvano menyalami orang tuanya begitupun Aqila.

"iya kalian hati- hati"

"iya Ma"

Dengan langkah perlahan, Alvano menggenggam erat tangan Aqila dan menuntunnya menuju mobil. Sesekali, Aqila menoleh ke belakang, melihat Ratna dan Dimas yang berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan sambil tersenyum.

Setelah keduanya berada di dalam mobil, Alvano langsung tancap gas meninggalkan perkarangan rumahnya.

Didalam perjalanan keduanya hanya diam, Alvano yang sedang menyetir sesekali melirik ke arah Aqila yang dari tadi menunduk.

"Kamu kenapa Aqila? masih sedih ninggalin Mama sama Papa? " tanya Alvano mencoba membuka obrolan.

Aqila menggeleng pelan. "bukan itu Kk,"

"Terus kenapa nunduk terus? ada apa? ayo cerita sama aku. kamu kalau ada masalah jangan dipendam sendiri Aqila. Aku kan sekarang sudah jadi suami Kamu. Jadi apapun yang menjadi beban di pikiran kamu, kamu harus berbagi semuanya sama aku" Alvano tersenyum hangat, tatapan teduhnya membuat Hati Aqila terasa ringan.

"Aku cuman kepikiran Mama sama kakak tiri aku kak Vano, mau bagaimana pun kan mereka tetap keluarga aku. Aku sedih, di hari bahagia aku mereka nggak ada untuk mendampingi aku, bahkan saat aku udah nikah pun mereka nggak tau" Aqila kembali menunduk, matanya berkaca-kaca. Mau bagaimana pun Miranda dan Areta adalah keluarganya. Walaupun mereka jahat, tapi Aqila tetap sayang. Karna bagaimana pun, sewaktu mamanya Aqila sudah tiada dahulu, Miranda lah yang mengurusnya.

Alvano tersentuh mendengar ucapan Aqila barusan, Aqila benar-benar anak yang baik, bahkan saat Mama dan kakak tiri yang sudah berbuat jahat padanya, ia masih merasa peduli dan selalu ingat.

Saat sedang menyetir, tangan Alvano satunya lagi terulur untuk menggenggam tangan Aqila. Ia mencoba memberikan kekuatan pada istrinya.

"Aqila, aku tau gimana perasaan kamu, kamu pasti selalu merasa sendirian. Karna kamu merasa nggak punya keluarga, kamu masih sayang sama kakak dan ibu kamu. Tapi kan sekarang ada aku Aqila, aku udah jadi suami kamu. Ada papa dan mama juga yang sayang sama kamu. kita keluarga.Kamu jangan sedih gitu, kita lewati semuanya sama-sama ya.."

Aqila mengangguk, Alvano benar-benar memberikan kekuatan pada dirinya " makasih kk Vano, udah selalu ada buat aku" Aqila mencoba tersenyum meskipun rasa sedih masih menggelayuti hatinya.

"iya.. sama sama sayang" lirih Alvano lembut. Aqila seketika merasa pipinya memanas mendengar panggilan manis dari Alvano barusan.

