Bab 3 : Menolak kerjasama

Mela keukeuh dengan pendiriannya, begitu pun Jingga yang mempertahankan keinginannya.

"Kenapa sih lo, nolak maksud baik gue?" tanya Mela, tak habis pikir dengan alasan sahabatnya. "Bara itu orangnya baik juga humble, pas untuk di jadikan calon suami di bandingkan dengan Randy."

"Baik apanya?" tanya Jingga, menyangkal penilaian Mela. "Gue kalo di kantor, habis di marahin dia. Padahal salah gue gak fatal, cuma suka sedikit telat kalo buat laporan aja."

"Wajarlah Bara marah, lo gak profesional. Mentang-mentang kerja di perusahaan milik sepupu gue, lo seenak jidat bikin laporan."

"Hehe!" Jingga terkekeh, melupakan kesedihannya. "Tapi gue tetep gak mau berhubungan dengan cowok, yang namanya Bara Mahendra. Meskipun, dia sepupu tersayang lo" ucap Jingga to the poin. "Lagipula, kenapa lo yang bernafsu jodohin gue dengan dia?"

"Karena gue gak ingin, Bara di miliki wanita lain" ucap Mela, sembari menundukkan kepalanya.

"Apa maksud lo, ngomong kayak gitu?" tanya Jingga semakin heran.

"Karena keluarga Bara berencana menjodohkan dia, dan gue gak setuju."

"Iya, tapi kenapa? Lo, jangan bikin gue mati penasaran."

"Sebab gue cinta sama Bara, kami saling mencintai!"

"Haha!" Jingga tertawa terbahak-bahak. Ia sungguh heran dengan sahabatnya itu, yang bisa-bisanya jatuh cinta dengan orang semacam Bara Mahendra. "Lo gak salah minum obat, kan!? Lo gak demam, atau menderita penyakit lainnya."

"Gue waras, Jingga!" geram Mela.

"Kalo lo memang sehat, gak mungkin jatuh cinta sama sepupu sendiri. Pikirin apa kata keluarga besar lo?"

"Itulah sebabnya, gue minta lo menikah dengan Bara. Supaya hubungan kami, gak terendus keluarga."

"Gue tetep ogah, nikah sama sepupu lo! Lebih baik resign dari kerjaan, daripada tiap hari ketemu dia. Di kantor aja gue males liat muka Bara, apalagi mesti dua puluh empat jam setiap hari natap wajahnya." tutur Jingga meledak-ledak.

"Lo, benar-benar gak setia kawan" keluh Mela frustasi.

"Udah gak jamannya setia kawan, buktinya kekasih gue juga di embat sahabat sendiri."

"Itu bukan gue, Jingga! Jangan samakan dengan si Putri, yang emang dasarnya pelakor."

"Dah, jangan bahas lagi dia! Mending kita nikmati dulu makanan, yang udah gue pesan" saran Jingga, ketika melihat pesanannya sudah datang.

Saat tengah menikmati minumannya, Randy datang tergopoh-gopoh. Ia sudah terlihat rapih, tidak seperti tadi yang hanya memakai kaos dan celana bokser.

"Jingga sayang, aku minta kamu percaya bahwa kejadian tadi akibat ulah Putri. Aku di beri minuman yang berisi obat kuat, hingga terjadilah peristiwa itu."

"Halah basi!" potong Mela keras. "Gue pernah liat lo berdua masuk hotel melati, sewaktu menemui klien yang berminat membeli salah satu apartemen milik Bara" lanjutnya, membuat wajah Randy memerah seketika.

"Bohong lo, Mela!" tangkis Randy. "Malah gue mergokin lo bersama Bara, liburan di bali tahun baru kemaren."

"Berisik kalian berdua! Emang dasar kalian manusia-manusia sampah, yang gak guna" ucap Jingga emosi. "Lo lagi Mel, laki bekas di kasihin gue."

