Kebakaran

Tiba-tiba kami mendengar suara dobrakan dari arah luar. Kami pun mencoba untuk tenang dan berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya. Tetapi dobrakan itu terus datang secara bertubi-tubi yang membuat seluruh bangunan bergetar olehnya. Beberapa serpihan dari langit-langit mulai berjatuhan akibat goncangan. Getaran yang terus mereka lancarkan membuatku gemetar. Kemudian Mas Doni pun menyarankan untuk turun melalui jendela tanpa kaca yang berada disisi lain ruangan ini.

Kami mulai menyiapkan tangga yang kami simpan dan menurunkannya dengan sedemikian rupa agar bisa kami gunakan dengan aman. Kemudian turun secara bergantian dan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun selagi mereka masih berusaha untuk mendobrak pintu.

Kami secara bergantian menuruni tangga dan saling bekerja sama agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tangga bambu yang sudah tua berderit mengiringi setiap pijakan kaki. Membuat setiap langkah turut menggetarkan hati yang gelisah.

Hingga posisi yang diatas masih tersisa 5 orang saja (Aku, Aini, Novan, Kak Willie dan Mas Doni), terdengar suara retakan yang bersumber dari pintu masuk. Sedikit demi sedikit pintu mulai hancur terkena dobrakan dan mulai terbuka olehnya. Kami pun bergegas untuk segera menuruni tangga dan pergi dari tempat ini. Saat tiba giliran Kak Willie, dia terlihat ketakutan untuk menuruninya. Dia hanya terdiam kaku memeluk anak tangga itu. Mas Doni pun tak sabar melihatnya dan membentaknya untuk segera turun.

"Cepetan turun napa, Will! Yang lain udah pada nungguin itu," gertak Mas Doni.

"Gak liat apa tangan gue gemeteran nih? Gue pengidap acrophobia kocak," sahut Kak Willie sembari menutup matanya dan dengan wajah pucat.

"Gapapa, Will! Udah saya pegangin kaki tangganya. Gak bakalan oleng kok," teriak Pak Bonadi yang berjaga dibawah.

"Ya tetep gabisa, Pak! Kaki gue gak mau di gerakkin," jawab Kak Willie. Novan yang tak sabar menunggu pun langsung bergegas menaiki punggung Kak Willie dan turun mendahuluinya. Tangga pun mulai sedikit oleng dan langsung ditahan oleh Pak Bonadi dan Pak Juari.

"Ayo, Kak! Kita turun sama-sama. Aku kasih aba-aba ya," ucap Novan. Kak Willie pun mulai membangun rasa percaya dirinya. Perlahan tapi pasti, mereka berdua berhasil menuruni tangga dan akhirnya mereka berdua berhasil menginjak tanah. Kak Willie terlihat sangat bersyukur dan berlutut diatas tanah yang berdebu.

Tak berselang lama, pintu akhirnya berhasil terbuka dan masih tersisa aku, Aini dan Mas Doni diatas. Aku berusaha menyemangati Aini yang terlihat ketakutan akan ketinggian.

"Jangan lihat kebawah, An. Percaya sama kakak! Lihat mata kakak terus. Pasti kamu bisa!" ucapku. Aini hanya mengangguk dan perlahan mulai menuruni tangga.

Aini menuruti perkataanku dan terus menatapku selagi menuruni tangga walau rasa cemas masih tergambar di wajahnya. Aku dengan sabar terus mengajaknya berbicara untuk menghilangkan rasa takutnya. Mas Doni memutuskan untuk mengulur waktu selagi para zombie masih berusaha untuk memanjat keatas.

Mas Doni melemparkan benda apa saja kearah mereka. Mereka mulai berdesakan berusaha untuk meraih kaki kami dan dengan raut wajah yang penuh dengan nafsu untuk segera memakan kami. Beberapa saat kemudian, Aini berhasil menyentuh tanah dan segera memeluk Vivi. Aku tersenyum lega dan bangga karena dia telah berhasil melawan rasa takutnya.

"Cepetan, Ndra. Giliran kamu yang turun! Aku bakalan ngulur waktu buat mereka!" perintah Mas Doni.

Aku pun segera bergegas untuk menuruni tangga. Karena panik, aku tak sengaja mematahkan tangganya menjadi dua dan terjatuh dengan keras. Aku meringis kesakitan dan langsung ditolong oleh Pak Bonadi dan yang lainnya. Aku melihat kearah Mas Doni. Aku melihat dia kebingungan dengan wajah pucat atas kejadian yang menimpaku.

"Kalian mundur dulu, aku mau lompat dari sini," perintahnya sembari dia mundur sedikit untuk ancang-ancang. Kami pun menurutinya.

