Saat ini, Melisa menatap seorang pria berkacamata yang dengan teliti melihat barang-barang yang telah dibawa olehnya. Matahari yang terik di luar membuat cahaya yang masuk ke dalam toko menjadi lembut dan hangat. Suara-suara pedagang dan pembeli di luar toko terdengar samar-samar, namun tidak mengganggu kesan tenang di dalam toko.
Pria itu, yang tampaknya adalah seorang penjual barang antik, memeriksa setiap barang dengan sangat teliti. Melisa bisa melihat betapa hati-hatinya pria itu dalam memeriksa setiap barang, dan itu membuatnya merasa sedikit lebih gugup.
"Barang ini memiliki kualitas yang sangat bagus, tidak... bahkan ini yang terbaik yang pernah saya jumpai. Jika saya boleh tahu, dari mana nona mendapatkan barang-barang ini?" ragu penjual tersebut kala melihat penampilan Melisa yang sungguh berbanding terbalik dengan barang-barang yang di bawanya.
"Ini punyaku, apa kau pikir aku mencuri? Ha!, astaga! Asal kau tahu, aku ini adalah bangsawan yang sedang berlibur ke sini, tapi karena sesuatu yang mendesak, aku harus menjual beberapa barang-barangku," bohong Melisa. Ia menaikkan nada bicaranya menunjukkan sikap sombong seorang bangsawan.
"Oh, maafkan saya, nona. Saya telah berlaku tidak sopan pada anda," ujar pria tersebut, tapi dari nadanya, jelas jika pria itu tidak percaya dengannya.
'Ternyata susah juga membohongi pria ini,' pikir Melisa. Kemudian ia melirik ke arah Kevin yang juga menatapnya dengan mata merahnya.
'Aku tahu,' pikirnya saat sebuah ide hinggap di kepalanya.
"Huh, sayangnya tanda pengenal ku hilang, tapi untungnya aku masih memiliki sesuatu yang akan membuatmu percaya," ujar Melisa dengan senyuman manisnya.
Sedangkan pria itu hanya menaikkan alisnya. "Apa kau pernah ke ibu kota?" tanya wanita itu dengan sedikit berbisik.
"Ya, saya pernah beberapa kali," jawab pria itu dengan mengernyitkan dahinya.
"Oh, berarti kau tahu Duke Ferdinand, bukan?" tanyanya lagi. Kali ini suara Melisa terdengar lebih besar dari sebelumnya.
Mendengar hal itu pria dengan kacamata tersebut terdiam sejenak."Iya, saya mengetahui beliau," jawabnya.
"Siapa tangan kanan Duke Ferdinand?" tanya wanita itu lagi, yang membuat pria tersebut mulai merasa jengah.
"Tuan Andrea," jawabnya dengan sedikit malas.
"Nah, aku adalah istrinya," ujar Melisa membuat pria itu terdiam. Tapi kemudian, tawa keluar dari mulutnya.
"Hahaha, anda sangat lucu, nona," ujar pria tersebut. Tawanya mengubah tempat yang awalnya tenang menjadi begitu berisik.
"Ha! Jika kau tidak percaya, maka silakan lihat ini sebagai bukti," ujar Melisa, lalu meminta Kevin untuk muncul dari belakang tubuhnya. "Kevin, sayang, lihatlah bagaimana pria ini tidak percaya pada ibu sayang," wanita itu berbicara dengan nada yang menyimpan kesedihan.
"Ibu..." gumam Kevin, lalu menatap tajam pada pria itu. Sedangkan pria tersebut langsung menghentikan tawanya.
"I-ini..." gugupnya. Bagaimana tidak gugup, karena wajah Kevin benar-benar versi kecil dari Andrea. Tidak ada satu pun yang berbeda dari mereka berdua, bahkan Melisa tidak menemukan sedikit saja kemiripan Kevin pada Alexa.
"Jika kau pernah melihat Andrea, maka kau pasti mengerti, bukan?" saat ini, Melisa yang tersenyum dengan angkuh.
"Maafkan saya karena tidak sopan pada anda sebelumnya," pria itu segera menundukkan kepalanya dan berlaku sangat sopan pada Melisa.
'Hahaha, kena kan kau,' pikir Melisa. Ia sangat senang karena pria ini akhirnya masuk dalam jebakannya.
"Saya akan memberikan Anda uangnya," ujar pria itu.
"Baiklah, berapa semuanya?" tanyanya.
