Langit yang di penuhi bintang beberapa saat yang lalu, sekarang telah berubah menjadi langit yang gelap tanpa bintang sedikitpun. Angin yang sejuk dan nyaman, sekarang telah berubah menjadi angin yang kencang dan dingin.
Sedangkan di dalam rumah seorang wanita tengah begitu frustasi saat menyadari jika dia benar-benar bertransmigrasi dengan keadaan yang menyedihkan. Tapi beberapa saat ia terdiam, lalu tersenyum senang. "Oh ya, ini kan dunia sihir, dan menurut ingatan tubuh ini, Alexa bisa menggunakan sihir api. Bukankah aku seharusnya juga bisa?" gumam Melisa, lalu menganggukkan kepalanya dengan senang.
Ia memutuskan untuk pergi ke belakang rumah mencoba kekuatan sihir dari pemilik tubuh ini. "Baiklah, ayo kita mulai sekarang," ujarnya dengan tersenyum senang, sambil berjalan ke arah sebuah pohon yang besar dan rindang.
Ia memejamkan matanya, lalu merapalkan beberapa mantra yang ia ingat dari tubuh ini. "Bola api!!" teriaknya, dengan suara yang begitu keras.
Tapi, tidak terjadi apapun. Yang ada hanya suara jangkrik yang seperti sedang menghina dirinya. "Tidak, aku pasti bisa," ujarnya lalu kembali menutup matanya merapalkan mantra.
"Bola api! Bola api! Akh... Bola api! Bola api!" Melisa mengulang hal tersebut berulang kali, tapi hasilnya masih saja sama. Bahkan hingga hari semakin larut, gadis itu tidak bisa melakukan sihir seperti Alexa.
"Akh... sialan! Apa-apaan ini? Apa aku benar-benar akan menjadi sampah masyarakat? Akh, menyebalkan!!" kesalnya.
Suasana semakin sepi, hanya ada suara Melisa saja. Hingga angin cukup kuat menerpa tubuh kecil itu, membuat Melisa memeluk tubuhnya yang terasa dingin.
Ia memperhatikan beberapa pohon yang ada di halaman belakang rumahnya, lalu bergidik ngeri. "Tunggu, kisah ini akan bergenre keluarga dan juga romantis, kan? Tidak mungkin ada setan di sini, kan? Ya, itu pasti tidak mungkin, hahaha," gumam Melisa, sambil berjalan ke arah rumahnya dengan cepat.
Sesampainya di dalam rumah ia langsung mengunci pintu. Lalu berlari dengan cepat ke dalam kamar di mana putra tersayangnya sedang tertidur.
'Ha... sepertinya aku memang harus menggunakan kekuatan bertahan hidupku di sini. Masa bodo dengan sihir dan apapun itu, toh aku memiliki banyak uang, jadi ini akan aman,' pikirnya lalu mulai menutup matanya dengan memeluk tubuh Kevin.
*
*
*
Sedangkan di sebuah ruangan yang penuh obat-obatan, tampak seorang pria membuka matanya. Mata hitam itu menelusuri ruangan tersebut, yang dihiasi dengan berbagai macam obat-obatan yang tergantung di dinding. Tapi, entah bagaimana, tatapan mata itu begitu tajam, berbeda dengan beberapa hari saat dirinya dipukuli karena mencuri sedikit roti.
"Ternyata tubuh manusia ini benar-benar lemah, baru dipukuli segitu saja ia sudah pingsan, hahaha... tapi tenang, aku akan membalaskan perbuatan pedagang itu, hahaha," gumamnya, dengan suara yang pelan tapi penuh dendam. Ia mengambil napas dalam-dalam, seolah-olah mengumpulkan kekuatan untuk melakukan sesuatu yang besar.
Hingga beberapa saat, pria itu muncul di depan toko roti, yang terletak di pusat kota yang sibuk. Ia dengan santai mengetuk pintu toko berulang kali, hingga sang tuan akhirnya membuka pintu. Pria itu tersenyum, dengan senyum yang begitu menakutkan.
"Kau? Kenapa kau ada di sini, sialan! Apa kau ingin mencuri lagi?" tanya pria itu dengan begitu sombong sambil melangkah ke belakang dan membiarkan pria itu masuk ke dalam toko.
"Yup," ujarnya dengan memiringkan kepalanya menatap pria itu. Jangan lupakan senyumannya yang begitu menakutkan, yang membuat pria itu merasa tidak nyaman.
"Kau!" Belum sempat pria itu berbicara, tapi lehernya telah lebih dahulu di cekik oleh pria itu. Ia mencoba untuk melepaskan diri, tapi pria itu terlalu kuat.
"Hngkh... uhuk..."
"Aku akan mencuri nyawamu, jadi bersiaplah," ujarnya, lalu tersenyum kembali. Mata pria toko roti itu membulat saat melihat bagaimana tangan pria itu berubah menjadi seperti tangan monster dengan kukunya yang begitu tajam.
"Matilah dan masuk neraka," ujarnya, dengan suara yang pelan tapi penuh dendam. Ia mengangkat tangan monster itu, dan menusukkannya ke dalam dada pria itu.
"Jleb!"
"AKH!" Tangan monster itu menembus dada penjual roti itu, lalu mengambil jantung dan memakannya dengan wajah yang penuh darah.
"Hahahaha." Tawanya yang begitu menggema, membuat seluruh kota terkejut. Masyarakat desa tidak berani untuk keluar rumah saat mendengar suara teriakan di tambah dengan suara tawa yang begitu menakutkan. Mereka hanya bisa bersembunyi di dalam rumah mereka, dan berdoa agar kejadian itu tidak terjadi pada mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Betri Betmawati
mf thor kata tersenyum lebar banyak bgt tiap kata,sama stu mata binar dan penuh kabagian,klu dpt krngi Thor, kdang pas aja rasa nya, tiap kalimat ada,
2025-03-02
1
Fani Indriyani
waduh,pemuda yg ditolong melisa ternyata monster atau lebih tepatnya monster menempati badan si pemuda
2025-02-13
0
Chica Cute
sihirnya udah habis buat manggil lu kesitu
2025-01-29
1