Aku berpikir apakah mungkin Mas Doni baik-baik saja untuk melompat dari atas sana? Mengingat tinggi antara lantai dua dengan tanah setidaknya berjarak kira-kira 5 meter? Aku tak ambil pusing. Aku percaya akan kemampuan Mas Doni. Pasti dia bisa mendarat dengan aman.

Gemuruh suara zombie yang semakin menggila membuatku semakin merinding. Merasa cemas jikalau mereka menyadari akan kehadiran kami.

"Udah mundur kalian? Aku mau ancang-ancang ini?" teriak Mas Doni. Aku pun spontan berteriak untuk menjawab pertanyaannya. Mulutku langsung ditutup oleh Vivi karena kebodohanku.

Gemuruh zombie yang menggila, perlahan memudar seakan sadar apa yang mereka incar tidak hanya Mas Doni seorang. Suara langkah kaki mulai terdengar menjauhi Mas Doni. Wajahku pun mulai pucat dengan mulut yang masih ditutupi oleh Vivi.

Sesuatu tak terduga pun terjadi. Tiba-tiba rumah itu terbakar dengan hebat hingga kobaran api menghangatkan wajahku yang sebelumnya dingin. Aku tak menyangka Mas Doni sengaja membakar rumah itu memakai lentera yang tergantung di langit-langit rumah. Suara zombie yang terbakar pun terdengar sangat menyedihkan. Aku berteriak memanggil namanya dan segera menyuruhnya untuk segera melompat keluar dari sana. Mas Doni pun muncul dari sebalik jendela itu dan berkata.

"Aku bakalan patah kaki jika nekat melompat dari sini. Aku gak mau jadi beban buat kalian. Aku pikir aku sudah melakukan yang terbaik selama ini dan inilah yang terakhir. Aku akan segera menemui Haris disana. Titipkan salamku kepada tim SAR nanti jika kalian semua sudah berjumpa dengannya. Dan juga titipkan salamku pada orang tuaku jika kalian sempat bertemu dengan mereka," ucap Mas Doni. Aku hanya terdiam mendengarnya dan tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku membeku di depan api yang bergejolak.

"Aku bakalan menangkapmu, Don!" teriak Pak Bonadi.

"Walaupun aku kurus, tapi bobotku 75 kg pak. Aku mungkin tidak apa-apa, tapi tangan bapak bisa patah nantinya," jawab Mas Doni sambil tersenyum. Pak Bonadi mengendurkan tangannya yang sebelumnya menengadah.

Kemudian Mas Doni pun duduk bersila dengan mata terpejam dan mulutnya mulai memanjatkan doa. Aku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Suara retakan dari langit-langit terdengar saling bersahutan. Api pun mulai membesar dan bau gosong daging bakar pun mulai semerbak memenuhi udara. Tiang-tiang penyangga mulai berjatuhan.

Tanganku ditarik oleh Pak Bonadi dan segera menjauh dari sana karena sudah tidak aman lagi. Aku berteriak dan menangis sejadi-jadinya meratapi apa yang sedang terjadi. Tapi apa boleh buat, Mas Doni telah bertindak seperti itu.

Kami berlari menjauh dari area itu dengan tanganku yang masih ditarik oleh Pak Bonadi. Perlahan-lahan api mulai melahap seluruh bagian rumah. Asap mengepul tebal diatasnya. Api mulai merembet dan mulai membakar pepohonan yang berada di sekelilingnya. Api pun membesar dan rumah pun rubuh. Sosok Mas Doni mulai tak terlihat lagi. Tatapanku kosong melihat kebakaran itu.

Api pun mulai menyebar kemana-mana. Menerangi seluruh sudut hutan dengan cahayanya yang membara. Yang didalamnya terdapat pengorbanan seseorang yang tak takut mati untuk menyelamatkan teman-temannya yang berharga. Memberikan secercah harapan kepada kami yang terus gelisah dan bertanya-tanya tentang apakah kami bisa selamat nantinya.

Pikiran kami masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang keselamatan kami. Akankah kami bisa selamat? Akankah pengorbanan teman-teman kami menjadi sia-sia? Akankah kami bisa keluar bersama-sama? Ataukah terjadi korban selanjutnya?

Akan aku simpan pertanyaan ini didalam lubuk hatiku. Dan tidak menyangkal akan fakta yang sebenarnya terjadi. Terjebak dalam hutan terkutuk ini. Dengan penduduk mayat hidup didalamnya. Pengorbanan Mas Haris dan Mas Doni. Menambahkan namanya dalam list korban selanjutnya dari bus Harapan Indah.

Ahh iya. Aku baru ingat nama bus yang kami tumpangi. Semoga saja keinginan kami sesuai namanya,

"Harapan yang Indah".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!