Setelah beberapa saat, kereta kuda itu sudah memasuki pasar yang begitu ramai. Suasana di sekitar mereka sangatlah hidup dan berwarna, dengan suara-suara pedagang yang berteriak menawarkan barang-barang mereka dan suara-suara pembeli yang berunding harga.
Melisa memandang sekelilingnya dengan mata yang terbuka karena takjub. 'Wow, siapa sangka kalau disini sangat ramai,' pikirnya. 'Ternyata ini benar-benar dunia yang lain,' pikirnya lagi saat melihat begitu banyak orang dengan pakaian yang sangat berbeda dengan dunianya, yaitu bumi.
"Apa ini masih di bumi? Tapi sepertinya tidak mungkin," gumamnya dengan pelan.
"Bumi? Apa itu, ibu?" tanya Kevin saat mendengar sesuatu yang begitu asing di telinganya.
"Ha... itu hanya.... oh, lihatlah disana," Melisa menunjuk ke arah sembarangan agar bisa mengalihkan perhatian putranya. Kevin melihat apa yang ditunjuk sang ibu, lalu terdiam sejenak. 'Sungguh miris,' pikir anak itu saat melihat seorang pria yang dipukuli oleh pria lainnya. Sedangkan Melisa sama sekali tidak menyadari apa yang ia tunjuk. Jujur, ia hanya menunjuk ke arah tidak tentu.
"Ibu, paman itu kasihan, ya," ujar Kevin dengan suara yang lembut dan terasa sedih.
"Ha, kasihan? Apa?" ujar Melisa yang belum menyadari apa yang terjadi. Ia memandang Kevin dengan penasaran.
"Iya, lihat itu, ibu," ujar Kevin lalu menunjuk ke arah kerumunan orang. Melisa akhirnya memperhatikan kerumunan itu. Hingga ia menyadari apa yang menjadi perhatian dari putranya.
"Tuan, tolong hentikan keretanya, saya berhenti disini saja," pintanya kepada kusir kereta kuda. Kusir tersebut menuruti dan langsung menghentikan keretanya.
"Terima kasih banyak, tuan, atas tumpangannya, saya berdoa anda selalu banyak rejeki dan sehat selalu," ujar Melisa dengan sangat ramah.
"Terima kasih, nona, atas doanya, saya harap anda juga begitu," ujar kusir kereta kuda dengan senyuman di wajah sekitar 40 tahunan tersebut. Melisa membalas senyuman itu, lalu, berjalan menuju kerumunan dengan menggenggam tangan Kevin.
"Ibu, apa ingin menolong orang itu?" tanya Kevin.
"Hmm, kita lihat dulu bagaimana keadaannya, sayang," ujar Melisa yang tampak masih belum begitu yakin. Jujur saja, ia ingin menolong pria itu, tapi mengingat saat ini ia hanya rakyat biasa tanpa kekuatan apapun, maka ia tidak bisa melakukan banyak hal.
"Kau ya, dasar maling tidak berguna, rasakan ini, sialan!" ujar seorang pria sedikit gemuk dengan terus memukuli pria yang tampak tidak berdaya itu. Suara pukulan yang keras dan teriakan pria yang dipukuli membuat Melisa merasa kesal dan prihatin.
"Ha, kasian sekali, padahal dia hanya mengambil setengah potong roti," bisik-bisik orang di sana yang dapat didengar jelas oleh Melisa. Wanita itu menggenggam erat tangannya, ingin rasanya ia menolong tapi, ia tau bahwa itu hanya percuma.
'Jika saja ini di duniaku dulu, maka sudah ku laporkan dia ke polisi,' pikir Melisa dalam diamnya. Ia berusaha untuk menahan amarahnya sekuat mungkin.
Hingga pria itu telah puas memukuli pria malang tersebut dan meninggalkannya tergeletak di jalanan. Orang-orang yang sudah cukup menyaksikan tontonan juga segera pergi tanpa berniat menolong pria yang sudah tidak berdaya tersebut.
Setelah orang-orang sudah mulai pergi, barulah Melisa mendekati pria itu. Ia berjongkok untuk memperhatikan bagaimana keadaannya. "Sepertinya ia hanya pingsan, jadi aku harus segera menolongnya," gumam gadis itu.
"Kevin, ayo kita tolong orang ini dulu, ya," ujar Melisa pada sang anak. Akhirnya, dengan usaha penuh, mereka membawa pria itu ke sebuah tempat pengobatan yang terletak di ujung jalan. Tempat itu terlihat sederhana, tapi Melisa dapat mencium bau obat-obatan didalamnya.
Jangan tanya bagaimana keadaan tubuh Melisa yang sudah berusaha sekeras tenaga untuk menopang tubuh itu. Ia merasa lelah, tapi ia tidak mau menyerah.
"Permisi... apa anda Tabib Li?" tanya Melisa dengan nada yang sopan. Jujur saja, ia pergi ke tempat ini hanya dengan mengandalkan insting ditambah dengan tulisan di depan yang bertuliskan 'Tabib Li'.
Pria tua dengan rambut putihnya yang digulung itu tersenyum mengiyakan pertanyaan Melisa. "Syukurlah, bisakah anda mengobati dia? Untuk bayarannya, saya akan kembali lagi kesini setelah menjual beberapa barang saya," ujar Melisa dengan penuh harapan.
"Kalau boleh tahu, siapa pemuda ini? Apa dia suami Anda, nona?" tanya tabib tersebut dengan nada yang penasaran.
"Bukan, aku hanya tidak sengaja bertemu dengannya," ujar Melisa dengan cepat menyangkal perkataan dari orang berada di hadapannya ini.
"Ternyata begitu, baiklah saya akan mengobatinya," ujar tabib tersebut dengan senyum yang ramah.
"Terima kasih," setelah mengatakan itu Melisa memutuskan untuk pergi dari sana. Tujuannya adalah untuk menjual barang-barang yang ia bawa.
'Ibu orang yang baik,' pikir Kevin dengan menatap wanita yang menggenggam tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Kardi Kardi
semoga ada kehidupan yang terbaik untuk mereka. amin🙏
2025-03-05
2
kang mager
makasih ya kak udah mengingatkan author 🥰
2025-01-19
0
awesome moment
smg yg ditolong baik jg
2025-02-14
0