Terpopuler

Comments

Alifa Anafirahma

Alifa Anafirahma

Kisahmu membuatku tersenyam-senyum sendiri thorr /Heart/

2025-01-25

1

Agung Antarini

Agung Antarini

semangat Thor 💪💪👍👍

2025-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kehidupan Yang Memilukan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Diusir dari Rumah
4 Bab 4 Takdir Di Tengah Hujan
5 Bab 5 Perhatian Alvano
6 Bab 6 Kehidupan Baru
7 Bab 7 Calon mantu?
8 Bab 8 kesepakatan mama dan papa
9 Bab 9 Hujan yang membasuh luka
10 Bab 10 Perjodohan
11 Bab 11 Persetujuan Alvano
12 Bab 12 Fitting Baju Pernikahan
13 Bab 13 Pernikahan
14 Bab 14 Pindahan
15 Bab 15 Rumah Baru
16 Bab 16 Cemburu?
17 Bab 17 Sakit Perut
18 Bab 18 Khawatir
19 Bab 19 Perhatian
20 Bab 20 Mewujudkan mimpi Aqila
21 Bab 21 Membeli Perlengkapan Kuliah
22 Bab 22 Hari Pertama Kuliah
23 Bab 23 Hati Aqila yang terluka
24 Bab 24 Alvano yang selalu ada
25 Bab 25 Tuduhan Areta
26 Bab 26 Mengungkit Masa Lalu Aqila
27 Bab 27 Kehadiran Bianka
28 Bab 28 Jebakan Bianka
29 Bab 29 Alvano yang tak ada kabar
30 Bab 30 Hasrat yang Tak Terkendali
31 Bab 31 Penjelasan
32 Bab 32 Rahasia yang terbongkar
33 Bab 33 Cemburu
34 Bab 34 Ngambek
35 Bab 35 Mual
36 Bab 36 Peristiwa yang Menggemparkan Kampus
37 Bab 37 Sepupu Amel
38 Bab 38 Rencana Balas Dendam
39 Bab 39 Ketakutan Itu Masih Ada
40 Bab 40 Kesehatan Aqila Membaik
41 Bab 41 Posesifnya Alvano
42 Bab 42 Masa Lalu Rania
43 Bab 43 Ngidam
44 Bab 44 Kecemburuan Alvano
45 Bab 45 Aqila Hilang
46 Bab 46 Kemarahan Alvano
47 Bab 47 Hancur
48 Bab 48 Jebakan Daniel
49 Bab 49 Aqila Dalam Bahaya
50 Bab 50 Kesedihan
51 Bab 51 Keajaiban
52 Bab 52 Membaik
53 Bab 53 Membeli Perlengkapan Bayi
54 Bab 54 Lahiran
55 Bab 55 Buah Hati Tampan Keluarga Mahendra"
56 Bab 56 Alvano Si Suami Manja dan Cemburuan
57 Bab 57 Sosok Laura
58 Bab 58 Zayyan yang Rewel
59 Bab 59 Sakit
60 Bab 60 Mengantar Bekal Alvano
61 Bab 61 Salah Paham
62 Bab 62 Sedikit Rahasia Mengenai Laura Terbongkar
63 Bab 63 Gerak Gerik Laura yang Mencurigakan
64 Bab 64 Cemas
65 Bab 65 Aqila Sakit
66 Bab 66 Kepercayaan Yang Retak
67 Bab 67 Rencana Arga
68 Bab 68 Antara Cinta dan Kecewa
69 Bab 69 Sama-Sama Tersakiti
70 Bab 70 Pergi Dari Rumah
71 Bab 71 Identitas Asli Laura terbongkar
72 Bab 72 Hancur Dan tertatih dalam Kesakitan
73 Bab 73 Kerapuhan Seorang Alvano
74 Bab 74 Penculikan Aqila
75 Bab 75 Pembalasan Dendam Areta
76 Bab 76 Diantara Hidup dan Mati
77 Bab 77 Kritis
78 Bab 78 Secercah Harapan
79 Bab 79 Alvano Sadar
80 Bab 80 Kebahagiaan Telah Kembali
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 Kehidupan Yang Memilukan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Diusir dari Rumah
4
Bab 4 Takdir Di Tengah Hujan
5
Bab 5 Perhatian Alvano
6
Bab 6 Kehidupan Baru
7
Bab 7 Calon mantu?
8
Bab 8 kesepakatan mama dan papa
9
Bab 9 Hujan yang membasuh luka
10
Bab 10 Perjodohan
11
Bab 11 Persetujuan Alvano
12
Bab 12 Fitting Baju Pernikahan
13
Bab 13 Pernikahan
14
Bab 14 Pindahan
15
Bab 15 Rumah Baru
16
Bab 16 Cemburu?
17
Bab 17 Sakit Perut
18
Bab 18 Khawatir
19
Bab 19 Perhatian
20
Bab 20 Mewujudkan mimpi Aqila
21
Bab 21 Membeli Perlengkapan Kuliah
22
Bab 22 Hari Pertama Kuliah
23
Bab 23 Hati Aqila yang terluka
24
Bab 24 Alvano yang selalu ada
25
Bab 25 Tuduhan Areta
26
Bab 26 Mengungkit Masa Lalu Aqila
27
Bab 27 Kehadiran Bianka
28
Bab 28 Jebakan Bianka
29
Bab 29 Alvano yang tak ada kabar
30
Bab 30 Hasrat yang Tak Terkendali
31
Bab 31 Penjelasan
32
Bab 32 Rahasia yang terbongkar
33
Bab 33 Cemburu
34
Bab 34 Ngambek
35
Bab 35 Mual
36
Bab 36 Peristiwa yang Menggemparkan Kampus
37
Bab 37 Sepupu Amel
38
Bab 38 Rencana Balas Dendam
39
Bab 39 Ketakutan Itu Masih Ada
40
Bab 40 Kesehatan Aqila Membaik
41
Bab 41 Posesifnya Alvano
42
Bab 42 Masa Lalu Rania
43
Bab 43 Ngidam
44
Bab 44 Kecemburuan Alvano
45
Bab 45 Aqila Hilang
46
Bab 46 Kemarahan Alvano
47
Bab 47 Hancur
48
Bab 48 Jebakan Daniel
49
Bab 49 Aqila Dalam Bahaya
50
Bab 50 Kesedihan
51
Bab 51 Keajaiban
52
Bab 52 Membaik
53
Bab 53 Membeli Perlengkapan Bayi
54
Bab 54 Lahiran
55
Bab 55 Buah Hati Tampan Keluarga Mahendra"
56
Bab 56 Alvano Si Suami Manja dan Cemburuan
57
Bab 57 Sosok Laura
58
Bab 58 Zayyan yang Rewel
59
Bab 59 Sakit
60
Bab 60 Mengantar Bekal Alvano
61
Bab 61 Salah Paham
62
Bab 62 Sedikit Rahasia Mengenai Laura Terbongkar
63
Bab 63 Gerak Gerik Laura yang Mencurigakan
64
Bab 64 Cemas
65
Bab 65 Aqila Sakit
66
Bab 66 Kepercayaan Yang Retak
67
Bab 67 Rencana Arga
68
Bab 68 Antara Cinta dan Kecewa
69
Bab 69 Sama-Sama Tersakiti
70
Bab 70 Pergi Dari Rumah
71
Bab 71 Identitas Asli Laura terbongkar
72
Bab 72 Hancur Dan tertatih dalam Kesakitan
73
Bab 73 Kerapuhan Seorang Alvano
74
Bab 74 Penculikan Aqila
75
Bab 75 Pembalasan Dendam Areta
76
Bab 76 Diantara Hidup dan Mati
77
Bab 77 Kritis
78
Bab 78 Secercah Harapan
79
Bab 79 Alvano Sadar
80
Bab 80 Kebahagiaan Telah Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!