Bab 13 Pernikahan

Hari berganti hari, waktu terasa berlalu begitu cepat. Hari yang dinantikan itu kini tiba. Tepat hari ini, Alvano Raffael Mahendra dan Aqila Safira Wijaya akan menyatukan janji suci dalam ikatan pernikahan. Bukan pesta mewah, tetapi sebuah acara sederhana penuh makna, seperti keinginan Aqila yang ingin segalanya berjalan khidmat dan hanya dihadiri keluarga serta sahabat terdekat.

Rumah keluarga Mahendra dihias indah dengan nuansa emas dan putih. Bunga mawar segar menghiasi meja, sementara lampu gantung kristal menambah kesan elegan di ruangan.

Di dalam kamar, Aqila duduk memandangi dirinya di cermin. Gaun pengantin putihnya yang mewah, dengan renda-renda indah dan ekor panjang, membalut tubuhnya dengan sempurna. Kalung warisan keluarga Mahendra melingkar anggun di lehernya, memberikan sentuhan klasik yang memesona. Riasan wajahnya lembut, tetapi cukup untuk membuat kecantikannya bersinar.

Mama Alvano masuk ke dalam kamar dengan senyum bangga. “Kamu benar-benar cantik, Aqila,” ujarnya dengan penuh kasih.

"makasih tante.. " ucapnya tersenyum malu-malu.

Mama Alvano tersenyum hangat. “Setelah ini, jangan panggil Tante lagi, ya. Panggil Mama. Kamu sekarang bagian dari keluarga kami.”

Kata-kata itu membuat hati Aqila bergetar. Ia merasa diterima sepenuh hati oleh keluarga besar Alvano. Dengan senyum malu-malu, ia mengangguk.

Di ruang tamu, suasana sudah tertata rapi. Karpet putih membentang dengan bunga-bunga sederhana menghiasi tepinya. Alvano duduk di sisi tengah, jas hitamnya membuatnya terlihat begitu gagah, dengan dasi hitam yang rapi dan kemeja putih yang bersih. Ia tampak berwibawa, tetapi matanya memancarkan ketenangan.Sahabatnya, Raka, duduk di sampingnya, memberikan dukungan penuh. Di sudut ruangan, penghulu mulai menyiapkan prosesi.

Penghulu membuka prosesi dengan doa, meminta keberkahan atas pernikahan ini. Semua yang hadir menundukkan kepala, mengamini doa dengan khusyuk.

Penghulu bertanya kepada Alvano, "Saudara Alvano Raffael Mahendra, apakah Anda siap untuk melangsungkan akad nikah ini?"

Dengan suara tenang namun tegas, Alvano menjawab, "Siap, Pak."

Pak Penghulu memandang Alvano dengan mantap, Mereka berdua berjabat tangan. lalu Penghulu melafalkan akad nikah:

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Alvano Raffael Mahendra, dengan Aqila Safira Wijaya binti Hendra Wijaya, dengan mas kawin berupa sebuah rumah, sebuah kalung milik keluarga besar Mahendra, dan seperangkat alat salat, dibayar tunai."

Semua mata tertuju pada Alvano. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan lantang dan mantap menjawab:

"Saya terima nikahnya Aqila Safira Wijaya binti Hendra Wijaya dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Hening sejenak, sebelum akhirnya para saksi serentak berkata, “Sah!”

Haru memenuhi ruangan. Doa-doa kembali dipanjatkan, mengiringi momen sakral ini. Di ruangan terpisah, Aqila tak bisa menahan air matanya. Ia menunduk, menyeka pipinya yang basah.

Setelah prosesi ijab kabul yang penuh haru, Alvano berdiri di depan ruang utama, menunggu Aqila yang baru keluar dari kamar pengantin. Pintu kamar terbuka perlahan, dan langkah Aqila yang anggun memecah keheningan.

Mata Alvano terpaku pada sosok di depannya. Gaun pengantin Aqila yang mewah, dengan detail renda indah dan ekor panjang, membalut tubuhnya sempurna. Kalung warisan keluarga Mahendra menghiasi lehernya, memberikan aura klasik yang memukau. Rambutnya ditata rapi, dan riasan lembut mempertegas kecantikannya.