Dengan langkah lebar, Jingga meninggalkan keduanya. Maksud hati ingin mencari solusi terbaik untuk hubungannya bersama Randy, tetapi malah mendapat permintaan yang tak masuk akal.

Di pintu menuju keluar wanita muda itu berpapasan dengan Putri, yang menyusul Randy ke cafe. Tatapan mereka saling bersirobok, memancar sinar kebencian dari keduanya. Jingga menabrakkan bahunya, pada tubuh berisi Putri yang menghalangi jalannya.

"Aww!" pekik Putri keras.

"Lebay lo!"

"Dasar cewek bar-bar, pantes aja Randy ninggalin lo" cibir Putri.

"Randy ninggalin gue itu, karena lo ngasih sesuatu yang gak boleh di miliki sebelum waktunya."

"Sok suci, banget!"

"Daripada lo, yang murahan!"

"Aargh, Jingga!"

Sambil melambaikan tangan dan menempelkan pada bibirnya, Jingga memberikan kiss bye sebagai isyarat perpisahan. Ia memang malas dan muak berurusan lagi dengan Putri maupun Randy, apa yang disaksikannya tadi secara live cukup membuat pertahanannya runtuh. Cita-cita membentuk keluarga samawa, pupus sudah. Yang tertinggal hanya sisa-sisa puing berserakan, tanpa dapat di satukan lagi.

Setelah memesan taksi online, Jingga meneruskan perjalanannya. Kali ini, ia akan mengunjungi makam orang tuanya. Mereka meninggal dunia ketika Jingga berusia tujuh tahun, dalam sebuah kecelakaan beruntun yang terjadi di malam tahun baru. Memang peristiwa itu terjadi sudah lama, tapi rasa kehilangannya seperti baru kemarin.

"Ma, Pa, aku datang" ucap Jingga, sambil mengelus batu nisan ke duanya satu persatu. "Ma, hati ku sakit sekali" isaknya tak tertahankan. "Lelaki yang dulu pernah aku bawa kehadapan kalian, telah mengingkari janji."

Walaupun berusaha bersikap tegar di hadapan sahabat juga mantan kekasihnya, tak urung begitu tiba di makan ke dua orangtuanya Jingga menangis tergugu. Menumpahkan segala keluh kesahnya, yang terasa menghimpit dadanya.

Angin sepoi-sepoi yang bertiup perlahan, seperti ikut merasakan kesedihannya. Membelai rambut hitamnya yang terurai, dan memberikan kesejukan di hatinya.

Jingga segera tersadar dari tangisnya, ia lalu membacakan untaian doa bagi kedua orangtuanya. Tidak seharusnya ia meratapi dirinya, lebih baik mengirimkan doa untuk mereka. Setelah selesai mengadukan nasibnya pada mendiang orangtuanya, Jingga beranjak meninggalkan pemakaman umum dengan langkah gontai.

Taksi online yang dipesannya masih terparkir, karena ia meminta sang sopir untuk menunggu. Begitu melihat Jingga, lelaki paruh baya itu kembali memasuki mobil dan menjalankannya tanpa bertanya.

"Pak, tolong antarkan saya ke panti asuhan kasih ibu" ucap Jingga memberitahu tujuan selanjutnya.

"Siap Non!"

Jingga menikmati pemandangan dari kaca jendela mobil yang tertutup, ia menatap keluar sambil menyandarkan kepalanya di kursi jok belakang. Hari ini begitu cepat berlalu, ia menyalakan gawainya yang tadi di stel mode silent. Banyak panggilan tak terjawab dari Randy, dan ada pop up WhatsApp dari Bara Aditya menanyakan keberadaannya. Ia mengabaikan semua pesan-pesan yang masuk, dan lebih senang menikmati lalu lintas di luar sana.

