Teman Pertama

Ada alasan tersendiri, mengapa sebelum mengulangi waktu Eric begitu ingin mengumpulkan banyak harta. Rasa benci dan dendam yang masih tersimpan.

Sebelum waktu terulang Alex menggantikan ayahnya, memiliki jaringan pengedar narkotika dan trafficking antar negara, dengan Veronica serta orang-orang berbakat yang selalu ada di sampingnya.

Selain Alex ada satu orang lagi yang bertanggung jawab menghancurkan hidup Eric. Seseorang yang sama berkuasanya. Mereka dapat hidup bahagia menginjak tubuh korban-korbannya, bahkan menertawakannya setiap kali bertemu.

Karena itu, Eric mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk menghancurkan mereka. Tidak peduli pada apapun lagi, tidak percaya pada apapun. Termasuk mengabaikan kakaknya dan Foline...dua orang yang berakhir meninggalkannya dalam dinginnya kematian.

Tapi kali ini tidak.

Mencatat daftar orang-orang yang akan dibawa olehnya. Mengingat orang-orang berbakat yang akan dipaksa bekerja dibawah Alex.

"Saatnya mendirikan istana pasir!" Teriak Eric penuh keceriaan, namun senyuman gila keji itu masih terlihat. Dirinya akan membuat kekuasaannya sendiri. Tanpa bantuan kakaknya.

*

Brug!

Seorang wanita ditendang, hingga tersungkur ke lantai. Perlahan berusaha untuk bangkit. Menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Hentikan jangan pukuli Luna lagi!" Teriak sang ibu.

Tapi sang ayah yang masih dalam kondisi mabuk, mengambil stik golf.

Brak!

Sebuah pukulan yang tepat mengenai tubuh istrinya. Seorang istri yang melindungi putri angkatnya.

"Ibu!" Teriak Luna menangis terisak.

"Sial!" Sang ayah melangkah pergi meninggalkan keempat anak yang diadopsi nya, hanya agar mendapatkan tunjangan dari pemerintah.

"Ibu tidak apa-apa." Ucap sang ibu menghela napas kasar melihat ke arah tubuh kurus anak-anaknya. Bingung harus bagaimana. Hanya dapat memberikan makanan sup encer sehari sekali.

Musim dingin telah tiba, anak-anak mungkin akan sakit karenanya. Sedangkan putri angkatnya kini berusia 18 tahun. Mungkin setelah musim dingin akan meninggalkan rumah. Meninggalkan rumah tanpa bekal apapun...

Suara bel terdengar.

Perlahan Rose (ibu angkat dari keempat orang anak) membuka pintu. Seorang pemuda rupawan dengan wajah khas orang Asia terlihat di sana, mengenakan pakaian hangat yang dilengkapi syal. Terlihat benar-benar baik, wajah ramah bak malaikat.

"Apa Luna (anak tertua) ada?" Tanyanya tersenyum.

"Luna di dalam. Tapi kamu siapa?" Rose balik bertanya.

"Perkenalkan! Namaku Otto Celdric, sahabat terbaik Luna." Ucapnya dengan tingkah yang terlihat kekanak-kanakan.

"Silahkan masuk." Rose membimbing jalan, mengganti orang ini dari atas sampai bawah.

Perlahan Eric duduk di atas sofa tua, meminum air putih hangat yang disediakan. Matanya menelisik, ternyata benar-benar buruk. Luna merupakan gelandangan yang berbakat, berbakat dalam artian untuk menipu.

Dalam 8 tahun dari sekarang Kasino yang cukup besar menjadi milik wanita itu. Wanita mengerikan yang selalu menempel pada Alex. Orang yang akan menjadi sekutu Alex dalam 5 tahun lagi.

Mungkin hanya satu hal yang lumayan diingat olehnya tentang Luna. Bagaimana wanita itu membunuh ayah angkatnya. Setelah tinggal terpisah dan mengetahui kematian ibu serta saudara-saudara angkatnya.