Alvano menahan napas sejenak, hatinya berdebar. Ia belum pernah melihat Aqila secantik ini. Ketika Aqila berdiri di hadapannya, Alvano hanya mampu berucap pelan, "MasyaAllah... Aqila," gumamnya dengan suara serak, "kamu benar-benar cantik."

Aqila tersipu malu, menundukkan pandangan. "Terima kasih, Kak," jawabnya pelan, suara gemetar penuh malu.

Mengatasi canggungnya, Alvano meraih tangan Aqila, menggenggamnya erat. "Sekarang, kamu resmi jadi istriku. Aku janji, aku akan menjagamu dan membahagiakanmu."

Aqila mengangguk pelan. Matanya berkaca-kaca mendengar janji itu, tetapi ia tetap tersenyum. “Aku juga akan berusaha jadi istri yang baik untukmu, Kak.”

Tanpa ragu, Alvano mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut kening Aqila. Sentuhan itu sederhana, tetapi sarat dengan makna. “Ini awal kita, Aqila,” bisiknya.

Aqila hanya bisa menahan debaran di dadanya. Ia merasa hangat, seolah semua kekhawatiran dan ketakutannya menghilang dalam satu momen itu.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Setelah prosesi akad, acara dilanjutkan dengan resepsi sederhana di halaman belakang rumah. Meja-meja kecil dengan hiasan mawar putih dan lilin memberikan suasana hangat dan romantis. Alvano dan Aqila berdiri berdampingan di depan panggung kecil, menerima ucapan selamat dari para tamu.

"Kalian berdua serasi sekali," ucap salah satu tamu dengan tulus.

"Semoga bahagia selalu," tambah tamu lainnya.

Alvano hanya tersenyum sambil merangkul Aqila dengan lembut. "Terima kasih," jawabnya.

Tante Sonia yg menjadi salah satu tamu mendekati mereka. Dengan senyuman hangat, ia memberikan ucapan selamat.

"Alvano, Aqila, selamat ya. Tante doakan semoga pernikahan kalian bahagia dan langgeng selamanya," ucapnya tulus.

"Terima kasih banyak, Tante," jawab Aqila sambil tersenyum malu.

"Tante Sonia, terima kasih juga untuk bantuannya waktu fitting baju kemarin. Pilihan Tante benar-benar terbaik," tambah Alvano, menyampaikan rasa terima kasih.

"Tentu saja. Kalian kan spesial. Tante senang sekali melihat kalian sekarang," balas Tante Sonia sebelum berpamitan untuk memberi ruang bagi tamu lainnya.

Setelah Tante Sonia, giliran Raka yang mendekati mereka. Sahabat Alvano ini mengenakan setelan kasual namun tetap rapi. Raka menyeringai begitu melihat pasangan baru itu.

"Gue bener-bener nggak nyangka, Van. Istri lo secantik ini. Seriusan, lo beneran beruntung," ucap Raka sambil melirik Aqila.

Alvano hanya tersenyum. " iya ka, makasih.. gue aja juga nggak nyangka bakal dapat istri secantik Aqila" ucap alvano yang seketika menoleh pada Aqila. Aqila sampai menunduk malu malu dibuatnya.

"oh iya, qila. kenalin ini Raka sahabat aku" ucap Alvano memperkenalkan Raka pada Aqila.

"Hai Qila, senang bertemu dengan mu, Aku Raka. karna kamu menikah dengan Vano sahabatku maka kita juga bisa jadi teman bukan? " ucapnya mengulurkan tangan berkenalan dengan Aqila.

"iya kk, aku Aqila, senang juga bertemu dengan Kak Raka," jawab Aqila sopan dan menerima uluran tangan itu.

"iya, udah kenal kan ka. jangan lama lama pegang tangan istri gue" ucapnya langsung melepas pegangan tangan mereka.

"ya elah Vano, cemburuan banget sih. gue cuma mau kenalan doang kok" ucap Raka sedikit kesal. dan itu membuat Aqila tertawa kecil, sedangkan Alvano hannya memutar bola matanya malas.

"Tapi gue serius, Van, gue iri. Kalian berdua serasi sekali. Aqila, kalau Alvano ini menyebalkan, kabari aku, ya. Biar aku tegur dia," gurau Raka sambil mengedipkan mata.