Tiba-tiba gawainya berbunyi nyaring, menjerit-jerit meminta perhatiannya. Jingga melihat nama Bara sebagai pemanggilnya, tapi dengan cepat ia me-reject panggilan. Lalu memasukkan kembali hapenya, setelah sebelumnya mematikan data. Jingga pikir Bara pasti akan menanyakan padanya, kenapa tidak hadir dalam meeting tadi siang dan menghilang tanpa kabar berita.

"Maaf Non, sudah sampai" suara Pak sopir menyadarkan Jingga, kalo mobil sudah berhenti tepat di depan tujuan.

"Oh ya, makasih Pak. Saya sudah transfer pembayarannya, dan sesuai kesepakatan ada tambahan biaya selama bapak menunggu." ucap Jingga, sambil memperlihatkan nominal angka yang tertera pada gawainya.

"Iya Non, ini sudah masuk" balas Pak sopir sumringah, mendapatkan bonus yang cukup lumayan besar.

"Terimakasih ya, pak!" ujar Jingga, membuka pintu mobil lalu keluar.

"Sama-sama, Non!"

Taksi yang ditumpanginya segera berlalu, meninggalkan kepulan asap dibelakangnya.

...****...

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

semangatttt jingga 🥳🥳🥳

2025-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : kecurigaan yang terbukti
2 Bab 2 : Hati yang terkoyak
3 Bab 3 : Menolak kerjasama
4 Bab 4 Dilema
5 Bab 5 : Ancaman Putri
6 Bab 6 : Curhatan Mela
7 Bab 7 : Teguran Bara
8 Bab 8 : Bujukan Bara
9 Bab 9 : Penyesalan Randy
10 Bab 10 : Menikahi Bos
11 Bab 11 : Malam pertama yang gagal
12 Bab 12 : Mela berulah
13 Bab 13 : Gosip panas di kantor
14 Bab 14 : Di pecat
15 Bab 15 : Rumah baru
16 Bab 16 : Pesan di hp Bara
17 Bab 17 : Kecewa
18 Bab 18 : Ketahuan
19 Bab 19 : Bertemu ibu mertua
20 Bab 20 : Menjadi miliknya
21 Bab 21 : Pesan nyasar
22 Bab 22 : Curiga
23 Bab 23 : Menyelidiki
24 Bab 24 : Pengakuan Bara
25 Bab 25 : Bertemu Mela
26 Bab 26 : Sakit
27 Bab 27 : Sang penolong
28 Bab 28 : Marahnya Bara
29 Bab 29 : Hukuman Bara
30 Bab 30 : Nyaris ternoda
31 Bab 31 : Malu
32 Bab 32 : Keributan di club
33 Bab 33 : Terluka
34 Bab 34 : Bahagia berselimut duka
35 Bab 35 : Kedatangan Tante Dilla
36 Bab 36 : Disidang kakek
37 Bab 37 : Perundingan yang alot
38 Bab 38 : Menghindar
39 Bab 39 : Nasehat mantan
40 Bab 40 : Penolakan Jingga
41 Bab 41 : Pertolongan Tante Soraya
42 Bab 42 : Seperti Tom and Jerry
43 Bab 43 : Kabar gembira
44 Bab 44 : Ngidamnya bumil
45 Bab 45 : Berburu mangga muda
46 Bab 46 : Bumil lebih menggoda
47 Bab 47 : Tragedi mangga muda
48 Bab 48 : Kekesalan Bara
49 Bab 49 : Bara vs Henry
50 Bab 50 : Tamu yang tidak di harapkan
51 Bab 51 : Obsesi
52 Bab 52 : Back to office
53 Bab 53 : Karenina Iskandar
54 Bab 54 : Gagal bercinta
55 Bab 55 : Serba serbi di kantor