Ratu penipu? Ratu judi? Pemilik Kasino terbesar? Itulah seorang Luna di masa depan sebelum waktu terulang. Orang berakhir mati di tangan Alex, orang yang dicintai oleh Luna, mayatnya diinjak setelah dimanfaatkan dan tidak berguna lagi.

Wanita kurus dengan keadaan menyedihkan itu keluar, menatap aneh pada Eric. Seorang wanita yang lebih muda satu tahun darinya."Maaf, apa aku mengenalmu?" tanya Luna pelan.

"Perkenalkan namaku Otto Celdric, panggil saja Eric, seseorang yang akan mengabulkan semua keinginanmu seperti jin Aladin. Jika kamu bersedia tanda tangan surat kontrak kerja, yang akan berlaku setelah lulus nanti. Maka tempat tinggal, tunjangan makan, gaji tetap semua akan kamu dapatkan..." Ucap Eric tersenyum bak orang sembelit, meletakkan kertas di atas meja.

"Kamu penipu kan? Apa dari perusahaan asuransi?" Tanya Luna mengangkat salah satu alisnya.

"Tidak, aku baru akan mulai merintis perusahaan, setelah merekrut beberapa orang." Eric berusaha terlihat ramah, tapi sulit, malah terkesan bagaikan orang aneh.

"Ibu bantu aku usir orang ini! Dia penipu!" Bentak Luna.

"Aku bukan penipu!" Ucap Eric, tidak tau bagaimana harus merekrut orang, untuk masuk ke perusahaan yang bahkan belum berdiri.

"Pergi! Atau kami akan menghubungi kepolisian." Ucap Rose dan Luna menarik tangan Eric hingga keluar dari rumah.

"Kalian tega padaku? Diluar begitu dingin. Tanpa kehangatan dan kasih sayang." Ucap Eric memelas, kala berada di depan pintu.

Brak!

Pintu di hadapannya ditutup dengan kasar. Membuat Eric terdiam sejenak."Apa aku harus pakai cara kasar?" gumamnya tersenyum menyeringai.

*

Orang itu telah pergi, itulah yang ada dalam fikiran Rose dan Luna. Sedikit mengintip membuka pintu kayu.

Kantong belanjaan terlihat di depan pintu, berisikan bahan makanan. Menelan ludah ibu dan anak itu saling melirik. Memutuskan untuk membawanya masuk ke dalam.

"Siapa orang tadi?" Tanya Rose pada putrinya. Mencuci bahan, bersiap memasak bahan makanan yang mereka temukan di depan pintu.

"Penipu." Jawab Luna penuh keseriusan.

"Ibu rasa bukan, dia meletakkan makanan. Apa pacarmu?" Rose mengerutkan keningnya. Mulai memotong sayuran.

"Bukan! Aku bilang tidak mengenalnya. Su...sudah pasti penipu." Jawab Luna tidak yakin. Tapi yang pasti saat ini, perut kenyang adalah hal yang terpenting.

Adik-adik angkatnya bahkan lebih kurus darinya hanya karena memakan sup encer sehari sekali. Bagaimana melewati musim dingin ini, sedangkan tunjangan yang diberikan pemerintah dihabiskan oleh ayah mereka?

*

Makanan hangat, tidak pernah sekenyang ini. Sisa bahan makanan mereka letakkan dalam lemari pendingin.

"Ayo tidur!" Luna menggendong adik angkatnya yang masih berusia 3 tahun. Meletakkannya dalam tempat tidur bertingkat.

Sedangkan dua anak lainnya juga mulai berdoa sebelum tidur.

"Aku berharap dapat makan kenyang seperti hari ini." Ucap anak perempuan berusia 12 tahun.

"Semoga orang yang meninggalkan makanan di depan pintu mendapatkan lebih banyak uang. Sehingga kembali meletakan makanan lagi." Doa dari anak laki-laki berusia 14 tahun.