"iya kk Raka, aman itu" ucap Aqila mencoba akrab dengan Raka. Alvano hannya geleng geleng kepala melihat tingkah keduanya.

Di sisi lain, Papa dan Mama Alvano berdiri di dekat meja hidangan, memandangi putra mereka dan menantunya dengan kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan.

"MasyaAllah, Pa, lihat mereka," ucap Ratna dengan mata berbinar. "Aqila benar-benar pasangan yang tepat untuk Alvano. Dia cantik, sopan, dan terlihat sangat mencintai Alvano."

Pak Dimas tersenyum bangga. "Iya, Ma. Aku senang melihat Alvano akhirnya menemukan kebahagiaannya. Aqila memang pilihan yang tepat."

Saat itu, sekelompok ibu-ibu tetangga menghampiri Mama Ratna dengan senyum penuh arti.

"Selamat ya, Bu Ratna," salah satu dari mereka membuka percakapan. "Benar kan apa yang kami bilang dulu? Aqila cocok banget jadi mantu. Lihat, sekarang kenyataan, kan?"

Mama Ratna tertawa kecil, mengangguk setuju. "Iya, Alhamdulillah. candaan ibu-ibu waktu itu memotivasi saya untuk menjodohkan mereka. keduanya memang terlihat sangat cocok"

"iya bu Ratna, kami senang melihat mereka, Mereka berdua ini benar-benar pasangan serasi. Lihat saja, Kalau sudah jalan berdua, seperti pangeran dan putri raja," sahut ibu lainnya, membuat Mama Ratna tersenyum semakin lebar.

"Alhamdulillah. Saya hanya berharap mereka bisa saling mencintai dan mendukung sampai akhir hayat," jawab Ratna, suaranya penuh harap.

Para ibu-ibu itu mengangguk. "Amin, Bu. Jangan lupa undang kami kalau ada acara lagi, ya. Kami selalu mendukung keluarga ini."

Dimas dan Ratna tersenyum bahagia, matanya kembali tertuju pada Alvano dan Aqila yang sedang tersenyum menerima ucapan selamat dari tamu-tamu lain.

🌸🌸🌸🌸🌸

Setelah resepsi selesai, suasana di rumah Alvano mulai sepi. Para tamu sudah pulang, meninggalkan pasangan pengantin baru itu di kamar mereka. Lampu kamar yang temaram memberikan suasana hangat di malam yang penuh kebahagiaan itu.

Alvano duduk di tepi tempat tidur, matanya tidak bisa lepas dari Aqila yang duduk di sebelahnya. Senyuman Alvano lebar, penuh rasa bahagia, meski masih ada rasa haru yang menggelayuti hatinya.

"Kita sudah jadi suami istri, Aqila," kata Alvano dengan suara lembut, namun penuh keyakinan. "Aku janji akan menjaga kamu, membahagiakan kamu seumur hidupku."

Aqila menatapnya dengan mata berbinar, hati berdebar. "Aku... aku juga berterima kasih kk Vano. Terima kasih karena kakak sudah menerima aku, meski aku mungkin bukan wanita sempurna. Aku berharap bisa menjadi istri yang baik untuk kk Vano"

Alvano tersenyum dan meraih tangan Aqila. "Kamu sudah lebih dari cukup, Aqila. jangan berfikir kamu tidak pantas untukku, kamu bahkan lebih dari kata pantas, kamu istimewa" ucapnya penuh perasaan. ia terus memandang wajah aqila. hal itu tentu membuat Aqila menunduk. pipinya memerah karna tatapan alvano.

"Jangan nunduk terus Aqila, coba lihat mata aku"

Dengan perlahan Aqila kembali mendongakkan kepalanya untuk menatap Alvano. " kamu cantik" ucap Alvano yang kembali membuat Aqila salah tingkah. Alvano terus menatap wajah Aqila, lama kelamaan ia mulai mendekatkan wajahnya pada Aqila. ia kembali mendaratkan ciumannya di kening Aqila, cukup lama. Aqila merasakan jantungnya berdegup kencang. pipinya memanas. Alvano mengangkat wajah Aqila yang kembali menunduk. ia menatap Aqila lekat, detik berikutnya ia kembali mendekatkan wajahnya pada aqila. keduanya sama-sama saling tatap.Saat suasana mulai romantis, Aqila langsung bangkit dari duduknya, wajahnya memerah.