56 Bab 56 : Cemburu
57 Bab 57 : Family gathering
58 Bab 58 : Party
59 Bab 59 : Hani yang bar-bar
60 Bab 60 : Ketegasan Bara
61 Bab 61 : Perpisahan
62 Bab 62 : Pulang
63 Bab 63 : Kompromi
64 Bab 64 : Dunia gemerlap
65 Bab 65 : Malam bergelora
66 Bab 66 : Ancaman Bara
67 Bab 67 : Melepas ikatan janji
68 Bab 68 : Kecewanya Mela
69 Bab 69 : Ketemu mantan
70 Bab 70 : Tak seharusnya terjadi
71 Bab 71 : Rumor panas
72 Bab 72 : Teringat Jingga
73 Bab 73 : Kekacauan
74 Bab 74 : Penyelesaian
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 : kecurigaan yang terbukti
2
Bab 2 : Hati yang terkoyak
3
Bab 3 : Menolak kerjasama
4
Bab 4 Dilema
5
Bab 5 : Ancaman Putri
6
Bab 6 : Curhatan Mela
7
Bab 7 : Teguran Bara
8
Bab 8 : Bujukan Bara
9
Bab 9 : Penyesalan Randy
10
Bab 10 : Menikahi Bos
11
Bab 11 : Malam pertama yang gagal
12
Bab 12 : Mela berulah
13
Bab 13 : Gosip panas di kantor
14
Bab 14 : Di pecat
15
Bab 15 : Rumah baru
16
Bab 16 : Pesan di hp Bara
17
Bab 17 : Kecewa
18
Bab 18 : Ketahuan
19
Bab 19 : Bertemu ibu mertua
20
Bab 20 : Menjadi miliknya
21
Bab 21 : Pesan nyasar
22
Bab 22 : Curiga
23
Bab 23 : Menyelidiki
24
Bab 24 : Pengakuan Bara
25
Bab 25 : Bertemu Mela
26
Bab 26 : Sakit
27
Bab 27 : Sang penolong
28
Bab 28 : Marahnya Bara
29
Bab 29 : Hukuman Bara
30
Bab 30 : Nyaris ternoda
31
Bab 31 : Malu
32
Bab 32 : Keributan di club
33
Bab 33 : Terluka
34
Bab 34 : Bahagia berselimut duka
35
Bab 35 : Kedatangan Tante Dilla
36
Bab 36 : Disidang kakek
37
Bab 37 : Perundingan yang alot
38
Bab 38 : Menghindar
39
Bab 39 : Nasehat mantan
40
Bab 40 : Penolakan Jingga
41
Bab 41 : Pertolongan Tante Soraya
42
Bab 42 : Seperti Tom and Jerry
43
Bab 43 : Kabar gembira
44
Bab 44 : Ngidamnya bumil
45
Bab 45 : Berburu mangga muda
46
Bab 46 : Bumil lebih menggoda
47
Bab 47 : Tragedi mangga muda
48
Bab 48 : Kekesalan Bara
49
Bab 49 : Bara vs Henry
50
Bab 50 : Tamu yang tidak di harapkan
51
Bab 51 : Obsesi
52
Bab 52 : Back to office
53
Bab 53 : Karenina Iskandar
54
Bab 54 : Gagal bercinta
55
Bab 55 : Serba serbi di kantor
56
Bab 56 : Cemburu
57
Bab 57 : Family gathering
58
Bab 58 : Party
59
Bab 59 : Hani yang bar-bar
60
Bab 60 : Ketegasan Bara
61
Bab 61 : Perpisahan
62
Bab 62 : Pulang
63
Bab 63 : Kompromi
64
Bab 64 : Dunia gemerlap
65
Bab 65 : Malam bergelora
66
Bab 66 : Ancaman Bara
67
Bab 67 : Melepas ikatan janji
68
Bab 68 : Kecewanya Mela
69
Bab 69 : Ketemu mantan
70
Bab 70 : Tak seharusnya terjadi
71
Bab 71 : Rumor panas
72
Bab 72 : Teringat Jingga
73
Bab 73 : Kekacauan
74
Bab 74 : Penyelesaian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!