Luna menipiskan bibir menahan tawanya. Mereka diadopsi oleh orang tua angkanya bukan untuk niatan tulus. Hanya untuk mendapatkan uang tunjangan dari pemerintah. Itulah yang disadari oleh Luna, tapi sekali lagi, anak-anak ini benar-benar sudah seperti adik kandungnya.

Begitu juga dengan sang ibu angkat.

Brak!

Brak!

Brak!

Menghela napas kala suara gedoran pintu kembali terdengar. Bukan suara bell.

Sudah pasti ayah angkatnya yang mabuk. Mau apa lagi pria itu kemari?

"Luna! Rose! Buka pintunya! Hubungi polisi! Buka pintunya br*ngsek! Aku hampir mati!" Bentaknya menggedor lebih kencang bagaikan orang ketakutan akan kematian.

Kala Luna melangkah menuju ruang tamu, matanya menatap Rose yang hendak membukakan pintu.

"Jangan dibukakan. Ayah datang untuk memukuli kita lagi." Luna menghentikan ibunya.

"Ta...tapi---" Rose yang masih mencintai suaminya tertunduk.

Apa yang dapat dilakukan olehnya? Tidak tega menatap ekspresi wajah ibu angkatnya.

Pada akhirnya Luna membukakan pintu. Sang ayah terlihat di sana ketakutan, darah mengalihkan dari rambutnya, menuju pelipis ke daerah pipi.

"Kenapa lama membukakan pintu." Bentak Gilberto (ayah angkat Luna) memasuki rumah, kemudian mengunci pintu.

Kemarahan terlihat di wajahnya. Orang mabuk dengan bagian kepala yang terluka. Meraih tongkat baseball.

"Karena kalian yang terlalu lama membuka pintu, aku hampir mati!" Gilberto hendak mengayunkan tongkat baseball ke arah Luna. Sedangkan Rose kembali memeluk putrinya hendak melindungi.

Wanita yang memejamkan matanya ketakutan. Benar! Dirinya seharusnya tidak membuka pintu. Iblis dengan gelar ayah ini hanya ingin membunuhnya.

Tapi, gerakan tangan Gilberto terhenti. Udara dingin masuk melalui jendela yang terbuka.

Entah kapan orang ini dapat memasuki rumah. Gilberto pada akhirnya menyadari pisau sudah berada di lehernya. Seseorang yang mengejarnya dalam perjalanan pulang, berusaha membunuhnya.

"Paman... kenapa lari? Bukankah kita tidak bermain kejar-kejaran? Kita sedang bermain dokter-dokteran." Ucap Eric tersenyum bagaikan orang tidak normal, mengalungkan pisau di leher Gilberto. Sedikit darah menetes, leher pria itu yang sedikit tergores. Hal yang tidak fatal, namun bagaikan berkata aku dapat membunuhmu seperti hanya melukis menggunakan crayon.

Hal yang membuat Luna, bersyukur? Tidak! Dirinya gemetaran, pria ini (Eric) lebih mengeringkan dibandingkan dengan ayah angkatnya.

Terpopuler

Comments

nurul zakiyah

nurul zakiyah

aku yang hanya membaca saja ikut gemeter kalo sampai eric ada di dunia nyata

2024-12-19

3

Indar

Indar

ya ampun paman eric, benar2 ngeri yg kamu lakukan 😱

2024-12-19

3

Nur Wahyuni

Nur Wahyuni

Gilberto ini emang cocoknya dapat lawan sepadan kaya eric.. beraninya cuma mukulin Luna aja..