"kamu kenapa Aqila? "

"A-aku ganti baju dulu kk, aku nggak akan nyaman tidur pakai baju ini" ucapnya gugup, ia segera berlalu ke kamar mandi

Alvano terkekeh, "Aqila kamu lucu" ucapnya geleng geleng kepala melihat wajah merona dari Aqila.

Setelah melihat Aqila masuk kekamar mandi, Alvano berjalan ke arah lemari untuk mengganti pakaiannya juga.ia mengambil pakaian santainya.

Didalam kamar mandi, Aqila merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. wajahnya memerah malu. " kk vano kamu kenapa selalu bikin aku salah tingkah begini" gumamnya pelan. ia menghela nafas berat, lalu mulai membuka gaun miliknya. Namun aqila tak bisa membuka resleting gaunnya karna tangannya yang tak sampai untuk menjangkau resleting tersebut. Aqila terus berusaha namun ia tetap tak bisa.

"Aduh, tangan aku nggak nyampe bukanya. gimana ini? " ucapnya risau. jika meminta tolong Alvano, ia merasa malu.

Setelah beberapa saat, Alvano yang sudah selesai berganti pakaian duduk santai di tempat tidur. Namun, ia merasa heran karena Aqila tak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Kok lama banget?" gumamnya sambil berjalan ke pintu kamar mandi. Ia mengetuk pelan. "Aqila, kamu baik-baik saja di dalam?" tanyanya dengan nada khawatir.

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, menampilkan wajah Aqila yang tampak gugup. Alvano mengernyit heran. "Loh, kamu belum selesai ganti baju?"

Aqila menunduk malu, suaranya nyaris tak terdengar. "Kk... aku nggak bisa buka resletingnya," ucapnya pelan.

Alvano tersenyum kecil, lalu mengusap tengkuknya. "Ya ampun, kenapa nggak bilang dari tadi? Sini, aku bantu," tawarnya.

Aqila menatap Alvano dengan ragu, namun akhirnya mengangguk pelan. Ia membalikkan tubuhnya, membiarkan Alvano membuka resleting gaunnya.

Saat tangannya menyentuh punggung Aqila untuk membuka resleting, Alvano merasakan detak jantungnya sendiri meningkat. Sementara itu, Aqila juga merasakan hal yang sama. Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara napas keduanya yang saling bersahutan.

"Sudah," ucap Alvano akhirnya, suaranya sedikit serak.

Aqila menoleh perlahan, wajahnya benar-benar merah. "Ma..Makasih, Kk," katanya gugup sebelum buru-buru kembali masuk ke kamar mandi.

Alvano hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Dasar istri pemalu," gumamnya, lalu kembali duduk di tempat tidur.

Setelah selesai mengganti pakaian, Aqila akhirnya keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan baju tidur sederhana namun tetap terlihat cantik di mata Alvano.

"Ayo, Aqila tidur" ajak Alvano sambil menepuk tempat tidur di sebelahnya.

Aqila tersentak mendengar ajakan itu. "Kk... a-aku..."

Alvano tertawa kecil melihat wajah panik Aqila. "Aqila, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku cuma mengajak kamu tidur. Kamu pasti lelah berdiri seharian di resepsi," ucapnya lembut, namun penuh keyakinan.

Aqila terdiam, merasa malu karena pikirannya yang terlalu jauh. Ia akhirnya berjalan pelan dan duduk di sebelah Alvano.

"Tenang saja, Aqila," kata Alvano sambil tersenyum. "Aku nggak akan minta apa-apa sebelum kamu siap."

Ia lalu menarik tangan Aqila, membuat gadis itu terkejut. "Kk...?"

Alvano hanya tersenyum dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur, masih menggenggam tangan Aqila. Dengan ragu, Aqila akhirnya ikut merebahkan tubuhnya di samping Alvano.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan, sebelum tiba-tiba Alvano menarik Aqila ke dalam pelukannya.

"Kk! Kk ngapain?" seru Aqila dengan wajah merah padam. Ia terlihat sangat panik.

Alvano terkekeh pelan. "Tenang, Aqila. Aku cuma mau tidur sambil memeluk kamu. Aku janji nggak akan berbuat apa-apa" ucapnya, suaranya terdengar lembut dan menenangkan.