"4000 koin emas, nona, maksud saya nyonya," ujar pria tersebut. Sedangkan Melisa tersenyum senang. Ingatan dari tubuh ini sangat membantunya karena ia menjadi tahu bagaimana mata uang di sini. 4000 koin emas mungkin jumlah yang sedikit untuk bangsawan, tapi berbeda dengan rakyat kecil seperti dirinya saat ini. Uang tersebut bisa mencukupi kehidupannya seumur hidup tanpa melakukan apapun.
Hingga menunggu beberapa menit, pria itu memberikan kepadanya sekantong uang. Melisa dengan senang hati menerimanya. Bahkan senyuman tidak luntur dari bibirnya saat ini.
"Terimakasih," ujar Melisa, lalu kembali tersenyum dengan anggun.
"Sama-sama, nyonya. Suatu saat, silahkan kembali lagi ke sini, saya akan menyambut anda dengan senang hati," ujar pria tersebut.
"Hmm, baiklah," jawab Melisa, lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa Kevin dan 4000 koin emas.
"Ibu, apa pria yang bernama Andrea itu ayahku?" tanya Kevin dengan menggenggam tangan Melisa. Mendengar hal itu, Melisa terdiam sejenak, lalu menatap putranya dengan penuh kasih sayang.
"Hmm, iya, sayang. Andrea itu nama ayah Kevin," jawab Melisa. Dia sama sekali tidak berniat menutupi hal tersebut, menurut Melisa anaknya itu memang berhak tau mengenai ayahnya.
"Berarti Kevin punya ayah, bu?" tanya anak itu dengan wajah yang sangat senang.
"Tentu saja punya," jawab Melisa dengan nada lembutnya.
"Benarkah, bu? Bagaimana wajah ayah bu?" tanya Kevin. Anak itu tampaknya begitu penasaran dengan sang ayah.
"Wajahnya benar-benar mirip dengan Kevin, dia memiliki rambut hitam dan mata merah seperti Kevin," Melisa menjelaskan dengan apa yang ia ingat dalam ingatan tubuh ini.
"Apa dia tampan, bu?" tanyanya lagi.
"Tentu saja dia tampan. Lihat saja bagaimana Kevin begitu tampan," Melisa memang begitu mengakui ketampanan dari Andrea. Alexa saja yang bodoh karena lebih memilih Ferdinand.
Sejenak Melisa terdiam, dia justru mengingat bagaimana adegan panas tubuh ini dan juga Andrea.
'Huh, otak mesum, berhentilah memikirkan yang tidak jelas,' batin Melisa.
"Tapi... Apa ayah menyayangi kita, bu?" tanya Kevin, nada bicara begitu pelan akan tetapi menyimpan banyak kesedihan.
"Ha..." Melisa tampak berpikir sejenak. "Tentu saja dia sangat menyayangi kita." bohongnya.
"Tapi, kenapa dia tidak pernah datang?" tanya Kevin lagi.
'Mampus aku, apa yang harus kukatakan,' batin Melisa. Melisa memutar otaknya dengan keras hingga akhirnya ia menemukan jawaban yang tepat.
"Ayahmu itu adalah kesatria yang sangat hebat, jadi dia memiliki begitu banyak musuh. Nah, karena ia sangat menyayangi kita, makanya dia tidak pernah datang kepada kita agar musuh-musuhnya yang jahat tidak melukai ibu dan juga Kevin. Jadi, Kevin juga harus menyembunyikan siapa ayah Kevin agar kita semua aman," Melisa kembali berbohong untuk menyenangkan hati anak itu. Bahkan tanpa Kevin sadari sedari tadi wanita itu terus mencengkram gaunnya.
"Ternyata begitu, bu. Kevin akan berdoa ayah selalu baik-baik saja dan musuhnya segera kalah agar bisa menemui ibu dan juga Kevin," ujar anak itu dengan senyuman manisnya.
'Ha... jika ada dewa, tolong jangan kabulkan doa dari Kevin, karena jika bertemu dengan pria itu, maka nyawa kami yang akan melayang,' pikir gadis itu, karena ia tahu betul bagaimana Andrea sangat membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Hasna 💙
kk masih ada beberapa typo tolong nnti di perbaiki
2024-12-19
1
nii
haha memang ibu dan anak yang kompak wkwk
2025-02-11
1
Ds Phone
biar lah orang tak tahu
2025-01-23
1