2024-12-19

1

lihat semua
Episodes
1 Regresi
2 Target
3 T-rex
4 Turunkan Harga
5 Pendanaan
6 Dimangsa?
7 Drama
8 Teddy Bear
9 None
10 Teman Pertama
11 Abnormal
12 Ramalan
13 Salah Paham
14 Teman Kedua
15 T-rex
16 Eat
17 Plating
18 Reptil
19 Kill
20 Run
21 Misi
22 Tikus
23 Teman Ketiga
24 Lelucon
25 Aku Tidak Bersalah
26 Because
27 Sahabat Sejati
28 Bermain Putri Dan Pangeran
29 Bahagia Selama-Lamanya
30 Putri Dan Pangeran Hidup Bahagia
31 Anak
32 Permainan Baru
33 Exit
34 Kebetulan Lewat
35 Kill
36 Antara Cupu Dan Suhu
37 Duel
38 Teman Keempat
39 Topeng
40 Danger
41 Terakhir
42 Arah
43 Pesona
44 Meet
45 Game Over?
46 Hampir
47 Sependapat
48 Favorit
49 500
50 Wake Up
51 Maksimal
52 Kartu
53 Tidak Boleh
54 Bagaimana
55 Bisnis
56 Wedding
57 Harus
58 Pertukaran
59 Pasangan
60 Mie
61 Marionette
62 Pemburu Dan Hewan Buas
63 Tekan Tombol Play
64 If
65 Abnormal
66 Easy
67 Doll
68 Kunjungan Resmi
69 Menikah?
70 Death
71 Menasehati
72 Menyatakan Perasaan
73 Danger
74 Bukan Penyesalan
75 Cara Untuk Melarikan Diri
76 Tempat Untuk Pulang
77 Lima
78 Melarikan Diri
79 Insiden
80 Rumah
81 Tujuan
82 Halu
83 Sampah
84 Skor Standar
85 Karier
86 Duda
87 Makan Malam Romantis
88 Villainess
89 Cinta?
90 Si Kecil Bandel
91 Show
92 Tidak Normal
93 Hidden
94 Pertunjukan
95 Panas
96 Marry?
97 Apa Hobimu?
98 Anak Naga
99 Tidak Ingat
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Regresi
2
Target
3
T-rex
4
Turunkan Harga
5
Pendanaan
6
Dimangsa?
7
Drama
8
Teddy Bear
9
None
10
Teman Pertama
11
Abnormal
12
Ramalan
13
Salah Paham
14
Teman Kedua
15
T-rex
16
Eat
17
Plating
18
Reptil
19
Kill
20
Run
21
Misi
22
Tikus
23
Teman Ketiga
24
Lelucon
25
Aku Tidak Bersalah
26
Because
27
Sahabat Sejati
28
Bermain Putri Dan Pangeran
29
Bahagia Selama-Lamanya
30
Putri Dan Pangeran Hidup Bahagia
31
Anak
32
Permainan Baru
33
Exit
34
Kebetulan Lewat
35
Kill
36
Antara Cupu Dan Suhu
37
Duel
38
Teman Keempat
39
Topeng
40
Danger
41
Terakhir
42
Arah
43
Pesona
44
Meet
45
Game Over?
46
Hampir
47
Sependapat
48
Favorit
49
500
50
Wake Up
51
Maksimal
52
Kartu
53
Tidak Boleh
54
Bagaimana
55
Bisnis
56
Wedding
57
Harus
58
Pertukaran
59
Pasangan
60
Mie
61
Marionette
62
Pemburu Dan Hewan Buas
63
Tekan Tombol Play
64
If
65
Abnormal
66
Easy
67
Doll
68
Kunjungan Resmi
69
Menikah?
70
Death
71
Menasehati
72
Menyatakan Perasaan
73
Danger
74
Bukan Penyesalan
75
Cara Untuk Melarikan Diri
76
Tempat Untuk Pulang
77
Lima
78
Melarikan Diri
79
Insiden
80
Rumah
81
Tujuan
82
Halu
83
Sampah
84
Skor Standar
85
Karier
86
Duda
87
Makan Malam Romantis
88
Villainess
89
Cinta?
90
Si Kecil Bandel
91
Show
92
Tidak Normal
93
Hidden
94
Pertunjukan
95
Panas
96
Marry?
97
Apa Hobimu?
98
Anak Naga
99
Tidak Ingat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!