"Tapi... tapi ini..." Aqila masih gelagapan, tak tahu harus berkata apa.

Alvano tersenyum lebih lebar. "Lagi pula, kamu sekarang sudah jadi pengganti bantal gulingku. Jadi kamu harus terbiasa kalau setiap malam aku tidur memeluk kamu begini," katanya sambil memejamkan mata.

Aqila hanya bisa terdiam, wajahnya benar-benar merah. Namun, perlahan ia mulai merasa nyaman dalam pelukan Alvano.

"Sudah, sekarang tidur. Aku tahu kamu capek," bisik Alvano.

Aqila akhirnya memejamkan mata, meresapi kehangatan pelukan suaminya. Malam itu, meski penuh canggung, menjadi awal yang indah bagi mereka berdua.

Episodes
1 Bab 1 Kehidupan Yang Memilukan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Diusir dari Rumah
4 Bab 4 Takdir Di Tengah Hujan
5 Bab 5 Perhatian Alvano
6 Bab 6 Kehidupan Baru
7 Bab 7 Calon mantu?
8 Bab 8 kesepakatan mama dan papa
9 Bab 9 Hujan yang membasuh luka
10 Bab 10 Perjodohan
11 Bab 11 Persetujuan Alvano
12 Bab 12 Fitting Baju Pernikahan
13 Bab 13 Pernikahan
14 Bab 14 Pindahan
15 Bab 15 Rumah Baru
16 Bab 16 Cemburu?
17 Bab 17 Sakit Perut
18 Bab 18 Khawatir
19 Bab 19 Perhatian
20 Bab 20 Mewujudkan mimpi Aqila
21 Bab 21 Membeli Perlengkapan Kuliah
22 Bab 22 Hari Pertama Kuliah
23 Bab 23 Hati Aqila yang terluka
24 Bab 24 Alvano yang selalu ada
25 Bab 25 Tuduhan Areta
26 Bab 26 Mengungkit Masa Lalu Aqila
27 Bab 27 Kehadiran Bianka
28 Bab 28 Jebakan Bianka
29 Bab 29 Alvano yang tak ada kabar
30 Bab 30 Hasrat yang Tak Terkendali
31 Bab 31 Penjelasan
32 Bab 32 Rahasia yang terbongkar
33 Bab 33 Cemburu
34 Bab 34 Ngambek
35 Bab 35 Mual
36 Bab 36 Peristiwa yang Menggemparkan Kampus
37 Bab 37 Sepupu Amel
38 Bab 38 Rencana Balas Dendam
39 Bab 39 Ketakutan Itu Masih Ada
40 Bab 40 Kesehatan Aqila Membaik
41 Bab 41 Posesifnya Alvano
42 Bab 42 Masa Lalu Rania
43 Bab 43 Ngidam
44 Bab 44 Kecemburuan Alvano
45 Bab 45 Aqila Hilang
46 Bab 46 Kemarahan Alvano
47 Bab 47 Hancur
48 Bab 48 Jebakan Daniel
49 Bab 49 Aqila Dalam Bahaya
50 Bab 50 Kesedihan
51 Bab 51 Keajaiban
52 Bab 52 Membaik
53 Bab 53 Membeli Perlengkapan Bayi
54 Bab 54 Lahiran
55 Bab 55 Buah Hati Tampan Keluarga Mahendra"
56 Bab 56 Alvano Si Suami Manja dan Cemburuan
57 Bab 57 Sosok Laura
58 Bab 58 Zayyan yang Rewel
59 Bab 59 Sakit
60 Bab 60 Mengantar Bekal Alvano
61 Bab 61 Salah Paham
62 Bab 62 Sedikit Rahasia Mengenai Laura Terbongkar
63 Bab 63 Gerak Gerik Laura yang Mencurigakan
64 Bab 64 Cemas
65 Bab 65 Aqila Sakit
66 Bab 66 Kepercayaan Yang Retak
67 Bab 67 Rencana Arga
68 Bab 68 Antara Cinta dan Kecewa
69 Bab 69 Sama-Sama Tersakiti
70 Bab 70 Pergi Dari Rumah
71 Bab 71 Identitas Asli Laura terbongkar
72 Bab 72 Hancur Dan tertatih dalam Kesakitan
73 Bab 73 Kerapuhan Seorang Alvano
74 Bab 74 Penculikan Aqila
75 Bab 75 Pembalasan Dendam Areta
76 Bab 76 Diantara Hidup dan Mati
77 Bab 77 Kritis
78 Bab 78 Secercah Harapan
79 Bab 79 Alvano Sadar
80 Bab 80 Kebahagiaan Telah Kembali
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 Kehidupan Yang Memilukan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Diusir dari Rumah
4
Bab 4 Takdir Di Tengah Hujan
5
Bab 5 Perhatian Alvano
6
Bab 6 Kehidupan Baru
7
Bab 7 Calon mantu?
8
Bab 8 kesepakatan mama dan papa
9
Bab 9 Hujan yang membasuh luka
10
Bab 10 Perjodohan
11
Bab 11 Persetujuan Alvano
12
Bab 12 Fitting Baju Pernikahan
13
Bab 13 Pernikahan
14
Bab 14 Pindahan
15
Bab 15 Rumah Baru
16
Bab 16 Cemburu?
17
Bab 17 Sakit Perut
18
Bab 18 Khawatir
19
Bab 19 Perhatian
20
Bab 20 Mewujudkan mimpi Aqila
21
Bab 21 Membeli Perlengkapan Kuliah
22
Bab 22 Hari Pertama Kuliah
23
Bab 23 Hati Aqila yang terluka
24
Bab 24 Alvano yang selalu ada
25
Bab 25 Tuduhan Areta
26
Bab 26 Mengungkit Masa Lalu Aqila
27
Bab 27 Kehadiran Bianka
28
Bab 28 Jebakan Bianka
29
Bab 29 Alvano yang tak ada kabar
30
Bab 30 Hasrat yang Tak Terkendali
31
Bab 31 Penjelasan
32
Bab 32 Rahasia yang terbongkar
33
Bab 33 Cemburu
34
Bab 34 Ngambek
35
Bab 35 Mual
36
Bab 36 Peristiwa yang Menggemparkan Kampus
37
Bab 37 Sepupu Amel
38
Bab 38 Rencana Balas Dendam
39
Bab 39 Ketakutan Itu Masih Ada
40
Bab 40 Kesehatan Aqila Membaik
41
Bab 41 Posesifnya Alvano
42
Bab 42 Masa Lalu Rania
43
Bab 43 Ngidam
44
Bab 44 Kecemburuan Alvano
45
Bab 45 Aqila Hilang
46
Bab 46 Kemarahan Alvano
47
Bab 47 Hancur
48
Bab 48 Jebakan Daniel
49
Bab 49 Aqila Dalam Bahaya
50
Bab 50 Kesedihan
51
Bab 51 Keajaiban
52
Bab 52 Membaik
53
Bab 53 Membeli Perlengkapan Bayi
54
Bab 54 Lahiran
55
Bab 55 Buah Hati Tampan Keluarga Mahendra"
56
Bab 56 Alvano Si Suami Manja dan Cemburuan
57
Bab 57 Sosok Laura
58
Bab 58 Zayyan yang Rewel
59
Bab 59 Sakit
60
Bab 60 Mengantar Bekal Alvano
61
Bab 61 Salah Paham
62
Bab 62 Sedikit Rahasia Mengenai Laura Terbongkar
63
Bab 63 Gerak Gerik Laura yang Mencurigakan
64
Bab 64 Cemas
65
Bab 65 Aqila Sakit
66
Bab 66 Kepercayaan Yang Retak
67
Bab 67 Rencana Arga
68
Bab 68 Antara Cinta dan Kecewa
69
Bab 69 Sama-Sama Tersakiti
70
Bab 70 Pergi Dari Rumah
71
Bab 71 Identitas Asli Laura terbongkar
72
Bab 72 Hancur Dan tertatih dalam Kesakitan
73
Bab 73 Kerapuhan Seorang Alvano
74
Bab 74 Penculikan Aqila
75
Bab 75 Pembalasan Dendam Areta
76
Bab 76 Diantara Hidup dan Mati
77
Bab 77 Kritis
78
Bab 78 Secercah Harapan
79
Bab 79 Alvano Sadar
80
Bab 80 Kebahagiaan Telah Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!